[24] Baikan.

2K 99 0
                                    

-Syakilla pov-

"Ada yang mau dijelasin?" Tanya gue sehabis pelukan sama dia. Btw, first hug gue sama Daniel:(

Daniel terdiam. Dia keliatan kaya mikir gitu.

"Gue siap dengerinnya kok." Kata gue.

"Sebenernya gue masih canggung sih, sumpah masih gak nyangka, lo tiba-tiba kaya gini." Kata Daniel menggaruk tengkuknya.

Gue ketawa. "Sebenernya sih sama, harusnya gue marah sama lo, tapi gue gak bisa!"

Daniel tersenyum. "Maafin gue ya."

"Jelasin dulu." Kata gue lagi.

Daniel menarik nafasnya. "Gue itu gak ada niatan buat ngasih harapan palsu buat lo, gue emang punya pacar, tapi gue gak bahagia sama dia."

"Kenapa?"

"Kan gue bahagianya sama lo."

"Ih yang bener!"

Daniel terkekeh.

"Gue terpaksa sama Melani, Kill. Gue dijodohin sama dia." Kata Daniel murung.

"Dizaman modern?" Tanya gue heran.

"Makannya itu gue nolak," Kata Daniel membuang nafasnya. "Eh tapi, ada alesan lain gue nolak,"

"Apa?"

"Lo."

"Hah?"

"Iya, alesannya lo."

Gue menyipitkan mata gue. Gak jelas banget nih orang!

"Gak jelas lo ah! Eh, kan lo dipaksa nih ya, dijodohin, terus kenapa nama dia dihp lo pake love?" Tanya gue. Gue heran sih.

Daniel mengerutkan dahinya gitu kaya mikir, terus, "Ya ampun! Lo tau dari Gilang ya? Emang ya dasar. Kalo soal itu, Melani yang ngasih love sendiri, suer deh."

"Beneran?" Tanya gue gak percaya.

"Iya, astaga! Sumpah, gue sama sekali gak pernah mau nama dia dihp gue pake love, kecuali lo."

Gombal mulu ih gembel.

"Ish! Terus kenapa gak lo ganti?" Tanya gue lagi.

"Udah sering! Tapi tetep sama dia diganti terus." Kata Daniel.

Gue ngangguk-ngangguk.

"Eh! Gue baru inget! Kenapa lo gak bilang sama gue dari awal? Kok lo jahat sih? Kalo lo bilang ya, gue gak akan salah paham gini!" Heran gue.

"Iya maaf, gue nyesel. Bener-bener nyesel, gue gak bilang tuh, niatnya biar lo gak sakit hati, eh taunya, malah berubah gitu. Sumpah, gue bener-bener nyesel. Maaf ya." Kata Daniel tulus.

"Tapi cara lo salah, lebih baik lo jujur dari pada tiba-tiba ngejauh gitu. Ih lo mah, malah bikin gue sakit hati." Kata gue sedih.

"Iya maaf. Gue bener-bener minta maaf." Kata Daniel.

"Iya gue maafin. Lagian gue gak pernah marah sama lo." Kata gue.

"Cuma kecewa iya kan?" Tanya Daniel tersenyum miris.

Gue mengangkat bahu gue sekilas.

"Eh, gue tadi dimarahin nyokap, terus, semua fasilitas gue disita," Kata Daniel.

Curhat ya pak?

"Gara-gara lo." Lanjut Daniel.

Gue kaget dong. "Kok gara-gara gue?"

Daniel terkekeh. "Bercanda. Semua fasilitas gue disita, dan gue dimarahin habis-habisan sama nyokap, ya karena gue berusaha keras buat nolak perjodohan itu, plus, karena gue udah bikin Melani nangis gara-gara gue putusin."

"Lo jahat." Kata gue.

"Kan demi lo. Lagian, gue lebih jahat ke lo kan? Sampe bikin lo kaya gini?" Tanya Daniel.

Gue gak menjawab pertanyaan Daniel.

"Kenapa lo gak nolak dari waktu itu?" Tanya gue balik.

Bawel banget ya nih cewek, untung sayang.
Bathin Daniel.

"Jujur, waktu itu gue lebih takut kehilangan semua fasilitas gue dari pada harus kehilangan lo, makannya gue terima-terima aja perjodohannya. Tapi makin sini, waktu gue mulai jauhin lo, gue ngerasa kehilangan banget. Dan gue bener-bener kangen banget sama lo saat itu. Disitu gue mikirnya gue telat, karena percuma gue balik, pasti lo udah benci banget sama gue. Nah dari situ, gue baru sadar, gue bener-bener salah udah sia-siain lo. Gue baru sadar kalo nyari orang kaya lo itu susah, atau mungkin cuma ada satu didunia, lo doang. Tapi gue juga baru sadar kalo fasilitas itu masih bisa gue ambil dengan mudah karena usaha gue. Gak sesulit nemuin orang kaya lo, Kill." Cerita Daniel panjang lebar.

Gue  speechlees.

Jadi gue cuma salah paham. Salah Daniel dong? Gak bilang-bilang. Jadi guenya sakit hati, sangking sakit hatinya gue sampe gak mau peduliin semuanya lagi. Gak tau kalo gue gak ketabrak saat itu, mungkin gue masih nangis-nangisan dikamar semaleman:(

"Cuma karena fasilitas doang? Lo giniin gue? Sumpah ya Niel, mau marah tapi gak bisa." Kata gue.

"Marah aja, marahin gue sepuas lo, ayo!" Kata Daniel pasrah.

Gue menggeleng cepat. "Enggak, gak mau."

"Gue salah Kill, lo harus marahin gue, lo gak boleh sebaik ini, orang-orang bisa manfaatin lo tau gak?" Kesal Daniel.

Kok dia yang marah:(

"Kok jadi lo yang marah." Kata gue.

"E-enggak bukan gitu, eh- habisnya lo, aduh! Lo tuh harusnya benci sama gue Kill." Kata Daniel.

"Gue gak bisa." Kata gue keukeuh.

Kesannya kaya dia mau banget gue benci ya:(

Daniel membuang nafasnya. "Maafin gue ya."

Maaf terus:(

"Gue udah kenyang sama maafnya lo. Gue udah maafin lo dari tadi, udah deh, gak usah minta maaf terus." Kata gue senyum.

Daniel juga senyum. "Makasih ya. Oh iya, lo udah makan belum?"

Mulai deh.

Gue mengangguk. "Udah kok."

"Bener?"

"He'em."

"Bosen gak?"

Gue mengangguk.

"Jalan-jalan mau gak?" Kata Daniel mengangkat dua alisnya. Ganteng banget.

Gue mengangguk.

"Eh tapi, gue kan pake kursi roda, ntar lo repot." Kata gue sedih.

Daniel menggeleng cepat. "Gak repot sama sekali, bentar," Daniel jalan ngambil kursi roda yang emang udah disimpen diujung ruangan, lalu setelah itu gue duduk dikursi rodanya dibantu Daniel.

Nahan senyum gue.

"Makasih," Kata gue.

Daniel senyum manis banget anjir.

Dia mulai ngedorong kursi rodanya. "Lo udah pergi ke taman disini belum?"

Gue menggeleng.

"Kita kesana, bagus loh."

•••

Ini full SyaNiel sihhh.

Kayanya chapt selanjutnya juga bakal full SyaNiel nih!
Tapi gatau hehe.

Cerita makin gajelas maapin.

Fight [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang