"Ninaaa.... Ya ampun!!" Joy segera memeluk Nina yang baru saja memasuki kelas.
Nina hanya pasrah. Keadaannya sangat lesu. Berbanding terbalik dengan Joy yang tampak antusias sejak semalam lantaran Nina memberi tau siapa guru les Jeongin.
"Kok yang mau pdkt malah lemes?" Joy melepaskan pelukannya.
Nina menghempaskan ranselnya ke atas meja lalu duduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Loh, loh, Nin? Kenapa??" Joy duduk di kursinya.
Nina memperlihatkan wajahnya, menatap Joy sambil menghela napas. "Joy, gue gak maksud ngerusak mood lo."
Joy jadi makin bingung. "Kenapa, Nin?"
"Sebulan yang lalu...," Nina menggigit bibirnya ragu. "gue nekat ngasih tau Ten."
"Ngasih tau apa?" Joy masih kebingungan.
"Gue suka sama dia," jawab Nina serupa bisikan.
Joy seketika kaget luar biasa. Jika bukan di kelas, ia pasti sudah berteriak saking kagetnya.
Nina sudah pasrah dan siap kalau Joy akan menyemburnya saat ini juga. Nina tidak mau lagi menutupi hal itu. Sahabatnya harus tau.
"Kalau gitu pdktnya lo gas aja nanti!!"
Nina tercengang.
"Bagus itu, Nin! Lo bisa terang-terangan deketin dia." Joy mengguncang-guncang lengan Nina.
Hah?
Otak Nina masih belum sampai. Lebih tepatnya ia blank karena Joy terlihat berkali-kali lipat semangat.
***
"Ngelamun aja lo, kayak cewek galau." Johnny nepokin botol teh dingin ke lengannya Ten. Terus duduk disamping Ten.
Ten ngambil sebotol teh yang dikasih Johnny. "Jaehyun mana, Bang?"
"Ada yang nembak dia di kantin. Untung jam pulang." Johnny geleng-geleng kepala.
Ten terkekeh. "Kasihan Jaehyun."
"Lo kenapa? Merenungi kejombloan lo?" Johnny baring. "Tumben-tumbenan galau."
"Galau?" Ten mengangkat sebelah alisnya. "Padahal gue lagi seneng soalnya besok sore gue mulai ngajar."
"Oh, ya? Siapa murid lo?"
"Anaknya temen mama."
"Cewek?" Ten ngangguk dan Johnny langsung duduk.
"Tapi kakaknya. Murid gue cowok masih smp." Ten ketawa.
"Anjir!" Johnny meninju lengan Ten.
"Kakaknya seumuran gue," ujar Ten sambil senyum-senyum.
"Wah!! Menyelam sambil minum air." Johnny dan Ten sama-sama ketawa.
Ten meminum lagi tehnya dan saat itulah Johnny tiba-tiba berujar, "Pas kalian tanding persahabatan, gue ketemu cewek di depan toilet."
"Rambutnya panjang nutupin muka? Pake baju putih? Kakinya gak napak?"
"Bukan penunggu toilet!" gerutu Johnny membuat Ten ketawa.
"Cantik, Bro. Tapi bukan siswi sini, gak pernah liat gue."
"Siswi sebrang kali. Ngeliat cowoknya main mungkin?"
Johnny menghendikkan bahu. "Mungkin. Kayaknya temen pacarnya Daniel."
Mereka bertiga terutama anak basket jelas kenal Daniel. Pemain basket terbaik sekolah sebrang yang nyaris jadi kapten. Daniel ramah dan emang suka berteman sama siapapun. Ten emang saling follow di ig sama Daniel dan ada beberapa foto ceweknya, tapi banyakan foto kucing. Tapi isi snapgramnya tentang ceweknya semua.
"Lo naksir, Bang?"
Johnny menghendikkan bahunya. "Nanti kejadiannya kayak Joy."
Ten ketawa sambil nepuk-nepukin bahu Johnny. Lalu Jaehyun datang dengan ngos-ngosan dan muka berkeringat.
"Udah gue tolak halus-halus, malah dikejar. Untung aja ada temennya."
Jaehyun ngambil teh yang disodorin sama Ten. Neguk teh itu sampe habis terus duduk di depan Johnny sama Ten. Kepalanya geleng-geleng gak habis pikir sama apa yang baru dia alamin untuk kesekian kalinya.
"Mending gue main sama Chenle, kejar-kejaran keliling rumahnya daripada gini."
"Beneran? Biar gue bilangin." Ten ngambil hpnya.
"Jangan!!" sergah Jaehyun seketika. Johnny dan Ten ketawa.
"Gimana perkembangan vokalnya Chenle?" tanya Johnny.
"Makin hari vokalnya makin bagus, nanti mau gue bantuin daftar lomba." Jaehyun dengan bangganya menjawab.
"Moga aja gue juga bisa berhasil nanti," gumam Ten.
"Oh, iya. Lo udah dapat murid?" Jaehyun menoleh pada Ten.
Ten mengangguk. "Seumuran Chenle juga. Besok sore gue mulai ngajar."
"Good luck, Bro!" Jaehyun menepuk bahu Ten.
***