"Kak Ninaaa...." Jeongin tiba-tiba nongol di belakang Nina yang lagi masak mie.
"Bentar dulu. Kakak lagi masak mie." Nina menuangkan bumbu pada piring. "Kamu tunggu aja sana."
"Iya, Kak." Jeongin ngambil beberapa camilan sampe tangannya penuh terus lari ke ruang tv.
Setelah beres, Nina nyusul ke ruang tv sambil bawa mienya. Jeongin nungguin dia sambil ngerjain pr matematikanya.
Giliran matematika, Jeongin jago. Kalau bahasa inggris, duh, Jeongin paling belakang.
Mending rumus daripada bahasa alien - Jeongin
Ya, ya, ya, terserah.
Nina makan mienya sambil ngeliatin Jeongin yang kayaknya asyik ngerjain soal-soal matematika. Sesekali Adeknya itu diam buat ngitung dan sesekali masukin camilan ke mulutnya.
"Selesai." Jeongin ngeser buku matematikanya dan dengan sedikit lesu narik buku bahasa inggrisnya. "Ayo, Kak. Jeongin udah siap."
Siap apa, Dek? ^^
Nina narok piring kosongnya ke atas meja terus duduk deket Jeongin. Kemudian mereka ngerjain pr bahasa inggrisnya Jeongin selama lima belas menit dengan Jeongin yang cuma pasrah kena sembur Nina tiap nomor. Total ada dua puluh.
"Temen kamu yang lain pada ngerti?" Jeongin menggeleng.
"Heran Kakak, guru kamu rajin ngasih pr tapi muridnya gak ngerti materi."
Jeongin cuma diam, memilih membereskan bukunya. Udah pasrah dia daritadi.
Tiba-tiba aja, Mama mereka keluar dari kamar dan nyamperin mereka.
"Mama udah dapat guru lesnya."
"Siapa, Ma?" tanya Jeongin.
"Anak temen Mama." Mamanya ngelirik Nina. "Seumuran kakak kamu."
Nina yang tadinya biasa aja, jadi tertarik. "Serius, Ma?"
Mamanya ngangguk.
"Tumben seumuran aku mau ngajar. Butuh uang, ya, Ma?" Nina penasaran jadinya. Heran aja gitu, ada seumuran dia mau ngajar. Biasanya sibuk nongkrong sana-sini.
Mamanya menghendikkan bahu. "Katanya cuma buat pengalaman aja."
"Galak gak, Ma?" Jeongin natap mamanya sambil berharap-harap takut.
"Kurang tau, sih. Mama gak pernah ketemu anaknya."
"Cewek, Ma?" Kali ini Nina yang nanya.
"Cowok."
Jawaban singkat dari Mama mereka berhasil membuat Kakak Adik itu terkejut.
Demi apa?!? - Nina.
Bisa diajakin ps gak, ya? - Jeongin.
"Kalau gak salah sekolah di SMA sebrang sekolah kamu." Mamanya natap Nina sambil mencoba mengingat-ngingat.
Nina makin terkejut. Sekarang, ditambah kecemasan.
***
"Ten."
Ten yang baru aja mau masuk kamar seketika berbalik begitu denger panggilan dari mamanya.
"Iya, Ma?"
Mama Ten nyamperin Ten. "Kamu jadi mau ngajar bahasa inggris?"
Ten ngangguk.
Mama Ten senyum seketika. "Anak temen Mama butuh guru privat. Kamu mau, kan?"
Ten ngangguk lagi. "Anaknya siapa, Ma?"
"Tante Ira. Yang pernah ngirim brownies."
"Loh bukannya kata Mama anaknya seumuran aku?" Ten agak bingung.
"Iya, itu Nina. Sekolah di sebrang sekolah kamu," jelas mamanya.
"Jadi aku ngajarin dia?"
Mamanya menggeleng. "Kamu ngajarin Adeknya. Masih smp, namanya Jeongin."
"Ohh. Oke, Ma."
"Besok kamu ke rumahnya, ya? Nanti Mama kasih alamatnya." Mama Ten nepuk-nepuk lengan Ten.
Ten ngangguk, "Iya, Ma. Ten ke kamar, ya, Ma."
Mama Ten ngangguk lalu pergi, sementara Ten masuk ke kamarnya.
Nina.
Nama itu mengganggu pikirannya sekarang. Ada semrawut memori yang kini menghantamnya.
"Siapa, ya? Kayaknya Mama baru bilang namanya tadi," gumam Ten sambil berusaha memperjelas ingatannya.
Ia merasa tidak asing.
"Nama lo siapa?"
"Nina."
Astaga!! Satu bulan yang lalu. Batin Ten.
***