So Hard But It's Sweet

3.6K 162 2
                                    

Untungnya hari ini hari minggu, aku tidak perlu berangkat kerja, jadi aku tidak perlu buru-buru pulang ke rumah dan bersiap ke kantor, atau terburuknya, pergi bekerja dengan pakaian yang sama. Akan ada gosip nanti, apalagi kalau orang pertama yang kutemui si mulut ember, Dio. Bisa jadi berita heboh pastinya.

Okey, kali ini aku akan mengabaikan kejadian semalam. Walau ciumanku sudah diambil lagi oleh bocah gesrek itu. Bukan. Salah. Aku yang memberikannya. Sial.

Ya Tuhan, sebenarnya apa yang terjadi denganku? Dan tentang kondisiku seperti tadi, aku tidak tau lagi. Kenapa aku tidak ingat sih tentang kejadian semalam? Kupukuli kepala tak bersalahku.

Aku itu ngapain aja semalam? jeritku dalam hati sambil memukuli kepalaku, mungkin dengan melakukan hal tersebut aku bisa mengingat kejadian malam tadi.

*Review semalam*

Edfan mengajakku menari, sebenarnya aku tidak begitu menyukai ini apalagi dengan kondisi masih mengenakan pakaian kantoran. Aku akan jadi bahan tontonan dan sialnya aku melakukannya. Syaraf rasa maluku sudah lepas kontrol. Kini aku menghentakkan kaki, melompat seirama dengan musiknya. Aku tidak peduli lagi pendapat orang lain tentangku. Yang aku tau, aku menikmati musiknya. Seseorang menarik pinggangku mendekat ke arahnya. Itu Edfan. Ia memandangku sangat tajam. Sial. Aku malah terpikat dengan tatapannya sampai aku berani mengalungkan kedua lenganku di lehernya dan mengajaknya menari bersama.

Setelah beberapa saat, musik berubah mellow, lembut, mata kami bertemu, deru napas kami bersahut-sahutan karena gerakan menggila yang kami lakukan barusan. Aku tersenyum mendapati wajah di depanku dan tanpa sadar aku menciumnya. Dia hanya diam saja tak meresponku. Mungkin dia shock dengan ulah liarku.

Setelah puas kulepas ciumanku, tersenyum. Aku menghirup udara banyak-banyak, seperti barusaja berlari marathon.

Belum juga napasku terkendali, seseorang menarik leherku menciumku rakus. Sialan, dia terlalu rakus, sampai aku kewalahan menghadapinya dan memilih menikmatinya. Menikmati setiap kecupan dan sentuhan tangannya. Ciumannya tak berhenti di bibirku, dia menelusuri setiap jengkal wajahku sampai menelusuri leherku dan memberikan beberapa tanda.

"Cukup, bukannya kau hanya ingin mengerjainya" ucap seorang gadis menghentikan pergumulan kami.

Pemuda di depanku tersenyum.
"Benar" sahutnya. Kemudian membawaku pergi menaiki mobil hitam sport yang sangat keren. Aku belum sempat mengaguminya, karena buru-buru didorong masuk.

Sekitar 10 menit kami tiba di area parkir apartemen mewah. Aku bisa melihatnya dengan bangunan kokoh, tinggi menjulang. Aku berdecak kagum, mana kala aku memasuki lobinya, luar biasa. Setelah meminta kunci, kami naik lift menuju lantai 4. Tanganku masih digandeng oleh Edfan dan dua temannya berdiri di samping kami.

Tak perlu waktu lama untuk sampai ke lantai 4, kemudian masuk ke kamar nomor 412. Setelah itu aku tak sadarkan diri.

*Edfan pov*

"Aku kira dia akan sadar terus, akhirnya pingsan juga. Minuman tadi membuatnya menjadi liar. Kalian masukan apa sebenarnya, sampai dia seperti itu?" ucapku tak percaya akan hasil dari minuman yang diberikan Boy.

Devo tersenyum miring. "Hanya sedikit mainan. Sekarang apa yang kau ingin lakukan?"

"Buat seolah-olah kita sudah melakukannya. Ema, kau urus dia" pintaku. Sebenarnya aku hanya ingin membuat wanita ini bertekuk lutut padaku dan menuruti keinginanku. Lagipula, mana ada sih orang yang anti pacaran. Jadi, aku ingin mengerjai dirinya, ini pasti lucu.

"Akan kuurus, kalian keluar dulu. Kalau kalian di sini, aku yakin akan terjadi hal yang benar-benar kalian inginkan" Ema berucap. Tentu saja hal ini membuatku dan Devo tersenyum mesum. Makhlumlah, kan kita pria normal.

Aku dan Devo terpaksa keluar kamar, menunggu Ema menyelesaikan pekerjaannya. Tak lama, Ema membuka pintu dan mempersilahkan kami masuk.

"SHIT!!" pekikku seketika melihat Ema menghamburkan pakaian Firza di lantai, aku bisa melihat pakaian dalamnya. "Ngapain kamu lepas juga itu? Kalau nanti malam aku khilaf gimana!?" ucapku menunjuk bra di lantai apartemenku. Jika ibuku mengetahui hal ini aku yakin dia akan bangun dari kubur dan mengebiri diriku.

"Terserah. Itu sih tanggung jawab kamu, yuk Vo, balik" ajak Ema yang jelas tidak ingin melihat pacarnya melihat milik Firza berlama-lama. Gadis itu cemburuan. Tapi lebih bagus, jadi gadisku tidak jadi tontonannya.

Kini aku hanya tinggal berdua dengan wanita yang sudah terlelap tak sadarkan diri, aku yakin dia kini hanya memakai celana dalamnya saja. Oh Tuhan, kuatkan hambamu ini untuk tidak menyentuhnya. Kubuka bajuku dan membuangnya asal. Kemudian mencoba tidur di sampingnya. Jantungku sebenarnya berpacu cukup cepat, aku tidak ingin melakukan hal yang diluar hal.

Okey, mari tidur. Kucoba memejamkan mataku. Hingga aku terlelap dalam tidurku. Ini perjuangan pertamaku menahan segala rasa di saat semua sudah berada di depan mata. Ya Tuhan, wanita ini sungguh menggoda. Kuatkan hamba-Mu ini Tuhan.

Tiba-tiba gadis di sampingku menggeliat, menoleh ke arahku. Dengan sigap aku terduduk di sampingnya. Aku tidak ingin dia sadar dengan kondisi seperti ini. "Apa yang kau lakukan di sini? Kepalaku pusing sekali" ucapnya sambil mengusap-usap kepalanya. Ini benar-benar lucu. Tuhan, kuatkan anak-Mu ini.

"Kau membawaku pulang, terima kasih" ucapnya yang tiba-tiba menarik leherku ke arahnya dan memberikanku sebuah ciuman. Ciuman dalam dan cukup lama. Kemudian mendorongku setelah puas. Lalu ia tertidur kembali.

Oh God, kalau aku laki-laki brengsek yang tidak takut dosa, hal yang tidak-tidak pasti akan terjadi saat ini juga. Namun kepalaku tertarik untuk mendekatinya dan memberikan sebuah ciuman dikeningnya sebagai ucapan selamat malam kemudian aku kembali tidur di sampingnya.

^_^, 💞💕💞💕💞

Off SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang