Semua orang mengira kalau memang ada apa-apa antara aku dengan anak pemilik perusahaan ini. Ya ampun, kenapa masalah selalu muncul setelah aku bertemu dengannya?
Mendengar ucapannya, yang mengataiku hamil gara-gara mualku, membuat mata semua orang tak percaya dengan apa yang terjadi. Apalagi perut sialan ini, kenapa rasanya aku ingin muntah? Apa gara-gara aku tidak makan dari pagi? Sial.
Kutarik paksa lengannya kasar, membawanya pergi menjauh. Aku tidak ingin mempermalukan dirinya, orang tuanya bahkan diriku sendiri. Aku harus bicara dan menjelaskan padanya. Aku yakin, tidak ada yang terjadi padaku waktu itu selain menciumnya.
“Kita mau ke mana?” tanyanya merajuk.
Mulutku tertutup tak menyahut pertanyaannya. Ia hanya mengikut saja kubawa ke mana pun.
Karena kurasa sudah cukup jauh dari gedung kantor. Aku berbalik dan menoleh menghadapnya.
Bocah di belakangku terkejut karena aku berhenti dan menoleh mendadak ke arahnya. Apalagi kini wajahku tak bersahabat lagi padanya. Rasanya kepalaku ingin meledak menghadapi kelakuan bocah ini.
“Aku tau, kau anak dari pemilik perusahaan. Aku tau kalau aku mengatakan ini aku pasti terancam akan dipecat dari perusahaan. Tetapi aku tidak peduli lagi”
Kuhela napas panjang mengatur jantungku yang kini berlompatan tak menentu.
“Dasar bocah gesrek, di mana sebenarnya otakmu, huh? Kau bicara di depan orang kalau aku hamil ketika aku sudah menolak lamaran ayahmu? Kau gila? Dasar otak udang? Idiot. Aku tau kau hanya pura-pura, aku tau kau hanya mempermainkanku kan? Seperti yang kau lakukan saat berhasil membawaku ke club malam itu? Dan kini kau melibatkan orang tuamu? Kau sungguh keterlaluan” dadaku kembang kempis setelah meluapkan emosi terpendamku. Bomku sudah kuledakan.
“Kau...mempermainkan orang lain itu sungguh kekanak-kanakan. Walaupun memang aku belum pernah berkencan dengan siapapun dan tidak berniat untuk kencan dengan siapapun. Jadi hentikan main-mainmu. Selesaikan kuliahmu dan aku akan bekerja dengan tenang seperti dulu. Aku tidak butuh perhatianmu atau apapun itu darimu. Dan soal kejadian waktu itu, aku yakin tidak terjadi apapun....kecuali...soal ciuman. Jadi, lebih baik kau lupakan saja, aku tidak akan pernah hamil hanya gara-gara menciummu” ucapku yakin.
“Kakak ingat saat menciumku?” tanyanya antusias. “Itu pertama kalinya untukku. Biasanya aku menciumi mereka dan kakak orang pertama yang menciumku. Jadi, aku cukup serius tentang ajakan kencan juga lamaran. Lagipula, kenapa sih kakak begitu anti sama yang namanya pacaran. Bukannya pacaran itu asyik?” ucapnya sambil memegangi kedua jemariku bersemangat.
Kukibaskan tanganku, berharap dia melepaskannya namun tak berhasil. “Kakak tau, aku rela melakukan apapun demi bisa berkencan dengan kakak. Bahkan aku sudah melakukan penawaran dengan ayah kalau setelah lulus aku akan bekerja di perusahaan miliknya demi mendapat ijin. Jadi mau ya, kakak kencan denganku? Okey, kita tidak akan tunangan, kita akan berkencan dulu, gimana?” kedua manik matanya memandang ke arahku dengan penuh harap.
Aku ingin bertanya, sebenarnya apa yang merasuki otaknya sampai mengharap begitu banyak dariku dan begitu menginginkan untuk berkencan denganku. Apa dia sudah bosan dengan teman-teman seumurnya dan kini ingin bermain-main dengan orang yang lebih dewasa darinya? Atau karena tumpukan tugas kuliahnya membuat otaknya membeku dan melakukan keabnormalan? Namun aku sudah lelah.
“Tidak. Kuharap tidak ada lagi hal-hal aneh yang kau ciptakan mulai sekarang. Dan aku ingin kau melupakan kejadian waktu itu” sebenarnya aku sudah cukup malu dengan kejadian di kantor hari ini, aku tidak mampu menutupi perasaan dipermalukan di depan umum seperti tadi. Ini sudah cukup, aku tak tahan lagi.“Bagaimana mungkin? Aku menyukainya jadi...”
“Lupakan” bentakku, tak terasa airmataku mulai menggenang. Aku sungguh berharap dia tidak lagi membahas malam laknat itu. Aku sudah cukup hina jika mengingatnya. Dan aku berharap memang tidak ada apapun yang terjadi waktu itu.
“Aku tidak ingin bermain-main lagi denganmu” kubalikkan tubuhku dan berjalan meninggalkannya.
#####
Hei, sampai disini dulu ya, si Firza ngambek nih, nah lho fan, nangis tuh... Lo apain dia, hayooo... Masak diajakin kencan malah nangis??
Dilanjut besok lagi ya,
thank you udah mampir, koment juga boleh, ceritanya bosenin nggak? Klo bosen aq berhentiin?? Tolong dibalesin... Untuk kelangsungan hidup dari cerita ini... *bow* Thank you guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Off Side
RomanceBagaimana rasanya bila tiba-tiba dirimu bangun tidur di tempat asing bersama orang yang sungguh ingin kamu hindari. Kamu pasti akan berteriak, memaki, menendang, melempar bahkan jika didekatmu ada benda tajam, kamu pasti akan membunuh orang itu seke...