Tell Me Why Is Him?

4.5K 204 17
                                    

Pagi ini muka ramahku yang biasa kusunggingkan pada semua orang menghilang. Akibat ulah bocah gesrek kemarin. Aku berjanji akan kulakukan pembalasan padanya nanti. Dia sudah mengambil sesuatu yang paling berharga dariku. Ciuman yang seharusnya untuk suamiku. Kenapa dia dengan seenaknya mengambilnya tanpa permisi. Jika sampai aku melihat wajahnya aku akan menamparnya, memukulinya bahkan aku akan menghajarnya sampai dia minta ampun padaku.

"Muka kamu anyep banget Za, ada apa emang?" celetuk Dio teman sekantorku. Dia ini cowok tapi mulutnya bocor banget.

"Kudengar ada anak magang naksir kamu ya?" mataku melebar. "Tuh kan bener, siapa? Bocah yang ngasih kardus waktu itu?" Dio terus memborbardir diriku dengan pertanyaan, akan tetapi aku diam saja tak menyahut.

Kuabaikan dirinya, memilih siap mengerjakan tugas kantorku yang sudah menunggu untuk kuselesaikan.

"Ah nggak seru, masa nggak mau cerita sih. Oya, semalem kata penjaga ruang kontrol dia menemukan sesuatu di ruangan ini" mendengar ucapan Dio mau tak mau mataku menatap ke arahnya, sepertinya dia berhasil memancing rasa ingin tahuku tentang apa yang ditemukan oleh penjaga ruang kontrol.

"Penasaran ya? Sayangnya tuh penjaga diem aja nggak mau kasih tau. Oh ya, kemarin kan kamu yang pulang terakhir, emang ada apa?"

Aku tersenyum kecut ke arahnya. "Elah Za, kasih tau kenapa?" ucapnya memaksa.

"Kamu itu ya, cowok kog tukang gosip. Sono gih kerja" usirku malas menanggapi manusia satu ini.

"Ah, kamu ini nggak asyik. Akan kucari sendiri nanti, dasar cewek pelit" Dio kabur setelah mengacak rambutku.

Sialan, cowok ini memang tak punya kode etik kepekaan wanita. Apa ini? Entahlah. Pasti kalian tau kan berapa lama kalau cewek itu dandan? Lama kan? Dan dia dengan seenak udelnya mengacak tatanan rambut terbaikku. Padahal aku sendiri tidak yakin apakah ini baik atau buruk. Tapi menurutku ini yang terbaik. Sial.

"Za dicariin atasan, suruh ke kantor tuh. Emang ada masalah apa'an sama anak magang, kog tadi anak magang juga dipanggil" seru Neysa melongok di depan pintu ruanganku.

Mampus, ada apa ini? Jangan-jangan mereka melakukan kesalahan lagi. Bisa-bisa aku lagi yang kena tegur, rutukku dalam hati. Aku berdiri dari tempat dudukku, kemudian melangkahkan kaki menuju tempat 'pengadilanku' apakah berakhir dengan aku dibantai atau aku dibiarkan lolos. Entahlah.

Kuketuk pintu terkutuk itu sebelum aku memasukinya. Setelah mendapat sahutan kulangkahkan kaki memasuki ruangan pengadilan.

Kutatap sang pemilik ruangan, ada seseorang lain berdiri di depannya namun posisinya membelakangiku jadi aku tidak tau siapa orang tersebut.

Atasanku berdiri dari tempat duduknya, entah kenapa jantung ini berdegup tak karuan takut kena omelannya. "Oh Firza, kemarilah. Akan kuperkenalkan anak pemilik perusahaan ini. Dia salah satu anak magangmu" ucap atasan. Memperkenalkan pemuda yang kini berdiri di sampingnya.

Semula aku tersenyum menanggapi ucapan si bos karena akhirnya aku tidak kena hukuman atau omelan apapun. Namun ketika melihat pemuda yang diperkenalkannya padaku, seketika wajahku tercengang tak percaya.

Pemuda yang ingin kuhajar, ingin kutampar, ingin kutendang, ingin kuhabisi, ternyata dia kini berdiri di depanku. Rasanya tubuh ini seperti meleleh tak berdaya. Ya ampun, salah apa aku ini.

Mau tak mau bibir ini melengkung indah dengan sempurna dan terpaksa menatapnya yang kini menatapku dengan senyum penuh kemenangan. Sialan. Anak ini, kenapa bisa dia jadi anak pemilik perusahaan ini, kenapa dia harus jadi anak didikku selama magang dan kenapa dia harus mengambil ciuman paling berharga dariku? Jika dia tidak melakukan itu, aku akan berbaik hati padanya dengan tulus ikhlas dan murni tetapi ini aku tak mampu melakukannya. Ini diluar kehendak hatiku. Kenapa aku harus berbaik hati padanya saat aku ingin membunuhnya saat itu juga.

###

Hoi hoi...Rya is back... Nulis ini aku membayangkan anak magang yang ada di JMI. Dia ini sakleknya minta ampun, bayangin wajahnya pengen gue timpuk kepalanya pake toa. Nah lho, kekerasan gue. Maafin ini hanya angan" nggak sama sekali kejadian. Paling gue geplak kepalanya, saking resenya tuh anak. Btw gue harus bilang makasih sama tuh bocah.. Sudah kasih gue inspirasi buat sosok tokoh pria gesrek. Belum dapet gesreknya? Bentar ya nyusul di part selanjutnya... Adios selamat malam...

Off SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang