Akhirnya, selesai juga pekerjaanku. Lagi-lagi pulang malam. "Hah.... Pulang malam lagi" bibirku mengerucut sebal. Setelah membereskan meja, aku bergegas keluar kantor.
Sampai di lobi, sudah tidak ada orang kecuali satpam yang berjaga. Aku membungkuk dan menyapanya sebelum benar-benar meninggalkan kantor. Namun tiba-tiba saja lenganku ditarik seseorang. Aku menjerit kaget. Namun saat mengetahui orang yang menarikku, kutarik lenganku ke arah berlawanan darinya, yang membuatnya terpaksa untuk menghentikan aksinya.
Ia menoleh menatapku. "Kenapa?" tanyanya. Kuhela napas, seharusnya aku yang di sini bertanya, kenapa malah dia? "Ayo kakak, bentar lagi malam. Kalau kemalaman tempatnya tutup" ucapnya sambil menarik lenganku lagi. Kutarik paksa sekali lagi. Ia menoleh lagi. "Apa lagi?" rengeknya.
Alisku mengkerut, bingung dengan ulah bocah ini. "Sebenarnya kau itu mau apa? Narik orang sembarangan. Kalau aku tadi teriak dan orang-orang memukulimu, gimana?"
"Tapi nggak teriak kan? Ya sudah ayo" ia kembali menarikku, kali ini dengan kedua tangannya.
"Kau itu sebenarnya ingin mengajakku ke mana?" tanyaku yang mau tak mau ikut dengannya. Terpaksa.
"Kencan. Udah deh ikut aja kenapa?" ucapnya tanpa dosa. Okey fine, kuikuti ucapannya. Bukannya aku takut akan diadukannya diriku, tetapi aku ingin tau ke mana dia membawaku pergi. Kencan? Bocah ini memang gila. Sudah tidak waras. Biar saja asalkan dia bahagia.
Ia mengajakku ke cafe anak muda. Aku belum pernah ke tempat ini. Suasananya hampir mirip club malam. Tetapi hanya anak muda seusianya yang diijinkan masuk. Aku diijinkan masuk karena dia memberi tips kepada penjaga di depan. Mereka pasti tau aku bukan seumuran dengan bocah ini, apalagi pakaian kerjaku ini. Jas hitam, blouse pink dan bawahan hitam. Orang kantoran.
"Kukenalkan teman-temanku" ucapnya menggiring tubuhku ke arah kerumunan anak-anak yang sedang duduk dan berpesta. Mataku mengerjap berkali-kali melihat suasana yang baru pertama kali kulihat. Walau umurku lebih dewasa dibandingkan dengannya aku tidak pernah ke tempat seperti ini.
"Hai guys... Kenalin pacarku. Cantik kan?" ucapnya bangga sambil menunjukkan aku kepada bocah-bocah yang berkumpul di salah satu meja, menikmati cemilan dan minuman mereka. Tunggu, mereka minum? Tempat ini club malam untuk remaja seperti mereka?
"Dia bukannya yang di kantor itu? Berhasil juga kau membawanya" sahut salah satu temannya yang ternyata anak magang yang juga magang di tempatku. Bocah itu memperlihatkan deretan giginya bahagia.
Tunggu, dia sudah merencanakan hal ini?
"Kalian pacaran? Serius?" tanya gadis paling ujung.
"Dia selalu serius, Ta" gadis yang duduk tak jauh darinya terlihat cemberut kesal mendengar jawaban dari temannya. Aku tersenyum. Ia sebenarnya menganggapku apa.
"Siapa bilang aku pacaran dengan bocah ini? Dia hanya menculikku paksa dan membawaku ke sini" kuhela napas berat. "Sudah kan? Aku mau pulang. Lebih baik aku pulang dan tidur daripada bersama kalian. Sebaiknya kalian juga pulang, tempat ini... Huffthh... Bukan urusanku juga" aku hanya tidak ingin ambil pusing tentang kelakuan mereka, toh mereka bukan siapa-siapaku, jadi tidak penting sama sekali untukku pikirkan.
"Yaaa... Kakak ini, tidak. Kita kan kencan, jadi tetap di sini menemaniku" lengan kananku ditarik paksa olehnya dan menyuruhku duduk di samping. Lebih tepatnya memaksaku untuk duduk bersama bocah-bocah ABG ini.
"Kakak haus kan, minum ini" ucap salah satu teman Edfan menyodoriku sebuah gelas dengan minuman warna biru muda sambil tersenyum padaku.
Edfan menatap temannya kemudian menatap padaku. Aku sempat meragukan minuman yang diberikan padaku. Tetapi karena semua mata mengarah padaku, seakan menyuruhku untuk mengambil minuman itu. Jadi dengan berat hati aku menerimanya. Walaupun aku sudah menerimanya pandangan mereka masih belum melepaskanku, mau tak mau aku meminumnya.
Rasanya manis dan menyegarkan.
Kulihat bocah yang memberikan minuman padaku tersenyum, lebih tepatnya cengiran. Menepuk bahu Edfan pelan. Mereka merencanakan apa? Kuminum lagi minuman itu tanpa ambil pusing, karena memang aku haus.
"Kakak mau menari?" bisik Edfan padaku. Musik kini menghentak, gendang telingaku hampir pecah dibuatnya. Kugelengkan kepalaku. Bukannya menurut dan pergi saja dia malah menarik lenganku. Bocah ini sungguh suka sekali memaksakan kehendaknya.
Ia menggerak-gerakkan tanganku seirama dengan tangannya. Ini menggelikan sungguh. Aku tidak ingin jadi bahan tontonan, pakaian kantor di tengah anak muda, menari, aku bisa gila.
Sial, kenapa tubuhku tak sejalan dengan otakku. Kini aku menari mengikuti musik dan Edfan tersenyum di depanku ikutan menari. Entahlah, sepertinya urat maluku lepas sekarang. Aku juga berani merangkul leher Edfan dengan kedua lenganku. Mungkin sekarang aku sudah gila. Aku sudah kehilangan kewarasanku, aku tidak sadar dengan apa yang aku lakukan saat ini. Semoga saja, kegilaanku ini tidak berakibat buruk nantinya.
Aku terbangun, kepalaku terasa pusing sekali dan bahkan seluruh tubuhku tak kuasa untuk beranjak pergi dari tempat tidur yang terasa nyaman ini. Namun sinar cahaya mentari mengusik tidurku, ia menyilaukan mataku dan memaksaku untuk membuka mata yang masih ingin terpejam nyaman.
Entah apa yang terjadi semalam, yang kurasakan hanya lemas. Sebelah mataku terbuka yang lain menyipit, berusaha melihat kondisi sekitar. Ruangan yang didominasi warna putih dan biru yang sempat terlihat oleh mataku. Dinding, lemari dan tirai jendela besar, kurasa itu pintu balkon. Kepalaku terasa sakit sekali, serasa dunia ini berputar. Kuusap kepalaku berharap rasa sakit itu segera hilang, namun nihil kepalaku masih sakit. Kubalikkan tubuhku, yang semula tengkurap mencium bantal kini menatap langit-langit kamar yang berwarna putih dengan hiasan lampu gantung yang sederhana, beberapa kristal dan entahlah apa itu. Aku tak melihat jelas. Yang membuatku terkejut adalah saat kudengar sebuah dengkuran di sampingku. Aku menoleh dan seketika mataku yang masih setengah terbuka menjadi melebar tanpa di komando. Kulihat bocah menyebalkan pengganggu kehidupanku tidur di sampingku dengan kondisi toples dan tubuh bagian bawahnya tertutup selimut yang sama dengan yang kupakai.
"Shit!" seruku tanpa sadar. Apalagi ketika kutemukan diriku dengan kondisi hanya mengenakan celana dalam. Oh my God. Apa yang terjadi semalam? Seketika aku terbangun dan menutupi tubuh polosku. Mataku berkeliling mencari di mana pakaianku berada. Apa ini mimpi buruk atau ini hanya halusinasiku saja? Bagaimana bisa aku sampai di kamar ini bersama bocah gesrek ini dengan kondisi, arrgggghh....jika orang tuaku tau kondisi ini, aku bisa dijadikan biarawati.
To be continue... 😘😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Off Side
RomanceBagaimana rasanya bila tiba-tiba dirimu bangun tidur di tempat asing bersama orang yang sungguh ingin kamu hindari. Kamu pasti akan berteriak, memaki, menendang, melempar bahkan jika didekatmu ada benda tajam, kamu pasti akan membunuh orang itu seke...