Bel pertanda istirahat berbunyi. Hampir semua siswa-siswi di seantero sekolah berhamburan keluar kelas untuk menuju kantin, dengan tujuan untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan. Tidak peduli betapa panasnya udara di dalam kantin atau banyaknya orang-orang yang berdesak-desakan. Intinya perut harus terisi.
Fasha bersama satu orang temannya, Andin, duduk berhadapan di kursi kantin sambil menikmati hidangan yang mereka beli yang tersaji di atas meja kantin. Tidak ada percakapan di antara mereka, sampai tiba-tiba seorang cowok datang menghampiri mereka berdua.
"Sha, Anan lagi berantem sama Nero di tengah lapangan!" kata salah satu cowok di antara mereka, Ghani.
"Kok bisa?" Fasha langsung berdiri dari duduknya.
"Mana kita tau, pokoknya lo harus ke tengah lapangan sekarang!"
Tidak perlu lama-lama lagi, Fasha segera berjalan menuju ke arah lapangan, diikuti Andin di belakangnya.
Sesampainya di lapangan, banyak kerumunan orang-orang yang menghalangi Fasha untuk melihat Anan. Terpaksa, Fasha harus menerobos mereka semua.
"Misi, misi." Fasha berusaha agar bisa melihat aksi antara Anan dan Nero.
Sesampainya Fasha di depan kerumunan, ia terdiam seketika. Yang ia lihat berbeda dengan apa yang ia pikirkan. Jika yang ada di pikirannya Anan babak belur akibat bertengkar, namun sekarang di hadapannya ini benar-benar tidak seperti yang ia bayangkan. Yang Fasha lihat sekarang, Anan berdiri sambil memegang alat musik gitar tanpa ada luka. Nero pun juga tidak ada di dekat Anan.
Apa ini sebuah rencana?
"Sha," panggil Anan sambil menatap mata Fasha dalam-dalam.
Jari-jari Anan perlahan mulai memainkan gitar. Karena kemahirannya dalam bermain gitar, sampai-sampai tidak ada nada yang meleset sekalipun. Semuanya terlihat seperti sudah disiapkan sejak awal.
"How would you feel, if i told you i loved you? It's just something that i want to do. I'll be taking my time, spending my life. Falling deeper in love with you, so tell me that you love me too... 🎼"
Anan menyanyikan lagu How Would You Feel, Ed Sheeran, di bagian reffnya. Ia bernyanyi sambil menatap mata Fasha, berharap yang ditatap mengerti dan peka apa yang ia maksud. Di setiap kata dan kalimat di dalam lagu itu, terdapat makna yang tersirat saat Anan menyanyikannya. Walaupun hanya menyanyikan sebuah lagu, namun jantung Anan tidak bisa berdetak secara normal. Jantungnya seakan-akan ingin copot karena berdetak terlalu cepat. Ya, meskipun kedengarannya mustahil jika jantung bisa copot.
Fasha menatap Anan dengan tatapan haru, merasa takjub dengan apa yang ia lihat. Sedikit tidak menyangka bahwa Anan yang ia kenal sejak kecil itu bisa melakukan hal yang benar-benar di luar dugaannya. Terlebih lagi ia menampilkan itu semua di depan orang banyak.
Anan memberhentikan aktivitasnya. Kemudian ia berjalan dua langkah mendekat ke arah Fasha. Perasaanya campur aduk sekarang. Walaupun begitu, ia tetap berusaha agar terlihat tenang.
"Sha, be my girl?"
Fasha terdiam beberapa detik, kemudian ia berkata, "Maaf, gue gak bisa."
🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Fashanan [Completed]
Short StoryI'm lucky i'm in love with you, Fasha. Copyright ⓒ 2018 by Davina P. N.