"Nan! Bangun kebo!" Nero mengguncang-guncangkan tubuh Anan yang terbaring di atas karpet yang terletak di pojok kelas.
Di kelas Anan, XI IPS-2, memang tergolong memiliki fasilitas yang lengkap. Atau mungkin bisa dikatakan penghuni kelas tersebut tergolong 'niat'. Terutama bagi siswa laki-lakinya. Meskipun fasilitas di kelas ini hampir sama dengan kelas lain, namun ada beberapa barang yang mereka beli untuk keperluan mereka sendiri. Contohnya seperti karpet dan wi-fi.
Bicara soal karpet, benda satu ini memang sengaja dibeli oleh siswa-siswa cowok dengan cara patungan untuk mabar game online, tidur, ataupun sekedar santai-santai saja. Namun karpet ini tidak bisa dipergunakan oleh siswi cewek. Ralat, maksudnya tidak diperbolehkan untuk menggunakannya. Itu dikarenakan siswi cewek tidak ikut patungan untuk membelinya. Lagian buat apa ikut patungan, toh mereka juga tidak akan menggunakan karpet itu. Berbeda dengan wi-fi yang semuanya ikut patungan untuk membelinya.
"Woy, bangun kampret! Mentang-mentang Bu Erna enggak masuk, malah enak-enakan molor."
Masih belum ada tanggapan dari Anan. Cowok itu masih terbaring di atas karpet dengan kepala yang dialasi tas sekolah. Mungkin ia kelelahan karena semalam ia menghabiskan waktunya dengan bermain game Dota sampai larut malam.
Beberapa saat kemudian, Anan terbangun dari tidurnya setelah sekian lama Nero berusaha untuk membangunkannya.
"Akhirnya bangun juga lo, nyet! Gue kira bablas." Nero berkata seenak jidatnya.
"Sialan lo!" balas Anan sambil mengucek matanya.
Anan yang masih setengah sadar dengan mata yang memerah berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya. Setelah beberapa menit diam, akhirnya ia bangkit dan berjalan menuju mejanya untuk mengambil botol minum.
"Ayo mabar PUBG!" ajak Nero.
"Bentar gue mau minum dulu," balas Anan. "Haus."
"Kelamaan molor sih, lo. Kering 'kan tenggorokan lo jadinya."
Setelah Anan sampai di mejanya, ia melihat botol minum miliknya tidak ada isinya. Alias air yang ada di dalamnya sudah habis. Padahal seingatnya, air di dalam botol minumnya masih tersisa sedikit lagi.
Tiba-tiba suara Farhan terdengar di telinga Anan. "Minum lo abis, Nan. Gue minum tadi, hehe."
Anan merespon dengan botol minum yang ingin ia lempar ke arah Farhan namun tidak jadi. Sedangkan Farhan hanya cengengesan menampilkan gigi pagarnya.
Anan berjalan ke luar kelas menuju kantin untuk membeli minum. Namun saat di tengah perjalanan, ia melihat Fasha yang membuatnya ingat akan sesuatu.
Ingat akan mimpinya tadi.
Anan bernapas lega, "Ternyata cuma mimpi."
🍁
Jadi bab 1&2 itu mimpinya Anan, gais 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Fashanan [Completed]
Short StoryI'm lucky i'm in love with you, Fasha. Copyright ⓒ 2018 by Davina P. N.