Bab 7

760 82 11
                                    

Anan memarkirkan motornya di garasi rumahnya. Kemudian, ia masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya. Namun sebelum sampai di kamar, tiba-tiba suara Rani terdengar memanggil namanya dan membuat Anan berhenti berjalan menuju kamar.

Rani menyilangkan tangannya di depan dada. "Kamu habis dari mana, Nan? Basah kuyup gitu, nanti masuk angin."

Anan menyengir lebar, "Kalo Anan masuk angin, nanti Mama kerokin, ya."

Rani menggelengkan kepalanya saat mendengar jawaban dari Anan. Ia tidak habis pikir dengan kelakuan anak sulungnya itu. "Udah-udah, mandi sana. Habis mandi, kamu langsung makan."

"Iya-iya."

Anan berjalan masuk menuju ke dalam kamarnya. Sesampainya di kamar, Anan segera mandi untuk membersihkan tubuhnya serta membuatnya merasa segar kembali.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit untuk mandi, Anan pun keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah melekat di tubuhnya. Dengan memakai kaos lengan pendek berwarna hitam dan celana pendek sedengkul berwarna abu-abu, tidak akan mengurangi ketampanan seorang Anan.

Anan keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan. Sesampainya di ruang makan, ia melihat adiknya yang sedang makan sambil bermain game di ponselnya. Kakak dan adik sama saja, tidak bisa jauh dari yang namanya game.

Ngomong-ngomong tentang adiknya Anan, ia bernama Anaf. Namanya hampir sama dengan Anan, hanya saja berbeda huruf di akhir nama. Sifat mereka juga hampir sama, namun Anaf lebih sedikit kalem dari pada Anan. Umur Anaf hanya terpaut 2 tahun dari Anan, dan sekarang Anaf masih menginjak kelas 9 SMP.

"Woy!" teriak Anan di telinga Anaf, kemudian ia menduduki kursi di sebelah Anaf.

"Astagfirullah!" Anaf mengusap-usap dadanya akibat terkejut. "Untung di mulut gue lagi gak ada makanan."

"Seharusnya ada, biar lo keselek."

Anaf mendorong kursi yang ditempati oleh Anan dengan kakinya, "Sana jauh-jauh, bukan Abang gue lo!"

Ekspresi Anan berubah menjadi pura-pura terkejut. "Ya ampun! Jadi selama ini lo bukan adik gue? Siapa orangtua lo sebenernya? Kenapa dia ngebuang lo?" Anan tertawa jahat.

"Anan! Mulut kamu Mama kerokin pake linggis baru tau rasa." Rani tiba-tiba saja datang dan menjewer telinga kiri Anan.

"Aduh-aduh!" Anan merintih kesakitan.

Anaf tertawa terbahak-bahak, "Mampus lo! Kenal omel sama Ibu kos!"

"Anaf!" satu tangan Rani menjewer telinga kanan Anaf.

"Aduh sakit, Ma!"

Sekarang posisi Rani berada di tengah-tengah dua anaknya sambil menjewer salah satu telinga mereka masing-masing. "Berantem lagi, biar Mama bisa nambah kenceng buat jewer kalian."

Dan di saat seperti itu, tiba-tiba saja terdengar suara tawa seorang perempuan. Lantas Anan dan Anaf menoleh ke sumber suara, kecuali Rani yang sudah tahu.

Mata Anan membulat lebar, "Fasha?"

🍁

Fashanan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang