Bab 6

783 94 6
                                    

Motor besar Anan yang berwarna hitam membelah jalan raya di tengah derasnya hujan. Anan mengendarai motornya dengan kecepatan yang tinggi. Ia tidak peduli yang sedang dilakukannya dapat membahayakan keselamatannya sendiri dan juga orang lain. Sekarang, pikirannya benar-benar berantakan. Yang ingin ia lakukan hanya satu, yaitu menenangkan pikiran dan hatinya saat ini.

Anan memarkirkan motornya di pinggir danau. Kemudian ia turun dari motornya dan duduk di pinggir danau. Anan menatap air hujan yang turun, tidak peduli jika bajunya basah terkena hujan ataupun dirinya sakit karena hujan-hujanan. Menurutnya, apa yang ia lakukan sekarang bisa membuatnya merasa tenang.

Anan merasa bingung, kenapa dirinya bisa jatuh cinta pada Fasha dalam jangka waktu kurang dari 24 jam? Kenapa terlalu mudah untuknya jatuh cinta pada Fasha hanya karena memimpikan cewek itu? Padahal sudah bertahun-tahun ia bersama dengan Fasha, namun baru ini ia memiliki perasaan pada Fasha.

Namun kenapa di saat Anan mulai mencintai Fasha, cewek itu malah menjadi milik orang lain?

Jawabannya, sudah menjadi takdir Anan seperti itu. Dan hanya Tuhan yang mengetahui akhir dari cerita percintaan Anan.

Tiba-tiba ponsel Anan bergetar, kemudian ia mengambil benda pipih itu dari dalam kantong celana sekolahnya. Tertera notifikasi pesan masuk dari Line.

Fasha : Nan, lo di mana?

Membaca pesan dari Fasha, Anan segera mengetikkan pesan balasan.

Anan : Kenapa emangnya? Kangen?

Pesan dari Anan langsung dibaca oleh Fasha. Dan tidak lama kemudian, pesan dari Fasha kembali masuk.

Fasha : Tadi lo enggak ada di sekolah, jadinya gue dianterin Reyvan pulang.

Fasha : Lo udh di rumah kan sekarang? Jangan main ujan-ujanan!

Fasha : Gue gak mau lo sakit!

Anan tersenyum melihat pesan dari Fasha dan mengetik pesan balasan.

Anan : Iyaa.

Anan kembali memasukkan ponselnya ke dalam celana. Untung saja hujan mulai reda, jadi tidak terlalu berefek pada ponselnya.

Namun Anan kembali mengingat apa yang ia lihat tadi di sekolah. Anan merasa hatinya begitu rapuh untuk mengingat hal itu. Semakin Anan mencoba untuk melupakannya, semakin ia ingat di dalam pikirannya.

Obatnya hanya satu, tidak memikirkannya secara berlebihan dan biarkan semua ini berjalan seiring dengan waktu. Lakukan sesuatu yang baru yang dapat membuat hal itu bisa dilupakan secara perlahan. Dan Anan bertekad untuk melakukan itu semua.

Tanpa Anan ketahui, seseorang sedang menatapnya dari jauh.

🍁

Fashanan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang