Anan dan Fasha sedang berada di bandara Soekarno-Hatta. Bukan untuk berlibur bersama, melainkan untuk mengantar Anan yang akan kuliah di luar negeri. Lebih tepatnya di Australia.
Sebenarnya Fasha tidak rela jika Anan pergi ke sana. Tetapi cewek itu berpikir bahwa Anan butuh masa depan yang cerah dan bisa menjadi orang yang sukses. Maka dari itu, Fasha merelakan Anan pergi ke Australia.
Dan jadinya, mereka merasakan Long Distance Relationship. Alias LDR.
"Jaga kesehatan di sana. Jangan lupa sholat, jangan lupa makan, jangan lupa minum, jangan lupa mandi, jangan lupa istirahat, jangan lupa telpon aku kalo udah nyampe," ujar Fasha. "Jangan lupain aku juga."
Anan terkekeh. "Gak bakal aku lupain kamu. Cewek model kamu kan cuma ada satu di dunia ini. Alias langka kayak orangutan."
"Kok orangutan? Kan itu hewan, aku manusia."
"Maksudnya bukan satu spesies. Tapi kamu langka sama kayak orangutan."
"Hewan lain kan banyak!"
"Aku maunya itu."
Fasha melipat kedua tangannya di dada. "Maksud aku gini, nih. Siapa tau aja kamu suka yang lain, yang gak kayak aku."
"Jadi kamu mau aku suka sama yang lain?" tanya Anan. "Ya udah entar aku cari di sana. Entar aku kasih tau kamu kalo aku udah dapet orangnya."
Fasha memukul lengan Anan. "Kamu, mah!"
Anan tertawa. Pasti ia akan merasa rindu dengan semua orang yang ia kenal di Jakarta jika ia sudah sampai di Australia. Ia pasti akan merindukan orangtuanya, adiknya, pacarnya, sahabat-sahabatnya, teman-temannya, dan yang lainnya.
"Yah, gak ada yang godain gue lagi." Anaf memasang muka sok sedih.
"Nan, chat gue kalo ada cewek cantik. Terus lo kasih kontaknya ke gue," ujar Farhan.
"Cewek lokal aja, sih, An." timpal Ghani. "Gak usah yang berlebihan. Tuh bule juga palingan gak mau sama lo."
"Goblok!" Nero tertawa.
Anan melihat sahabat-sahabatnya yang sifatnya hampir sama seperti dirinya. Ia merasa berat meninggalkan orang-orang yang ia sayangi untuk pergi kuliah di Australia. Namun mau dan tidak mau, suka dan tidak suka, ia harus menjalankan itu semua.
"Jaga diri kamu baik-baik, ya, Sayang." Rani memeluk anaknya itu. "Mama do'ain kamu di sini."
Air mata jatuh dari mata Rani. Merasa berat membiarkan anaknya tinggal di negara lain.
"Papa do'ain kamu juga, Nan. Jangan macem-macem di sana. Kalo kamu macem-macem, Papa gosok kamu pake setrikaan." Andra menepuk-nepuk pundak anaknya.
"Serem banget, Om!" seru Farhan.
"Jangan deketin cewek lain lo, Bang! Inget di sini ada Kak Fasha." Anaf mengingatkan.
"Bawel, lo!"
Anan, Nero, Farhan, dan Ghani berpelukan. Setelah itu Anan memeluk papanya, kemudian adiknya, dan yang terakhir memeluk Fasha.
"Gue mau nangis, nih," ujar Ghani yang berada di tengah-tengah antara Farhan dan Nero.
"Sama," timpal Farhan dan Nero bersamaan.
"Kamu di sini juga baik-baik, ya. Jangan lupa sholat, jangan lupa makan, jangan lupa minum, jangan lupa mandi, jangan lupa istirahat," ujar Anan pada Fasha. "Jangan ngelirik cowok lain."
Fasha melepaskan pelukannya. "Iya-iya."
"Jaga baik-baik hati kamu buat aku, oke?"
Fasha mengangguk. "You too."
🍁
Extra part!!
Terima kasih banyak udah baca cerita ini dari awal sampai bagian ini. Fashanan udah tamat gess 😔 bakalan kangen sama Fasha dan Anan.
Makaciww sekali lagi buat kaliaaan! Lopyu ❣
KAMU SEDANG MEMBACA
Fashanan [Completed]
Short StoryI'm lucky i'm in love with you, Fasha. Copyright ⓒ 2018 by Davina P. N.