Bab 9

719 83 8
                                    

Saat Fasha pulang ke rumahnya, Anan jadi merasa bersalah pada cewek itu karena sudah mendiamkannya begitu saja. Kelihatan jelas dari raut wajah Fasha jika sebenarnya ia marah. Dari pada harus terus-menerus merasa bersalah, akhirnya Anan berniat mengajak Fasha jalan-jalan. Siapa tahu dengan caranya seperti itu dapat membuat Fasha tidak marah lagi dengannya.

Anan mengambil ponselnya yang berada di atas meja dan mengetikkan sebuah pesan chat kepada Fasha.

Anan : Mau jalan-jalan gak?

Setelah mengetikkan pesan tersebut, Anan menunggu balasan dari Fasha dan berharap semoga saja Fasha menerima tawarannya itu. Kurang dari 1 menit, Fasha membalas pesan dari Anan.

Fasha : Y.

Anan : Otewe.

Setelah membaca dan sudah membalas pesan dari Fasha, Anan cepat-cepat menuju kamarnya untuk mengambil jaket serta kunci motornya. Setelah itu ia menuju parkiran dan langsung mengendarai motornya untuk menjemput Fasha. Tidak lupa bagi Anan untuk memakai helm.

Sesampainya di depan rumah Fasha, ia melihat cewek itu sedang berdiri menunggunya dengan wajah yang masih sedikit cemberut.

Anan membuka helmnya, "Tuan Puteri sudah lama menunggu?"

"Baru." Fasha masih sedikit jual mahal.

"Tuan puteri tau gak kita akan jalan-jalan ke mana?"

Fasha memutar bola matanya malas, "Gimana mau tau, dikasih tau aja enggak."

"Oh, iya. Pangeran lupa." Anan cengengesan.

"Mau ke mana emang?" tanya Fasha.

Anan memakai helmnya kembali, "Rahasia."

Fasha menghela napasnya, kemudian ia memakai helmnya dan naik ke motor Anan.

"Pegangan! Entar lo yang jatuh gue yang ribet."

Fasha berpegangan pada jaket Anan, "Dah."

"Gini nih." Anan menarik kedua tangan Fasha agar melingkari perutnya seperti sedang memeluk Anan. "Bukan jaketnya yang lo pegangin."

Fasha menarik tangannya kembali dan memukul bahu Anan, "Modus lo!"

Anan tersenyum jahil, dan tiba-tiba saja ia mengendarai motornya secara mendadak dan melaju dengan kecepatan tinggi. Reflek, Fasha jadi memeluk Anan.

"Pelan-pelan!" seru Fasha.

"Tuan Puteri, maaf. Pangeran gak denger."

"Pelan-pelan!" ulang Fasha.

"Apa? Tambahin kecepatannya?"

Merasa kesal, Fasha mencubit perut Anan dan membuat cowok itu mengurangi laju kendaraannya.

Tanpa Fasha tahu, Anan tersenyum penuh arti di balik wajahnya yang tertutup helm.

🍁

Fashanan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang