Bab 11

34 3 0
                                    

    Mentari bersinar aneh siang itu dan tidak terlalu panas mereka tiba di suatu lembah yang beberapa sisinya dipenuhi oleh bunglon. Cassie, dia melihat keganjilan pada bunglon itu tetapi ia menghiraukanya. Jejak kaki mereka telah membekas dimana-mana arah mereka kini ke pegunungan Heyes, pegunungan dimana ada air segar disana.
    Rintangan akan menguji mereka bertiga jika ingin mengambil batu permata itu, mereka harus membunuh monster itu. Legan mengambil beberapa batang kayu, karena lumpur mulai menelan kakinya. Lumpur yang sangat tebal, dingin, dan hitam. Mereka masing-masing telah diberikan pedang oleh ms Zouri sejak pertama kalinya.
   Mereka tiba, di depan pegunungan Heyes. Pegunungan itu diselimuti kabut tebal pada puncaknya. Terdapat pintu di pegunungan itu membuat Cassie berpikir dua kali untuk kuncinya. Cassie menyenggol Legan.
"hey kau kemari"
"apa?"
"kau sang pengatur, kau bisa memecahkan masalah ini?"
hening.
"Mudah, dengan kayu."
"Silahkaan, ini bagianmu" .
    Dengan mudahnya Legan membuka pintu itu, sebuah angin berhembus keluar dengan cepat meninggalkan hawa dingin. Cassie tidak pernah melihat ataupun mendapatkan pegunungan mempunyai pintu sebelumnya, pintu itu bukan seperti pintu masuk dengan seorang penjaga tiket. Pintu itu benar-benar melekat vertikal pada pegunungan itu.
   Sebuah binatang berukuran sedang memberi salam kepada Cassie mengucapkan "selamat datang". Gadis itu mengerutkan dahinya, segala keanehan di dunia ini. Dia berharap semua dapat terselesaikan.
   Binatang itu seperti tupai tetapi jenis yang lain, Cassie tak begitu mengetahuinya. Kemudian mereka masuk dan melihat sebuah pancaran sinar bewarna merah dibalik beberapa hutan, pancaran itu menarik perhatian Bella.
"Mungkinkah itu cahaya penunjuk monster itu?" tanya Bella
"Aku tidak tahu." jawab Cassie
"Mungkin" balas Legan.
   Cassie dan mereka berdua berlari menghampiri pancaran itu, dan mereka tidak mendapatkan monster itu. Cassie melihat ada yang berbinar di tengah-tengah tanah, dia mencoba mengambilnya dengan jalan yang pelan-pelan. Tangan nya sudah hampir meraihnya, tetapi entah kenapa seperti ada yang menahanya. Ia berusaha keras, mengeluarkan seluruh tenaganya. Gagal. Dia lemas sekarang.
   Beberapa menit ia menunggu ia terdiam memikirkan cara untuk mengambilnya di sekitar batu itu, ia berdiri di dekat batu itu persis. Entah kenapa Cassie merasakan adanya getaran di kakinya, dan sebuah energi yang besar datang. Ia terpelanting ke belakang.
"Kau menyadarinya?" tanya Cassie ke Bella
"apa? Kami hanya menunggumu Cas" jawab Bella
"sungguh? Kalian berdua tidak merasakan adanya getaran tadi dan sebuah energi dahsyat?" tanya Cassie dengan napas terpenggal-penggal
"tidak." balas Legan.
      Permata biru itu semakin berpendar-pendar, ada yang aneh dengan tanah yang di sekitarnya. Sangat aneh sekarang menjadi sebuah gundukan besar, besar, kemudian monster itu telihat. "Sialan" batin Cassie.
   Cassie sudah siap dengan pedangnya, hanya memikirkan strateginya saja. Batu permata itu ternyata adalah jantung dari monster itu terletak di dalam tubuhnya, pikirnya sekarang batu itu sudah kotor karena kena tanah. Ini adalah hal diluar dugaan Cassie sebelumnya, dia belum pernah berpengalaman membunuh apapun apalagi hewan yang terlihat karnivora di depanya.
   Ziger, hewan berkaki 5. Rupanya seperti singa tetapi bukan singa asli, dia seperti mempunyai tanduk di kepalanya dan dia bewarna biru.
"Kau ada ide?" tanya Cassie
Legan menyengir.
"tidak." jawab Legan
"batu permata itu adalah jantungnya, kita harus membunuhnya tepatnya di jantungnya." tukas Bella.
"kita lihat saja nanti siapa yang menang." kata Cassie dengan yakin.
Semangat membara telah membakar hati Cassie, menuaikan pedang yang dia pegang erat-erat. Dia berlari sekuat tenaga sambil mengarahkan pedang itu ke arah Ziger itu. Monster itu telah meraung keras, sembari menyiapkan cakar tajam nya ke arah Cassie. "Plan A." batin nya. Banyak strategi yang Cassie buat secara darurat.
   Tanganya semakin kuat mencengkram pedang itu, tetapi sesuatu menyilaukanya. Matanya, mata monster itu bersinar menyilaukan Cassie hingga ia kehilangan kendali.
"Cass!!!!!!!!!" Teriak Bella
"Awas!!" Teriak Legan panik.
   Monster itu menampar Cassie dengan cakarnya yang tajam, anak itu terbanting keras ke tanah tempat Bella dan Legan berdiri. Monster itu meraung lagi, seperti merasakan kemenanganya.
  Cassie merasakan kepedihan di antara tulang punggungnya, rasa sakit mulai menjalari badanya. Tetapi, hati anak itu menolak untuk tetap berbaring. Ia menguatkan dirinya kemudian bangkit bersiap kembali. Cassie tampak marah, dengan perlakuan hewan sialan itu.
"Kau perlu bantuan, kami siap." bisik Bella dengan cepat, Cassie menoleh ke arah asal suara itu. "Kau yakin?" tanya Bella. "ya" jawab Legan.
   Mereka pun siap Cassie sekarang menyerang dari arah kiri, Legan memberi aba-aba dengan talinya ia bergerak ke sebelah kanan monster itu. Monster itu terus meraung keras. Bella memberikan sebuah perhatian ke arah monster itu untuk bergerak ke arahnya. Bella kemudian berjalan pelan-pelan ke arah Selatan.
   Monster itu mulai mengikutinya, Legan melemparkan tali itu sekuat tenaga dan mengisyaratkan kepada Cassie dari bawah makhluk itu untuk menangkap tali dari Legan. Cassie dapat memahaminya. Anak itu mendapatkan tali dari Legan, mereka berdua langsung menarik tali itu secara bersamaan. Cassie dapat merasakan tenaga monster itu semakin menguat.
  Keringat sudah membasahi pelipisnya, berharap tali itu kuat untuk menjatuhkan monster itu. Legan mengulurkan tali itu lagi lewat bawah monster itu dan Cassie mendapatkanya sekali lagi. Gadis itu melihat aba-aba dari si pengatur itu untuk menarik kedua tali itu bersamaan.
  Bella sudah memberhentikan langkahnya, ia menatap makhluk itu dengan penuh takjub sekaligus takut. Legan mulai menghitung untuk mengeluarkan tenaga terakhir untuk menjatuhkan makhluk itu terbalik.
"1...2..3!!!!!" teriak Legan. "Bruuk."
Entah kenapa, mata monster itu berubah menjadi merah membara. Cassie kaget melihatnya. Monster itu juga mencoba untuk membalikan badanya seperti semula, namun Cassie tidak terpengaruh dia tetap menahan talinya. Anak itu mencoba membunuh Ziger itu. [ ]

 Dream Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang