Bab 28

6 0 0
                                    

     Mereka telah bersatu melawanya, usaha mereka membuahkan hasil. Setelah pertarungan sengit. Luka gores dan bahkan luka robek telah mereka rasakan. Cassie, perempuan itu mendapatkan permata itu setelah berapa kali terjatuh. Naga itu memang sangat kuat, perlahan pendaran dari selempang anak itu buram kemudian hilang.
Alex sempat memberitahunya setelah kematian naga itu
"Dia akan berpendar jika kau bertarung" katanya. Hanya itu, beberapa kata yang cukup ia mengerti. Jumlah dari prajuritnya cukup banyak, ada kemungkinan Leo dan Bella akan sangat sibuk untuk kedepanya.
     Adissa mengalami luka robek di kakinya, karena mencoba menusuk di bagian punggung naga itu namun duri di ekornya membuat masalah yang serius. Sebelumnya dia sudah terpikirkan akan risiko itu, namun ia abaikan. Para prajurit lainya yang mengalami luka serius dipulangkan lebih cepat ke gubuk untuk penyembuhan. Lagi, lagi Bella bekerja keras untuk itu.
     Seperti biasa permata perak yang berhamburan, dikumpulkan di dalam kantong gadis pemimpin itu. Naga itu bersinar, kemudian hangus dan hilang. Ini cukup aneh, memang aneh. Dunianya pun juga aneh.
"Kau berhasil, kawan!" sambut Alex tiba-tiba
"kalian juga." balasnya
"siapa dulu dong, temanku yang jagoan" canda Legan
"kau berlebihan" balas Cassie pendek
Entah kenapa benaknya tidak terlalu senang dengan sambutan temanya, terutama Alex. Ada sesuatu yang lebih utama yang ia pikirkan. Sesuatu itu terbesit di kepalanya, membuatnya ingat. Orang tuanya. Ia teringat kembali tentang hal itu.
"aku mengingat sesuatu" ucap Cassie
"apa?" tanya Alex
"orang tuaku, mereka tidak disini" jawab Cassie mulai getir.
     Yang benar saja dia mengingatnya dalam kondisi yang tidak tepat, batin pria itu. Alex mundur dari lingkaran percakapan, dia tidak mau menatap gadis itu. Ia merasa bersalah telah memberikan ramuan itu sebelumnya.
Alex memutuskan untuk berbicara beberapa kata.
"Maafkan aku, dan kita harus bicara nanti" katanya langsung pergi melepas pengikat kudanya.
Dia pergi begitu saja, tanpa pamit sekalipun. Cassie tidak menyadari maksud dari kata-katanya dan hingga akhirnya dia juga memutuskan untuk balik ke gubuk.
     Senja itu, mereka masih di dalam perjalanan sambil menikmati angin segar yang berhembus dari arah Selatan. Kudanya mungkin sama lelahnya denganya, namun dia masih kuat berlari.
      Hingga mereka tiba, terlihat beberapa prajurit yang terlentang di depan gubuk secara berderetan. Leo dan Bella memberikan obatnya, obat alternatif mereka tentunya bukan berbentuk tablet, kapsul, atau bentuk lainya. Mereka mempunyai kebun herbal sendiri di belakang gubuk. Yang merawatnya? Salah satu dari prajurit sendiri.
      Bella sibuk memberikan obat racikanya, sedangkan Leo dia sibuk menjahit luka-luka temanya. Gadis pemimpin itu tidak mau melihatnya, dia terlalu lelah dan mual untuk melihatnya. Pikiranya sudah menyuruhnya untuk tidur, hari ini sangat melelahkan daripada hari-hari sebelumnya. Dia berbaring di kamarnya sambil memikirkan orang tuanya, kata-kata itu terasa dekat denganya.
Tok...tok...
Lontaran sautanya menandakan dia belum tidur, seorang pria membuka pintunya.
"Bisa kita bicara?" tanya Alex
"hhh, baiklah 10 menit" jawab Cassie malas.
Alex mengambil kursi di kamar gadis itu dan mulai angkat bicara.
"Jadi kau telah ingat semuanya?" tanyanya
"Apa maksudmu?" tanya Cassie balik
"orang tuamu" jawabnya
"ya, itu terbesit di pikiranku" balasnya memalingkan mata
"sejujurnya aku minta maaf, karena hal itu" katanya menundukan badan
Gadis itu mengernyit
"Aku membuat kesalahan fatal, aku pnrh memberikanmu minuman saat kau sakit minuman itu adalah ramuan agar kau tidak balik ke dunia nyatamu" jelasnya merasa bersalah
"tidakah kau menyadarinya? Yang ku tahu kau juga tertarik pada dunia ini kan? Oleh sebab itu kau tidak pernah terbangun di dunia nyatamu" tambahnya
Kata-kata itu mengembalikan memorinya yang hilang beberapa minggu yang lalu,
"terima kasih, kau jahat Alex" ucap Cassie pelan dengan nada benci
"keluarlah dari kamarku!" tegasnya sambil menodongkan sebuah belati.
"baiklah" balasnya singkat.
     Muka Alex sudah pucat dari beberapa menit sebelumnya, dia mengatakan itu karena dia yakin inilah waktu yang tepat. Dia tahu bahwa akan berakhir seperti ini, gadis yang diharapkanya untuk bisa keluar dari dunia gila ini mulai membencinya sekarang.
"hhhh, jadi bagaimana sekarang?" tanya Alex sambil menendang kursi di depanya
"kau harus menerimanya lex, dan kau memang harus mengatakanya" balas Adissa
"menerima dia disaat membenciku?" pria itu mulai meninggikan suaranya
Adissa hanya tersenyum
"kita tidak salah menemukan orang, dunia disini begitu aneh dan menyengsarakan. Aku tidak kuat. Aku harus menemukan Heyne diluar sana" jelasnya
"kami semua telah berusaha lex! Lihat kakiku, bahkan aku mengorbankanya. Untungnya aku tidak kehilangan salah satu darinya, hanya robek" balas Adissa
     Alex meninggalkan ruangan.
Seorang prajurit membawakan porsi makanan besar untuk merayakan kematian si naga, entah darimana berasal menunya. Loyd si koki tidak semua prajurit memiliki julukan, hanya yang beruntung yang mendapatkanya. "Mari makaaaan!!!!" teriaknya lantang dari meja makan.
Mereka semua berkumpul layaknya serigala kelaparan, namun para serigala itu masih patuh kepada tuanya. Alex. Mereka mempunyai tradisi. Salah satu kursi di meja itu kosong, itu milik gadis pemimpin dia tidak hadir di acara makan malam hari ini. Tak siapapun berani membahasnya, bahkan Legan dan Bella pun membisu.
Dia kemana sih, tumben batin Bella, hatinya resah jika tidak melihat anak itu akhirnya dia beranjak juga dari duduknya.
"Cass!!! Kau belum tidur kan?" teriaknya sambil mengetuk pintunya.
Dia mencoba mendorong pintu kayu itu dan tidak terkunci.
"Apa yang terjadi kawan?" tanyanya
Si pemimpin itu menyembunyikan kepalanya dalam kedua tanganya. Hatinya susah tuk menjawab Bella, dia baru saja mendapatkan tamparan halus dari Alex.
"Kau keluar sajalah!" usirnya
"apa? Makan malam sudah siap, kau harus makan!" terangnya
"aku tidak bisa" jawab Cassie singkat
"hhhh, kau ini kenapa?" tanya Bella duduk disampingnya.
     Awalnya gadis itu ragu untuk menceritakanya, hatinya sedang tidak mempercayai siapapun sekarang. Tetapi, pikiranya terus mendesak. Bella mempunyai tanda tanya besar di dalam kepalanya. Apa yang telah terjadi?
      Cassie mencoba perlahan-lahan kemudian menceritakan semuanya kepadanya. Aku mengetahui apa yang kau ceritakan Cass, batin Bella. Isak tangisnya membuat Bella semakin merenung memikirkan jawabanya.
"Dia tidak memberitahuku dari kemarin!" isaknya
"Cass, sebenarnya aku ingin memberitahumu sesuatu tapi tolong dengarkan aku dulu! Baru kamu pikirkan!" tegas Bella
"Apa?" tanyanya memalingkan mata.
"Kau tau tidak hanya kau yang terperangkap di dunia ini dan banyak diantara kita yang salah paham. Mengerti? Alex memberimu ramuan itu karena kau sendiri kau pernah bilang kalau kau menyukai dunia ini. Kau akan keluar bersama mereka, mereka telah terperangkap disini berabad-abad. Kau adalah pemimpinya, dan kau berhak membantu mereka begitupun juga aku dan Legan. Alex memberimu ramuan itu agar kau tidak lelah dengan mengurusi dua dunia, saranya selesaikan satu dunia dulu baru kau bisa menyelesaikan dunia aslimu. Kau akan bimbang nantinya" jelasnya panjang lebar.
      Si pemimpin itu terdiam, dia hanya mendengarkan namun pikiranya masih kosong. Kosong begitu saja. Alex muncul di depan pintu prihatin dengan kondisinya, prajurit itu merasa bersalah.
"Ramuan itu masih bekerja, hingga kau menyelesaikan semua dunia. Total segel yang kalian buka itu tiga segel, berarti kalian harus menyelesaikan dunia yang selanjutnya" jelas Alex duduk di kursi yang tersisa
"aku bukan pemimpin, aku adalah Cassie. Gadis dungu yang biasa" balasnya
"Aku berharap kau mengerti Cass, selain kau berkewajibaan menyelamatkan kita dari dunia ini. Itu juga menyelamatkan diri kalian juga untuk keluar dari sini" Jelas Alex menunduk.
     Sebenarnya suasana ini adalah yang paling Alex benci, suasana menyesakan. Namun, tidak ada yang bisa menghindari itu. Dia harus memberitahunya sebelum terlambat, lebih baik gadis itu merasakan sakit diawal daripada belakangan.
Misi membunuh naga kepala tiga itu terselesaikan masih ada 3 misi lainya yang harus diselesaikan.
"hhh..Aku minta satu hal" desah anak itu
"katakan" balas Alex melipat tanganya
"beri aku waktu untuk ke dunia nyata terlebih dahulu, lalu aku akan menyelesaikan dunia ini. Aku rindu orang tuaku" pintanya
"hanya sekali pertemuan, kita tidak mempunyai ramuan kembali yang cukup" balas Alex
"terserah, aku membutuhkanya!" tegas Cassie.
     Alex bimbang dengan permintaanya, dia kemudian keluar ruangan dan bertemu prajurit yang lainya. Ia menggelar diskusi singkat. Banyak dari mereka yang membisu ketika Alex menanyakan tentang persetujuan itu. Adissa turun tangan, kemudian Eric dan Leo. Dia menceritakan semua yang di bicarakan.
      Rasa bersalah itu semakin berkobar di benaknya, belum ada yang dapat memadamkan api hatinya sekarang. Bella juga memberitahu Legan atas apa yang terjadi barusan. Namun, Legan justru melongo tak percaya. "Hanya satu kali, kalian mengerti!" bentak Alex dari sudut ruangan. Suara besarnya terdengar sampai luar gubuk.
"Alex, dengarlah. Kita tidak tau apa yang terjadi dengan dunia aslinya. Dia hanya bayangan yang nyata, dirinya yang bersama diri kita bukan dirinya yang sebenarnya!" balas Hans
"perasaanku tidak baik jika ia kembali Alex" tambah Ken.
     Banyak dari mereka yang tidak setuju dengan persetujuanya, kepala pria itu semakin pusing memikirkan kejanggalan itu. Seorang wanita yang duduk di depanya kemudian berdiri dengan muka tidak yakin.
"Alex, mmm.. Aku juga punya perasaan buruk untuk itu. Aku setuju dengan Hans, Cassie yang bersama diri kita bukanlah diri dia yang asli dia hanya berwujud bayangan yang nyata. Mungkin dia terlihat sama seperti kita, tetapi ingat dia hanya si pembuka segel dan dia tidak masuk ke dalam permata itu. Lain hal dengan kita. Dunia ini hanyalah mimpi baginya" jelas Adissa kemudian meninggalkan Alex.
     Pria itu berkerut, raut mukanya tak terbaca sekarang. Dia hanya menatap temanya itu, mencoba memahami setiap kata darinya. Disisi lain pikiranya kembali ke kondisi Cassie yang sekarang. Aku yakin dia bermimpi buruk sekarang batin Alex.
"kita terlihat jahat kepadanya sekarang, dia butuh kepastian. Dia hanya ingin melihat orang tuanya. Lalu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Alex
Semua terdiam.
"Berilah janji kepadanya" jawab Adissa singkat.
     Di ruang tamu terdapat Legan dan Bella yang sedang bercakap sambil memandangi indahnya rembulan. Percakapan mereka juga dengan tema yang sama, persoalan Cassie menjadi persoalan mereka juga. Alex menghampiri mereka dengan langkah kaki yang tegas dari ruang makan. Kedua temanya itu mencoba mengerti apa yang Alex bicarakan.
     Bella mencoba mengambil beberapa lauk yang lainya dengan berharap makanan ini dapat meredakan emosinya. Sedangkan Legan dia sedang memikirkan kata-kata yang tepat untuk dilontarkan.
"Cass" panggil Bella sambil membuka pintu
Dia memberikan wadah itu
"makasih, gimana hasil keputusanya?" tanya Cassie dengan muka sinis
"jadi, begini Cass... Mmm Alex membuat suatu perjanjian untukmu. Dia berjanji akan memberikan ramuan kembali itu setelah kau menyelesaikan dunia ini. Sesuai dengan peraturan, kau hanya sekali dibolehkan ke dunia nyata. Untuk selanjutnya peraturan diarahkan di dunia selanjutnya" jelas Bella
"intinya Alex mencoba memahami kondisimu sekarang. Dia mengerti apa yang kau katakan Cass" tambah Legan.
     Muka Cassie merah padam mendengarnya, namun otaknya mencoba mencerna kata-kata temanya.
     Berapa kali Bella berharap jawaban. temanya itu positif, dia lelah harus memikirkan hal ini. Diam-diam Alex mendengarkan dari balik pintu kamarnya, pintu kayu itu sangat membantunya. Ayolah pinta Alex dalam hati. Si pemimpin, sedang berpikir sambil memakan makananya. Daya ingat anak itu telah pulih sebagian, namun dia memadang Bella dengan ngeri. Mirisnya dia lupa apa yang terjadi dengan dirinya di dunia nyata.
"Baiklah, ku tunggu ketepatan janji Alex" jawabnya membuat Bella lega.
Gadis itu tersenyum, kemudian. melanjutkan makannya. Bella dan Legan puas mendengarnya, ruangan kamarnya cukup menyesakan mereka ditambah dengan kondisi yang panas. Alex mundur beberapa langkah ketika mendengar suaran daun pintu dibuka.
"Dia menyetujuinya, dia akan menunggu ketepatan dari janjimu" jawab Bella.
     Alex tersenyum mendengarnya, situasi ini cukup mencekam baginya. Karena hanya dia harapanya untuk bisa keluar dari dunia ini. Sebelumnya dia hanya berharap bahwa akan ada orang yang bisa mengeluarkan mereka, orang yang dapat mendengarkan derita mereka, dan lain-lain. Nona Heyne aku akan berusaha batin pria itu.
     Dia mengambil peta yang tertinggal di kuda Cassie, lalu kembali menggelarnya lebar-lebar. Analisanya kembali tajam ketika melihat beberapa gambar kuno itu. Ada dua tujuan lagi untuk menyelesaikan dunia itu. Di petanya terdapat perintah-perintah untuk kedua tujuan, Alex sudah tidak heran lagi. Peta ajaib itu menghilangkan satu tempat yang mereka telah tuju. Pegunungan Alavance, gambar pegunungan itu telah pudar di dalam petanya.
      Tetapi kata-kata Cassie masih membekas di hatinya, pria itu mencoba beberapa kali untuk melupakan hal itu sesaat.
Malam ini, udara tidak terlalu dingin. Semua prajurit terlelap dalam tidurnya, kecuali Cassie matanya masih terjaga hingga larut malam. Dia hanya mengingat orang tuanya, namun terlupa dengan apa yang telah terjadi. Ia merasakan ada memori yang hilang.
.
.
.
     Lisa masih di dalam pengaruh suku itu, harapanya lenyap begitu saja. Sihir mereka telah membutakan matanya. Alex sempat memikirkanya, kemudian menghiraukanya lagi. Anak jahat itu sudah tidak penting batinya.
"Hei" sapa Adissa
"hai" balas pria itu
"sepertinya kau sudah lama tidak mengasah bakat khas mu" terang Adissa tersenyum sungging
"itu mudah, nanti saja" singkat Alex
"sebenarnya aku kasihan denganya, seorang gadis tak bersalah dan tidak tahu apa-apa bisa masuk ke dunia ini dengan segel itu" Adissa mulai merenung
"aku tau tetapi kita tidak punya pilihan. Keluar dari sini dengan pengorbanan atau kita akan disini selamanya sampai mati?" tanya Alex dengan muka sinis
"kau gila kah?" tanya Adissa balik
"tidak, itu kenyataan. Kita akan menemukan jalan keluar suatu saat nanti" jawab Alex mencium pipi wanita itu lalu pergi.
Adissa tak tersadar bahwa mukanya mulai memerah saat ini. Wanita itu tidak pernah mendapatkan kecupan itu sebelumnya.

 Dream Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang