Waktu belum berakhir untuk dirinya di dunia itu, seorang ibu yang sedang memasak terlihat disana. Cassie hanya melihatinya, wajahnya putih bersih serta senyuman lebarnya selalu tertuju kepada anaknya.
"terima-kasih ibu" ucapnya
"sama-sama sayang, ayo dimakan makananya!" perintahnya.
Seiring hari berganti, anak itu sedang bermain dengan teman-temanya. Wajah bahagianya terpampang disana. Mereka teman lamanya yang sudah hilang.
"Cass?" sapa Bella menggerakan tanganya
"uh, umm ya?" tanyanya
"kau tertidur dengan mata terbuka huh?" tanya Bella balik
"aku tidak tahu, barusan aku mendapati..." katanya dengan muka merengut
"apa?" Bella kian penasaran
"kenangan" jawabnya pendek.
Bella kaget mendengarnya, namun dia tidak heran lagi dengan temanya. Gadis berambut panjang itu sedang kurang sehat hari ini, padahal Alex berniat mengajaknya berkeliling dunia.
"Cass, sebenarnya..." kata Bella terpotong
"aku butuh waktu untuk bicara dengan pria tua itu! Tidak sekarang" selanya cepat
"baiklah, kau sudah mengetahuinya bukan. Ketahuilah dia hanya ingin mengajakmu berkeliling" tutup Bella
Gadis itu langsung keluar ruangan.
Ramuan, kenangan, Alex, dan dunia buruk rupa. Kata-kata itu terus berulang di pikiranya. Kejanggalanya tentang dunia ini, dia yakin dengan perasaanya sekarang. Dunia ini tidak baik untuknya, namun apa boleh buat? Bagaimana dia bisa keluar dari sini?
Alex hanya menatapnya dari kejauhan diluar, kebetulan jendela kamar Cassie terbuka. Pria itu termenung untuk sekian kalinya, semua pilihan kata nya selalu terlihat salah dimata anak itu.
Beberapa kuda sudah berjalan, hanya Alex yang masih tersisa. Hingga tatapan terakhirnya ke jendela kamar gadis itu usai, suara tepal kuda terakhir menandakan kepergianya menyusul yang lain.
Cassie hanya bisa duduk menatap sekeliling kamarnya dan selempang julukan itu, rasanya tidak berguna. Namun, perkataan Alex kemarin masih membekas di kepalanya. Kalau selempang ini akan memberinya kekuatan lebih jika akan melawan sesuatu. Dia sebenarnya tahu, dunia ini hanyalah permainan belaka. Entah siapa yang membuatnya, mengubahnya menjadi lebih kejam.
Dia melihat permata itu di dalam kantong, berwarna perak. Rasa senang kemarin masih membekas di benaknya. Melihat momen terakhir ia dapat membunuh naga itu, pedang di di samping kasurnya bergemilau.
Cassie membuka kembali lembaran peta dunia palsu ini, ada suatu tujuan selanjutnya yang sepertinya menarik. Seorang anak kecil. "Benarkah?" batinya.
"Sobat, beruntunglah kau. Karena aku tidak jadi pergi" teriak Bella
"fine" jawab nya pendek
"hhh...hh... Alex menyuruhku untuk menjagamu" kata Bella seraya timbul dari balik pintu
"Ku tunggu kau halaman!" teriak Bella
Gadis itu tidak menyautinya, malah dia justru terdiam sambil memegang pedangnya itu. Lagi-lagi ia merasakan ada kepingan memori yang hilang tapi, tak bisa ia gapai. Kepingan itu terlalu larut dalam pikiranya.
Alex dan prajuritnya beristirahat di bawah pepohonan besar. Seperti biasanya ia menceritakan keluh kesahnya seharian, dan salah satu perasaanya yang masih terpendam berharian. Tentang Lisa, anak kecil malang itu. Dimana dia?
"haruskah aku mencarinya?" tanya Alex
"tidak sekarang" jawab Leo
"buang-buang waktumu saja" tambah yang lain
"kenapa dunia sialan ini harus menciptakan bangsa Voyart itu!" kesalnya
"who knows? " tanya Adissa
"kenapa mereka tidak musnah-musnah?" gerutu Alex
"mungkin mereka bangsa iblis" balas Legan tiba-tiba.
Sontak semua tatapan mengarah kepadanya, membuat ia tertegun.
"kau tau peta itu, aku percaya kepadanya ada kemungkinan dapat membawa kita pulang... Voyart, si bangsa terkutuk itu hanya bisa tinggal disini. Ya, mereka memang diciptakan disini!" bentak Alex.
Lisa, anak dari ms Zouri yang belum terbebaskan dari belenggu bangsa Voyart. Anak kecil itu masih ada di dalam ingatan Cassie, sejak pertama kali mereka bertemu di bawah pohon rindang itu. Namun, sikapnya membuatnya terkaget dan tidak yakin.
Hatinya masih belum percaya dengan watak asli anak itu. Cassie, si gadis malang yang terperangkap di dunia alam bawah sadar namun itu menjerumuskanya ke dalam mimpi yang terasa nyata. Bahkan, sejak pertama kali ia masuk ke dunia sebelumnya ia sempat merasakan perasaanya yang tidak jelas.
Prajurit itu pulang sore hari, mereka memang sedang jalan-jalan. Berkuda, melihat ke sekeliling, dan lainya. Bella hanya berbicara dengan topik basic hari ini dalam arti bukan pembicaraan yang berat untuk Cassie.
"Kau tampak sehat!" sapa Bella pada Legan yang sudah terlihat segaran
"udara membantuku, aku cukup terhibur saat mencuci muka dengan air dingin di sungai itu!" balasnya terlihat gembira.
Alex menarik lengan Cassie untuk bicara di ruangan belakang.
"jangan sampai hilang permata itu, itu sangat membantu nanti" peringatnya
"oke" jawab anak itu dengan nada tak acuh
"Cass, ku mohon jangan bersikap seperti ini terus! Anggap aku temanmu seperti Bella? Aku tau aku sangat tua dibandingkan dirimu mungkin aku akan menjadi kakek di dunia nyata" keluh Alex
"aku memang membencimu, Alex. Tapi aku... Tidak hanya memikirkan tentang hal itu!" balasnya langsung
"apa mau mu?" tanya Alex
"maafkan aku, tidak bisa menjadi pemimpin perang dimana pun. Kau adalah prajurit yang sebenarnya bahkan kau adalah pemimpinya!" jawab Cassie mulai meninggi
Alex hanya terdiam, penuh tekanan saat mendengarnya. Disisi lain ia ingin menampar gadis itu tapi tidak bisa. Itu adalah hal terburuk yang ia tahan sekarang.
"Aku tau riwayatmu Cass, aku tau. Kau cukup banyak menceritakan tentang kisahmu. Aku memang pemimpin mereka, tapi keadaanku jauh berbeda denganmu!" bantah Alex mencoba memelankan nadanya.
Cassie tidak kuat dengan segala bantahan itu, ia sungguh bosan jika harus terus-menerus berada di hadapanya. Dia adalah seorang remaja, dan belum cukup dewasa untuk masalah Alex.
"Cass!!! Ughh!!!" gerutunya lagi.
Permata itu kembali gadis itu pegang, sekarang ia duduk di kasur jerami itu. Sesekali ia melihat binaran permata perak, sungguh memukau. Pikiranya terbesit sesuatu tentang legenda kerajaan Heber yang berlalu.
Banyak misteri yang belum terpecahkan, olehnya sendiri. Segala pemikiran, tidak semudah itu untuk mengkaitkanya. Mungkin hari ini juga merupakan hari terburuk kedua untuk Alex, karena gadis itu belum bisa dilunakanya.
Beberapa prajurit sudah berkumpul di meja makan, tanda makan malam akan tiba. Seorang Alex yang biasanya lebih awal berada disana, kini tidak kunjung juga. Yang lainya, tidak heran lagi. Adissa hanya menggelengkan kepalanya melihat temanya itu tak mempercayainya. Seperti biasanya si juru masak itu menaruh hidangan yang lezat di meja makan.
Bella turun tangan, menuju ke ruangan temanya. Sebenarnya ada keraguan untuknya, tetapi karena Cassie harus makan jadi dia menghiraukan perasaan itu.
"keluarlah, makan malam tiba" panggil Bella
"5 menit!" teriak Cassie di dalam.
Malam itu sungguh hening, mereka makan tanpa bicara sekalipun. Mereka prajurit Heber masih menjaga budaya kerajaanya. Hingga Legan heran dengan suasana hari ini.
"Kau, makanlah beberapa sendok saja!" perintah Legan
Alex hanya memerhatikanya dalam diam.
"Maaf, sepertinya selera makanku turun kali ini" balasnya lemah.
Cassie kembali ke kamarnya dengan membawa air minumnya. Usai makan Alex langsung memberi aba-aba kepada teman-temanya agar segera berkumpul. Layaknya rapat dadakan ditengah malam.
"Dua hari lagi kita akan menuju rute berikutnya, aku punya salinan peta yang Cassie pegang. Sebelumnya, maaf aku baru ingat sekarang. Besok kita akan ke suatu gua, untuk menyelamatkan seseorang" terang Alex panjang lebar
"sungguh?" tanya Adissa
"tapi kabar buruknya sepertinya, si pemimpin itu tidak bisa ikut dengan kita. Kita harus bisa menaklukan gua itu" tambah Alex
"Oh, sial" dengus Eric
"tak apa, jangan paksakan dia. Dia perlu berpikir ulang untuk semuanya. Lagipula kita juga yang lebih lama terperangkap disini" jelas Adissa menambahkan membuat Alex tersenyum.
Pria itu langsung membuka lebar-lebar gulungan peta itu dihadapan semua prajurit, tanganya mengambil pena di sakunya dan memulai mencoret-coret target di petanya.
"tunggu, kau kapan menyalin ini semua kawan?" tanya Leo
"pertanyaan mu tidak penting sobat, aku tidak akan menjawabnya" jawab Alex cepat.
Legan dan Bella hanya terpaku mendengar Alex yang terus mengomel, pria itu tidak seperti biasanya. Mungkin sikap Cassie sedikit mengubahnya.
Langit berubah menjadi biru gelap, beberapa bintang bertaburan disekitarnya. Api unggun seperti biasanya selalu menyala di depan gubuk mereka. Cassie tertidur lelap dengan linangan air matanya, sedangkan Alex masih terjaga di dalam kamarnya. Dia tidak bisa tidur, baginya ia seperti dihadapi masalah besar akhir-akhir ini. Bella dan Legan mereka sedang bicara di depan gubuk. "Entah kenapa, aku tidak mengerti dengan semua jalan hidup disini. Semua diperbolak-balikan" batin Alex.
Suasana hening, kemalaman itu membawa ketenangan bagi semuanya. Ditambah juga dengan hembusan angin sejuk dari arah Utara. Beberapa prajurit, mereka saling bergantian untuk menjaga gubuk.
Si pemimpin terlelap tanpa ada mimpi sekalipun, sesekali ia terbangun di tengah malam hanya ketika mendengar suara canda prajurit yang berjaga. Ada seberkas harapan dalam hati anak itu, dia berharap hari esok akan membuatnya lebih baik. [ ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Journey
FantasySeorang gadis pembuka segel terakhir, merubah keseluruhan hidupnya menjadi lebih buruk. Separuh hidupnya sekarang bergantung pada dunia mimpi itu. Segala harapan dalam dirinya membuatnya semakin penasaran pada segalanya. Gadis itu seperti memasuki m...