Bab 20

22 0 6
                                    

    Pagi itu ia terbangun dengan kondisi sangat segar, bahkan dia tidak tahu kenapa. Seseorang mengetuk pintu kamarnya, anak berjalan menuju pintu itu dan membukanya. Ia melihat ibunya.
"Sudah kau isi formulirnya?" tanyanya
"Uh...mmm.. Ya.. " Jawabnya seraya langsung membuka laci dan memberikan formulir itu padanya
"Cass, tanda tanganya?" kata ibunya
"hhhhh, bu aku perlu waktu untuk itu semua." Balas Cassie mendesah.
      Kebimbangan masih dirasakanya, hati dan pikiranya tidak pernah berhenti merasakan dan berpikir. Ibunya kembali melihat formulir itu, tidak ada yang terlewat hanya tanda tangan yang kosong. Anak itu termenung duduk di sofa balkon. Sesuatu kembali membisiki hatinya dan sekarang ia penasaran tentang masalah ayahnya dengan pekerjaanya.
     Cassie tau itu semakin merumitkan hal dirinya, tetapi sebuah rasa ingin tau itu mulai mendorong hatinya. Pikiranya mulai kembali berpikir hal lain, dia tidak mungkin menanyakan hal itu kepada ibunya. Dan anak itu tau mereka pasti merahasiakanya.
Pikiranya kemudian berganti tentang sekolah barunya, apa yang harus dia lakukan pada dunia mimpi itu jika ia bersekolah. Gadis itu tidak mungkin membiarkan begitu saja orang-orang yang terperangkap disana. Termasuk temanya.
"ahh, bu apakah sekolah itu punya waktu tidur siang?" tanyanya tiba-tiba "ibu tidak pernah mendapatkan informasi itu nak, tetapi mungkin saja. Kau menginginkanya?" tanyanya balik
"SANGAT!!" teriaknya
"nanti akan ibu cek, mungkin mereka punya sebuah asrama." Balas ibunya berlalu.
    Harapanya memuncak tentang sekolah itu, ia berharap harapanya menjadi kenyataan. Anak itu menuruni tangga sekarang, ia menuju ruang makan. Cassie masih dengan harapanya, ibunya mulai menaruh makanan di meja makan. Sebuah sup ayam, pasta, dan kentang berada di atasnya. Bau harum masakan itu tidak bisa Cassie tunda-tunda memakanya.
    Anak itu melahapnya hingga habis, orang tuanya heran dengan tingkah lakunya. Sangat berbeda daripada biasanya. "Kau tak apa nak?" tanya ayahnya. "Ya, aku tidak apa-apa" jawabnya senyum. Entah kenapa Cassie dapat merasakan kehangatan ruangan itu setiap mereka bersama.
Satu hal tentang harapan itu merupakan hal terpenting untuknya, mungkin orang tuanya tidak ingin mendengarnya. Harapan itu merupakan cara pintasnya ketika ia mengurusi dunia aslinya. Anak itu terus berharap dalam hatinya. Ibunya tersenyum padanya, Cassie berharap dia dapat mengetahui isi hatinya sekarang.
    Anak itu sedang dikebun, ia hanya berjalan-jalan saja disana. Sesuatu telah merubah pikiranya berganti dengan "Bagaimana dengan orang tua Bella dan Legan" pikirnya. Pertanyaan itu membuatnya tersentak, dan berpikir ulang alamat orang tua mereka. Cassie dia memberi tahu ibunya dia ingin bermain ke rumah teman lamanya.
     Sepedanya kembali beroda di jalanan dengan kecepatan sedang, angin mengehembus ke arahnya dengan sejuk. Anak itu merasakan ketenangan dan kepanikan sekaligus. Hatinya tidak pernah tenang akan semua hal. Semua hal selalu memiliki teka-teki yang belum terpecahkan.
     *Tok...Tok* ia mengetuk pintu itu, kemudian mengetuknya lagi, dan lagi hingga suara sautan samar dari dalam membalasnya. Seorang wanita berambut pirang berbaju abu-abu panjang selutut dan ia menggunakan sebuah kardigan bewarna hitam. Wanita itu tampak sedikit kacau, raut mukanya tidak menunjukan kebahagiaan. "Cassie." Katanya pelan. Wanita itu menyuruhnya masuk dan duduk di sofa.
     Gadis itu teringat dengan Bella yang terkurung di dunia mimpi itu, entah bagaimana Cassie merasa bersalah telah membuka kotak itu.
"Kau kemari, ada apa?" tanyanya
"Bella dimana?" tanya anak itu balik
"dia ada dikamar" jawab wanita itu dengan raut tak menggembirakan
"boleh ku lihat?" tanya Cassie.
     Seorang pria keluar dari kamarnya, dia adalah Mr. Berridge. Ayahnya. Ia memandang anak itu dengan wajah tak senang, tanda pertanyaan besar muncul di kepalanya. Ms Berridge, dia mengantarkan Cassie ke dalam kamar Bella. Gadis itu tidur dengan pulas, dan satu hal yang menjanggal Cassie.          Terdapat kotak berisi permata bewarna perak di sampingnya, kotak itu tak terbuka sepenuhnya. Pikirnya Bella hanya mengintipnya saja.
     Rasa bersalah itu semakin memuncak pada dirinya, anak itu tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya menatapi teman lamanya itu. Suara bisikan di luar kamar tak terdengar asing olehnya. Mereka berdua sedang berbicara, anak itu menguping dari dalam.
"Apa yang kau lakukan Anna?" tanya pria itu
"Dia hanya ingin bertemu anak kita, sayang." Jawabnya
"Kau tidak mendengar perkataan David, dia adalah pelakunya!" bentak pria itu dengan nada pelan
"Ya, aku tau tapi aku tidak bisa menahanya Jorge!" balas wanita itu.
    Salah satu membuat Cassie berpikir adalah nama itu, David. Siapa dia. Batinya berkata dia adalah orang pintar atau semacamnya. Cassie menatap muka Bella yang pucat seperti mayat, anak itu mengecek denyut nadinya. Masih ada. Kelegaan dirasakanya.
     Gadis itu keluar dari kamar Bella dan mendapatkan mereka berdua ditambah dengan tatapan pria itu yang tampak marah kepadanya.
"Cass, dia sedang pingsan. Tak tahukah?" tanya ms Berridge
"Benarkah, umm..." Balas anak itu kebingungan
"itu terjadi sudah dari berapa minggu yang lalu, kami mengkhawatirkanya. Kami menemukanya tergeletak di lantai ruang tamu ketika pagi hari. Entah kejadinya, mungkin dari malam." Jelas pria itu kemudian berlalu.
     Kata-kata terakhir itu menusuk Cassie, ia teringat dengan kata-kata Jeff "Jika salah satu dari segel itu tidak terbuka, kalian tidak mungkin disini". Kata-kata itu terucapkan keras-keras di pikiranya membuatnya pusing, pikiranya kemudian berganti dengan saat dia membuka kotak terakhir itu. Cassie mulai kesal dengan dirinya, ia merasa bodoh telah membuka kotak itu. Seharusnya ia merasa curiga dan menghentikan dirinya saat terlihat tulisan Yunani terukir di luar kotak itu.
"Mmmmm...Maafkan aku, aku harus pergi" katanya
"Kenapa cepat sekali Cass?" tanya wanita itu seraya mencegah anak itu
"Anna, kau tidak berhak. Biarkan dia pergi" balas pria itu menahan istrinya.
     Gadis itu keluar rumah dan kembali bersepeda, Cassie menangis semasa perjalanan. Anak itu tampak buruk sekarang, dan rasa kebencian itu terhadap dirinya kian memuncak. Sepeda itu terus terkayuh dengan cepat, air mata itu terus berlinang di pipinya. *Brakk*. Tubuhnya lemas, pandangan anak itu kabur dan kemudian sinar dunia itu lenyap.
     Anak itu terbangun, ketika cahaya matahari meneranginya. Ia melihat kasur-kasur di sekelilingnya tampak kosong, anak itu bangun dalam kondisi pusing. Pusing yang sangat dahsyat, hingga dia tak kuat berdiri. Tetapi hatinya kembali menolak, anak itu memaksakan dirinya untuk berdiri.
     Ia memegangi benda-benda disekelilingnya, anak itu berjalan tertatih-tatih. Pandanganya belum jelas seutuhnya hingga ia melihat sebuah bayangan di dekat pintu. Itu Legan. Pandanganya kembali jernih, tapi pusingnya belum hilang. Legan membantunya keluar dari tempat itu, kemudian membawanya ke arah ladang.
    Semuanya memperhatikanya dengan bingung, seorang wanita kemudian mendatangi mereka berdua dan membantu Cassie berjalan. Bella melirik dari kejauhan.
"Ada apa denganya?" tanya Alex
"aku tidak tahu, dia sudah seperti ini ketika bangun" Jawab Legan
"hhhh, sungguh buruk. Taruh dia di bawah pepohonan itu." balas Alex kemudian berlalu.
    Semuanya seperti tampak buruk padanya, Cassie dia duduk dibawah pepohonan itu dengan kondisi lemah. Beberapa orang masih berlatih di ladang, dan beberapa orang mendekatinya. Bella duduk disampingnya. Semua kejadian itu membuatnya tampak sedikit berubah, Legan memberikanya minuman. Cassie meminumnya kemudian menumpahkanya.
    Anak itu belum bisa berbicara tentang hal yang baru ia rasakan, pusing itu kembali merayapi kepalanya. Hatinya telah berubah, ia membenci dirinya sendiri. Cassie dapat melihat orang-orang di depanya, sebagian memandangnya dengan wajah kebingungan dan sebagianya lagi memandangnya dengan kekhawatiran.
    Hal yang baru Legan sadar adalah terdapat luka di kepalanya, luka itu tampak baru. Ia mengisyaratkan Bella untuk duduk disampingnya. Gadis itu dapat melihat luka itu.
"Cass, katakan padaku jika kau normal!" kata Legan
"A....A..Aku tidak." balas Cassie lemah
"apa yang terjadi?!" tanya Legan mulai panik
"tidak tahu, mungkin aku terbentur sesuatu" jawabnya dengan nada tipis
"tidak, tidak!! TATAP AKU! Fokus Cass.. Jangan menyembunyikan sesuatu!" katanya menarik muka Cassie untuk menatapnya
"apa harus ku katakan padamu, aku buruk sekarang dan singkirkan wajah tampanmu dari pandanganku! Aku... Hanya butuh sendirian saja." bentak Cassie.
     Gadis itu berjalan ke arah pohon di arah timur, ia duduk di ayunan pohon itu. Pandanganya mulai jelas, ketika ia duduk disana. Gadis itu menatap sekitarnya, ia dapat melihat dengan jelas sekumpulan orang itu masih di pohon awal dia duduk tadi. Kesedihan kembali merasukinya. Pikiranya seakan-akan mulai menghinanya, kata-kata itu memenuhi isi kepalanya dan hatinya sakit.
    Seorang pria datang, itu Alex. Dia duduk di ayunan disampingnya. Pria itu memandang Cassie dengan wajah kebingungan, namun dia menunggu anak itu untuk berbicara. Tatapanya meyakinkan Cassie bicara padanya.
"Aku lupa, apa yang telah terjadi. Aku merasa pusing setelah..." katanya terpotong ketika Alex pindah duduknya di rumput-rumput tempat dihadapanya, matanya menatap anak itu dengan penasaran.
"Setelah sesuatu itu, aku merasa bersalah." Katanya melanjutkanya
"Itu memang kesalahanmu, tapi lihat kami. Kami terperangkap di dunia ini selama bertahun-tahun, apakah tidak jauh lebih buruk daripada membuka segel itu? " tanya Alex langsung mendapati maksud perkataan gadis itu.
     Cassie terdiam dengan kata-katanya, ia memandang Alex dengan pikiran kosong sekarang. Batinya bertanya "bagaimana dia mengetahui maksudku?". Anak itu tampak rapuh saat ini, sebuah kesalahan yang menimpa dirinya dan juga temanya tidak pernah meluap dari ingatanya. Ia tidak akan menceritakan itu kepada siapapun.
     Bella dan Legan menghampiri anak itu, Cassie menatap Bella terlebih dahulu. Bella menatapnya seperti biasa, namun dia berharap Bella dapat mengetahui isi kepalanya tanpa harus diberitahu. Beberapa menit kemudian kesedihanya mulai sirna dengan kelucuan-kelucuan yang diberikan oleh kedua temanya itu.        Tetapi, ia selalu membelokan pertanyaan setiap kali Bella atau Legan atau mungkin yang lain menanyakan apa yang terjadi padanya.
    Cassie tidak ingin merasakan kesalahan itu lagi, ia cukup merasakanya sementara membuat hatinya patah sementara. Gadis itu kembali mengambil peralatanya dari dalam gubuk itu dan kembali berlatih dengan Alex. Pria itu tampak semakin jago dari pada biasanya, dia tidak memberikan Cassie pelajaran cara menghadapi musuh saja. Hal-hal unik lainya yang tidak dapat gadis itu bayangkan sebelumnya datang kepadanya. [ ]    

 Dream Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang