"Kita tinggal menghitung hari, untuk melawan naga Alavance." Ucap Legan pada Bella
"Dimana perempuan itu?" tanya Alex menghampiri
"aku tidak melihatnya.." jawab beberapa prajurit.
Alex menghampiri kedua anak muda itu
"Kau yang berkuda paling dekat denganya! Dimana dia! Cassie Dimana dia?!" tanyanya.
Mereka berdua tidak menjawabnya membuat kemuakan Alex meningkat. Dia meninggalkanya. Pria itu melepaskan satu kuda dan kembali menungganginya meninggalkan gubuk mereka. "Bodoh Alex!! Kau bodoh! Kenapa kau baru menyadarinya!" katanya dalam hati.
Dia mulai memasuki wilayah hutan, kecepatan kuda itu menjadi pelan kemudian berhenti. Ada suatu tanda yang mencurigakanya, pria itu turun dan memincingkan matanya. Sebuah permata kecil bewarna putih, ingatanya langsung membawanya ke sesuatu hal tentang pedang itu. "Pedang milik Cassie, sesuatu pasti terjadi padanya!" katanya.
Aroma busuk tiba-tiba menyerangnya dari arah Utara, Alex mengenalinya kemudian membencinya dalam waktu yang bersamaan. Kuda itu kembali bergerak, mereka mengikuti arah bau itu.
"Menurutmu kemana dia pergi?" tanya Adissa
"entahlah" balas Legan
"kami tidak mengetahuinya, berhentilah bertanya!" balas Bella kesal
"Jangan kau mencoba-coba melawanku kawan!" bentak Adissa mengacungkan pedangnya.
Kuda itu melaju semakin cepat ke arah Barat kemudian Timur dan seterusnya, Alex menebat beberapa semak-semak yang menghalanginya hingga dia melihat sebuah pegunungan besar disana.
Lisa kembali menuntun Cassie ke arah tempat uang lain, gadis itu tidak dapat berbicara sekarang dengan keadaan mulutnya ditutup oleh kain dan kedua tanganya diikat dengan tali tambang. Dia hanya bisa berjalan pasrah mengikuti perintah anak itu.
Seseorang telah menandakanya dibagian pipinya dengan cairan
warna hijau, Cassie sempat menolak akan hal itu sebelum cairan itu diolesi kepadanya. Namun, seseorang itu memukul kakinya.
"Cass!!!" suara itu dikenalinya.
"Alex?" balas Cassie dalam hati.
Dia tidak mempunyai cara untuk memberitahu keberadaanya, seseorang membawa nya kemudian anak kecil itu menghampiri Alex di depan. Matanya menantang marah.
"Lisa? Kau kah?" tanya Alex tak percaya
"penghianat." jawab Lisa
"apa maksudmu?" tanya pria itu tak percaya.
"Kalian meninggalkan aku sendirian disana! Dan kalian tidak mengetahui apa yang telah kulalui!" jawabnya.
Ada yang mulai aneh dengan mata anak itu, tampak tak jernih. Suatu simbol khas muncul di pipi Lisa, menunjukan dia benar-benar sudah bagian dari suku itu. Alex mulai bergerak mundur dari jejakanya.
"Dengar, aku tau.. Aku hanya ingin mencari jalan keluar dari sini! Jika aku sudah menemukanya, tidak hanya aku tetapi juga kau! Kau juga bisa keluar!" jelasnya meyakinkan anak itu.
"Aku suka wilayah ini" balas Lisa.
Kata-kata itu menusuk hati pria itu, seorang anak kecil yang suka bermain denganya kini telah lenyap. Dia adalah bagian dari mereka, matanya memberitahunya segala hal. Seorang bertubuh kekar keluar dari gubuknya dan menghampirinya memunculkan kemarahan yang dahsyat. Alex hanya terdiam syok mendengarnya, dia tidak pernah mendengar kata-kata itu sebelumnya.
Pria itu terus menanyakan nama Cassie kepada setiap anggota suku disana. bruk, pria itu terjatuh.
"Hai kawan, masih ingat aku?" tanya seseorang itu
"kau!" balas Alex mengelap darah di kepalaya, "Dimana Cassie?!" teriaknya
"wow, aku terkejut kau menanyakanya!" tutup kepala suku itu.
Seseorang menghajar tulang belakangnya, membuat pria itu menengok kebelakang dan menghajarnya balik. Mereka bertengkar. Suara Alex kemudian semakin hilang, Cassie tidak dapat mendengarnya dari kejauhan.
Kaki gadis itu menyentuh lantai yang terbuat dari bambu-bambu, entah kemana dia akan dibawa. Seseorang memaksanya duduk di suatu tempat dan memukul kepalanya.
Suara dengungan di kepalanya mulai terdengar beriringan dengan rasa sakit dan pusing. Penglihatan gadis itu mulai buram, kemudian ia pingsan. Tercium bau gas dari sudut-sudut hutan, membuat orang-orang itu kabur dari wilayah itu.
Kondisi Alex sangat buruk, beberapa bagian tubuhnya lebam. Tetapi dia masih dapat berjalan. "Cass!!!!" teriaknya kembali sambil mencari.
"Kau melupakan seseorang, huh??" tanya wanita di belakangnya
"Oh, kau. Baiklah dia bersamamu" jawab Alex singkat.
Mereka kembali membawanya ke gubuk mereka, gadis itu terbaring lemah dengan memar di kepalanya. Alex, dia memanggil salah satu prajurit yang lainya untuk pengobatan. Hari itu sangat melelahkan untuknya, pria itu mengetahuinya membuatnya harus berpikir ulang untuk rencana selanjurnya.
"Lisa" kata-kata itu terucap dalam hati Alex dengan penuh kemarahan, tanganya mulai geram dengan memori-memori sebelumnya.
"Kau harus membuatnya yakin Alex" ucap Adissa disampingnya
"belum saatnya" balasnya pendek
"Ingat dia yang akan menyelamatkan semuanya, dia tidak hidup di era kita! Jangan menyiksanya seperti ini" terang wanita itu.
"seharusnya kata sang pemimpin itu melekat padanya" jawabnya
"Dia sudah terlalu lama di dunia ini, dia harus menyelesaikanya! Kita tidak punya banyak waktu untuk itu!" balas Adissa kemudian pergi.
Kata-kata Adissa sangat menusuknya, tetapi dia mengakuinya. Pikiranya kembali muncul memikirkan segala cara. Benaknya berkata bahwa Cassie sudah bagus dalam hal perang. Kini lamunanya penuh dengan pikiran. "Alex" panggil salah satu prajurit dibelakang.
Rembulan mulai tampak, gadis itu masih belum sadar sepenuhnya. Dia hanya melanturkan gumaman kecil. Alex duduk di kursi kamarnya dengan rasa bersalah. "Kau tau, aku turut menyesal menuruti kemauan mu saat itu. Aku memberikanmu minuman berisi ramuan, yang membuatmu tetap berada disini. Aku, aku tidak tahu. Aku hanya berpikir pendek saat itu!" terangnya.
Cassie tidak menjawabnya, kondisinya masih dalam pemulihan. Lagi-lagi suasana kembali hening, kemudian Alex keluar ruangan dengan raut sedihnya. Legan dan Bella hanya menatapnya di meja makan.
"Cass....Cass..." suara menggema dalam kepala gadis itu, seseorang memanggilnya dari alam bawah sadarnya. Cassie mencari sumber suara itu dalam kegelapan, dan dia mendengar suara langkah kaki. "ibu, ayah???" teriaknya. Namun tak ada sautan. Suara panggilan itu terus berulang, hingga suara itu pudar. Gadis itu baru sadar kakinya tidak menapak disana, tidak ada pijakan.
"Tempat macam apa ini?" batinya, ia dapat merasakan angin segar dari bawah kakinya. Hingga angin itu menghisapnya masuk. "HAH!!!" teriaknya. Semua orang memperhatikanya, bahkan Alex terkejut.
"Ok, tugasku selesaikan? Dia sudah pulih" ucap Leo si prajurit di bidang pengobatan.
Alex hanya mengangguk kemudian membiarkanya pergi, sinar mentari masuk dari celah-celah jendela yang kemudian dibuka oleh Adissa. Cahaya itu menyilaukan. Cassie hanya menatap orang-orang disekitarnya dengan bingung.
"Kau sudah pulih" ucap Adissa
"mmm apa yang terjadi?" tanyanya
"hhh..Ceritanya panjang, kau tidak perlu tau itu!" dengus Alex
"baiklah" balas Cassie tersenyum.
Batin pria itu berharap Cassie tidak terkena Amnesia. Alex mengambil peta itu dari tasnya kemudian menghamparkanya ke lantai. Matanya terfokuskan ke beberapa titik, hanya dia dan prajurit yang lainya dapat mengerti peta itu.
"Permata perak" pikirnya, kata-kata itu terus berulang di pikiranya. Itu adalah targetnya yang utama. "Satu diantara mereka telah membuka segel Hibrum dunia ini, mereka harus mencari permata perak!" jelasnya.
Alex membuka sarung pedang milik Cassie, lalu mengarahkanya ke cahaya matahari. Sebuah pantulan cahaya terlihat di langit-langit, dan menyilaukan mata anak itu. "Berhentilah berbuat seperti itu!!!" terang Cassie.
Hari itu mereka tidak melakukan latihan apapun, mereka hanya fokus pada strategi mereka sekarang. Alex memimpin pembicaraan ditengah-tengah, sedangkan prajurit yang lain mereka duduk melingkar mengelilinginya.
"Kita akan melakukan perjalanan jauh, kita tidak bisa berdiam disini. Waktu selalu berputar dan siapa yang akan melindungi mereka bertiga?" tanya Alex
"Aku melindungi mereka dari sayap Kanan" jawab Leo
"sayap kiri" jawab Eric
"sebelah Selatan" jawab Luis
Mereka mengancungkan tangan mereka di udara, Alex dapat melihatnya kemudian ia tersenyum.
"Baiklah, kita akan tiga kali istirahat selama perjalanan menuju kesana. Persiapkan senjata kalian dan segalanya terutama kalian bertiga!" perintahnya tegas. Mata pria itu tertuju pada Legan, Bella, dan Cassie.
"Dengar, nama yang kalian pakai itu. Itu benar. Kalian hanya belum menyatu denganya, pakailah kembali nama-nama itu saat kalian menyerangnya!" jelasnya kemudian meninggalkan ruangan.
Leo sang prajurit pengobat, memberikan sesuatu pada mereka bertiga. Sebuah cairan berwarna keunguan cerah yang kemas dalam kantong kecil. "Ini, untuk tenaga kalian!" balas Leo kemudian meninggalkan.
Mereka mempersiapkan segalanya, hingga mereka menunggu petang. Alex mengeluarkan kuda-luda mereka. "Sudah waktunya Alex" ucap Adissa maju ke arahnya. Pria itu masih melihati matahari itu lalu, Adissa menepuk bahunya hingga ia tersadar.
Cassie telah pulih sepenuhnya, meski masih ada balutan perban di kepalanya dan tanganya. Alex menyuruh Cassie untuk berkuda disampingnya, gadis itu hanya mengangguk kemudian membuka kembali gulungan petanya. Peta tersebut tampak sedikit berubah dengan beberapa coretan-coretan kecil.
"Aku memperjelasnya" ucap Alex tersenyum.
"Kau sudah meminumnya sobat?" tanya Leo.
Cassie hanya mengangguk.
Mereka bergerak menuju Utara, gadis itu teringat dengan kata-kata tambahan Alex. "Bunuhlah naga itu, dan dapatkan permata peraknya!". Cuaca mendadak berubah menjadi dingin, dan matahari hampir terbenam.
Cassie menatap peta itu sesekali dalam perjalanan, beberapa titik tempat tampak bercahaya di dalamnya. Mata perempuan itu berbinar.
Suasana mencoba melemahkan mereka, cuaca aneh selalu datang tiba-tiba. Kini kulit mereka telah pucat. "Alavance", kata kata itu berulang dalam hatinya. Gadis itu teringat begitu sukanya dirinya dengan dunia ini, namun perlahan-lahan rasa itu sering berubah.
Dunia ini membuat dirinya berantakan dari segi apapun, Legan menyusulnya dan Alex dibelakangnya. "Menepilah!" teriak Alex dibelakang. Suara pria itu mulai terdengar serak, seiring dengan angin ribut menerjang.
Suara raungan terdengar keras dari balik pegunungan itu, Alex mengetahuinya begitupun juga yang lain. Julukan yang ada di selempang Cassie mulai berpendar-pendar. "Kita harus bergerak sampai palang di depan pegunungan itu!" teriak Cassie.
Alex mulai merasakan manfaat dari selempang itu, hatinya sudah yakin sebelumnya. "Dia mendapatkan energinya" batinya. Gadis itu menaiki kudanya lagi dan memberi isyarat pada yang lainya untuk bergerak. Mereka menuju palang pegunungan itu.
Gadis itu memang telah meminum ramuan dari Leo dan selempang itu mendukung kekuatanya sekarang. Dia tampak berbeda dari sebelumnya.
Mereka kini melanjutkan perjalananya sampai ke palang.
Angin ribut itu semakin mendesak perjalanan mereka, tetapi mereka masih bertahan. Dunia ini terasa cepat, padahal jarak antara mereka tinggal dengan pegunungan itu cukup jauh.
Alex telah membatalkan niatnya untuk istirahat tiga kali sebelumnya, entah apa yang terjadi pada dunia ini. Tampak berubah dari segi waktunya. Batin pria itu menduga dunia ini berubah karena kedatangan mereka bertiga. Disisi lain pikiranya mulai memikirkan putri Heyne, diluar sana Prajurit lainya masih mengikuti mereka dari belakang.
Cassie, sekarang dia yang memimpin semuanya. Seolah-olah Alex telah memberikan kendali sepenuhnya padanya. Julukan itu semakin berpendar-pendar. Tanganya memberi arah ke kanan, ke kiri, dan ke belakang. Sebuah isyarat, dan mereka tiba.
Terdengar suara raungan dari balik pegunungan itu, gadis itu mengangkat tanganya menahan pasukanya. Dialah yamg memimpin sekarang.
"Aku mendengarnya" kata Bella disampingnya
"kau tampak berbeda kawan!" puji Legan di sebelah kirinya
Gadis itu hanya tersenyum yang tak biasanya, cuaca hari itu hangat dan langit tampak mendung. Mereka, menunggu aba-aba darinya. Hingga saatnya dia memacu kudanya diikuti oleh prajurit yang lain.
Alex tak mempercayai hal ini sebelumnya, yang merupakan mimpinya sejak bertahun-tahun untuk keluar. Pria itu hanya mengawasi dari belakang.
"Alex, aku tidak pernah melihat raut mu seperti itu huh?" teriak Adissa
"kau mengerti apa yang ku maksud Adissa!" balas Alex tersenyum.
Binar matanya terlihat saat itu.
Peralatan tambahan perang mereka berada di kuda Legan, gadis itu hanya meminta senjata yang ia dapat dari Luigi.
Ia kembali melihat petanya, pegunungan itu penuh dengan bebatuan dan cukup gersang. Nyali gadis itu semakin terpacu tak terkendali, di sisi lain ia bingung dengan apa yang telah dilakukanya.
Naga itu terletak di tengah-tengah pegunungan, imajinasi mulai dimainkanya. Dia pergi bersama Bella dan Legan, dan yang lainya menyebar sesuai perjanjianya. Suara raungan itu terdengar lagi membuat ia menajamkan pendengaranya.
"dia semakin jelas" bisik Bella
"aku mengetahuinya" balas Cassie pelan.
Gadis itu membelokan kudanya ke arah Timur lalu kembali ke Utara
"Kau yakin ini jalanya?" tanya Bella
"entah, aku hanya mengikuti naluriku" jawab gadis itu.
"Kalian tidak menungguku!" teriak Legan dibelakang
"Maaf, sobat sepertinya kudamu melamban" ejek Bella
"jika kuda ku lamban aku tidak bisa memenuhi perlengkapan kalian. Pilih yang mana?" bantah Legan merasa menang.
Si pemimpin itu mulai memacu kudanya lagi, mengikuti sumber suara. Raungan itu semakin dekat dan mereka telah sampai di titik itu. Gadis itu turun dari kudanya, sekitar 15 meter untuk berjalan kesana. Memori anak itu tiba-tiba mengingatkanya. "Permata Hibrum" pikirnya.
Petanya terbentang di tanganya, kemudian ia lipat lagi. Sesekali ia membukanya lagi, dan dia melihat naga itu dari kejauhan. Sesosok naga berkepala tiga berkulit keras bewarna keunguan, dan satu hal yang paling difokuskan Cassie. Permata itu, ada di kepalanya.
Selempang gadis itu semakin berbinar, memancarkan cahaya bewarna keperakan. Semua prajurit telah siaga, di balik pepohonan. Pedangnya terayun ke depan, dan anak itu mulai menghitung mundur penyerangan.1
.
.
2
.
.
3
SERANG!!"
Cassie maju dan melompat ke kaki naga itu berusaha menusuk bagian perutnya, gagal. Dia terjatuh. Prajurit yang lain menyerang naga itu dari bagian belakang, dan membuatnya terkecoh. Adissa berusaha membutakan matanya, namun cairan miliknya tergelincir dari tanganya.
Cassie berusaha kembali menyerang bagian perutnya, naga itu tidak terkecoh dengan yang lainya. Suatu semburan api dikeluarkan dari mulut menjijikanya, dan hampir mengenai anak itu.
Bella, dia hanya diam tercengang melihat teman-temanya bertarung. Gadis itu dengan julukan si penyelamat tidak bisa membantu mereka banyak. Sesekali ia melihat pedang milik Cassie hampir patah, setelah beberapa kali menusuk bagian perut naga itu. Gadis itu hanya memberikan pedang miliknya kepadanya.
"Ini tangkaplah!" teriak Leo
Gadis itu menangkap beberapa ranting darinya, pria itu menyuruhnya untuk mematahkan salah satu diantaranya. Bella hanya menurutinya.
Legan membuka isi tasnya dalam-dalam, terkejut ada sesuatu yang bersinar disana. Dia mengambilnya kemudian mengangkatnya ke arah sinar matahari.
Sebuah pedang dengan pisau kecil ganda, pedang itu bewarna silver yang diperbarui dengan ornamen hiasanya di tengahnya. Terdapat permata perak di tengah pedang dan terdapat tulisan "bersatu" disana. Legan terkagum denganya, dia tidak pernah membongkar isi tasnya sedalam itu. Laki-laki itu langsung memasukan kembali pedangnya ke dalam tas.
Cassie, gadis dalam pertempuran masih belum selesai. Beberapa badanya memar karena pukulan dari naga itu, dia sangat beruntung dirinya tak terkena api naga. Adissa mengambil di jalur utara, dan langsung menghantam salah satu kepala naga dengan belati.
"Alex!" teriak Cassie dalam cengkraman naga itu
Pria itu tidak mendengarnya, lalu Cassie terpental. [ ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Journey
FantasySeorang gadis pembuka segel terakhir, merubah keseluruhan hidupnya menjadi lebih buruk. Separuh hidupnya sekarang bergantung pada dunia mimpi itu. Segala harapan dalam dirinya membuatnya semakin penasaran pada segalanya. Gadis itu seperti memasuki m...