Bab 22

13 0 0
                                    

   Sesuatu melesat dibalik pepohonan, gadis itu semakin penasaran sekaligus gugup. Cassie mengikuti suara aneh itu, hingga dia menyelusuri hutan di seberang. Dia hanya melihat bayangan dikejauhan. *buk* suatu ranting pohon berhasil menjegalnya. Anak itu merintih, ia berhenti kemudian memutar arah.
    Api unggun itu masih berkobar, tanda itu terbukti dari asap yang masih mengepul dari daerah gubuknya. Cassie kembali dengan kaki memar, semua orang melihatinya hingga beberapa orang mendekatinya. "Cass?" Kata Bella. Gadis itu membawa Cassie duduk di dekat api unggun. Keheningan mulai menyelimuti daerah itu. Bekas luka di kepala anak itu sudah mengering, dan sekarang kakinya yang bermasalah.
"Bawa dia kedalam saja!" perintah Alex.
    Bella membawa Cassie ke rumah gubuk itu, gadis itu berjalan tertatih-tatih meningatkan Bella saat sesak karena kabut. Bella menghiraukan ingatanya, ia terus membawa anak itu berjalan. "Kau?? Kakimu??" tanya Bella. Suatu hentakan membuat Cassie bingung menjawabnya, disisi lain ia tidak ingin berbicara padanya dan disisi lain dia juga ingin memberi tahu penyebabnya.
"Aku hanya tersandung ranting." Jawab anak itu akhirnya
"Dimana?" tanya Bella
"Hutan seberang" jawab Cassie pendek.
    Anak itu mulai beringsut dengan hati-hati dibawah selimutnya, tubuhnya dicondongkan kedepan untuk melihat kerumunan prajurit itu yang masih diluar. Beberapa orang telah masuk ke gubuk, dan yang tersisa hanyalah Alex bersama Adissa diluar. "Kau tidurlah, aku akan mengambilkan obat untukmu" Balas Bella langsung keluar.
   Seling waktu berlangsung, Cassie semakin merasakan rasa memarnya di kaki kirinya. Bella membawa kain dan air hangat untuknya. Gadis itu tidak bisa bergerak sepenuhnya, Bella memeras kain itu setelah ia celupkan lama di air hangat. Kemudian ia taruh di memar kaki Cassie. Anak meringis.
Seseorang membuka pintu kamarnya, Alex. Dia melihat kondisi anak itu. Cassie masih berbaring, dan Alex dia duduk di bangku sebelah kasurnya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Alex
"tidak, aku hanya ingin sendiri saja tadi." Balas Cassie
"kenapa menyendiri?" tanya Alex mulai curiga
"Aku hanya sedang kesal." Jawab gadis itu cepat.
    Cassie tidak menatap pria itu, dia menatap langit-langit dengan sejuta pikiranya. Seolah-olah segala permasalahnya sedang melayang-layang di atap. Pikiranya terbesit tentang rencananya. Tentang dunianya yang asli.
"Kau tau, aku hanya pusing memikirkan dua dunia." Katanya
"maksudmu?" tanya Alex balik
"dunia ku atau juga dunia asalmu dulu, aku tidak suka ketika aku terbangun harus menjalani aktivitasku dan aku hanya merasa kurang nyaman. Dunia ini penuh misteri dan aku tertarik dengan segala di dalamnya. " Jelas anak itu
"Kau tau hanya satu permasalahan, aku akan kembali sekolah bulan depan. Tapi itu juga membimbangkan, ayahku bilang aku akan tes bulan depan dan formulir itu sudah kuisi tapi tidak ku tanda tangan. Belum." Tambahnya.
   Alex diam membantu mendengarnya, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Diam-diam pikiranya mulai bekerja, ia sedang memilah-milah jawaban yang pas untuk anak itu. Pria itu tidak membalasnya ia langsung pergi keluar meninggalkan Cassie sendiri di kamar.
    Alex pergi menemui teman-temanya. Kali ini dia menuju ruang bawah tanah yang terdengar ramai. Pria itu melihat lampu-lampu bewarna kuning sudah menyala. Dia melihat beberapa temanya sedang berpesta minuman dibawah dan dia ingin menceritakan apa yang sudah dikatakan Cassie.
    Gadis itu membayangkan dirinya apabila tidak membuka kotak itu, pastinya hidupnya akan normal. Dia selalu berharap semua kejadian dapat kembali seperti biasanya. Cassie tidak ingin merasa kelelahan harus menyelesaikan segala misteri yang bukan miliknya, pikiranya kembali berganti tentang pertanyaan besar itu. Apa yang terjadi pada kepalanya.
Tengah malam, anak itu belum memasuki fase transisi ke dunia aslinya. Dalam benaknya masih terukir dia hanya ingin menyelesaikan satu dunia. Bella masuk ke kamarnya membawakan minuman hangat, anak itu belum sepenuhnya tertidur. Hingga ia tersadar ada orang di dalam kamarnya.
"Kau, sedang apa?" tanya Cassie
"minuman hangat" jawab Bella tersenyum langsung memberikan gelas itu.
    Anak itu kembali pusing, melihat Bella tidak jelas sekarang. Hingga sesuatu disudut matanya gelap, gelap, dan dia tertidur. Cassie merasakan tubuhnya terhempas entah kemana, rasanya dia seperti di lempar ke suatu tempat. Hingga dia dapat merasakan suatu pijakan, dia tidak dapat melihat sekelilingnya. Masih gelap, anak itu mencoba berjalan ke segala arah mencari benda yang bisa dipegang. Tetapi, tidak ada. Itu hanyalah ruang kosong, bagian kosong dari dunia yang lain. Cassie tidak dapat berpikir, otaknya bersikeras untuk memikirkan sesuatu. Dia gagal. "Tempat apa ini?" batinya.
Cassie sama sekali tidak bisa berpikir, seolah-olah pikiranya lenyap begitu saja dan dia juga tidak bisa melihat apapun. Gelap gulita. Ia berjalan lurus entah kemana dengan kakinya yang sedikit berat.
    Bella keluar ruangan kembali menemui Alex, dia mengembalikan gelas itu. Dia dan Legan duduk di meja makan dengan muka bingung.
"Kau yakin itu bekerja?" tanya Bella membuat Alex menghentikan langkahnya.
"Ya, aku harap. Lagipula itu sesuai dengan keinginanya kan." Jawab pria itu langsung berlalu.
    Cassie masih di dalam kondisi yang tidak jelas, ia tidak menghitung waktu yang telah ia habiskan disana. Ia berjalan terus dengan harapan kosong. Di juga tidak bisa menyentuh apapun, tidak ada benda disana. Ini adalah keanehan yang dirasakanya membuatnya semakin letih. *bruk* ia tidak kuat lagi, anak itu duduk di tempatnya. Kedua tanganya memangku wajahnya yang tertunduk lesu.
    Mentari telah bersinar, semua prajurit keluar ruangan kecuali Bella dan Legan dia masih menunggu kebangunan Cassie. Rencananya mereka akan pergi ke suatu tempat latihan yang baru. Namun, hal itu tidak akan terjadi sebelum Cassie bangun. Beberapa prajurit telah menyiapkan kuda-kudanya.
    Cassie telah duduk cukup lama di dunia gelap itu, hingga ia melihat semburat cahaya jauh di depanya. Gadis itu dapat melihat dengan jelas, ia berharap cahaya itu adalah akhir dari dunia gelap ini. Dia berlari menuju ke arah cahaya itu, memaksakan kakinya untuk bekerja extra. Ia semakin dekat denganya, dan dia sampai.
    Kebingungan mulai datang, namun perlahan-lahan mulai jelas. Cassie merasakam tubuhnya kembali tersedot oleh cahaya itu dan ia merasakan dunia itu juga mengikutinya. Semburat itu menghilang setelah anak itu berhasil masuk ke dalamnya. "Cass, ayolah!!" kata Bella sambil menampar-nampar kecil mukanya.
    Gadis itu membuka matanya dengan kaget, melihat wajah Bella dengan shock. Hingga beberapa menit kemudian dia baru tersadar sepenuhnya. Cassie langsung mengambil posisi duduk di kasurnya. Melihat wajah kedua temanya secara bergantian dan tidak percaya. Anak itu mulai memegang pipinya, berusaha untuk mempercayai dunia nya sekarang.
"Cass, kau tidak apa-apa?" tanya Legan
"Benarkah?! Aku kembali?" tanya Cassie
"apa maksudmu, dari tadi kau disini. Kami menunggumu bangun." Jawab Bella
"Aku tidak tahu, aku merasa ada yang aneh dengan dunia tadi. Dan aku..." kata Cassie
"kami mengerti" jawab Bella memotong
"tapi, tunggu bukankah tadi aku tidur. Seharusnya aku terbangun di dunia asalku!!!" teriak gadis itu langsung ke luar gubuk itu.
    Cassie memerhatikan segalanya, tampak nyata. Semuanya dia seperti tidak sedang bermimpi. Benda-benda yang ia sentuh bahkan rumput sekalipun. "Apakah ada yang salah dengan fase transisiku?" batinya. Beberapa prajurit melihatnya dari ladang tempat kuda-kuda mereka berada. Alex menghampirinya, dan memberikanya isyarat untuk menunggangi kudanya. Cassie mengerti, tetapi rasa letih itu masih ia rasakan usai berjalan panjang di dunia gelap itu. Dia juga merasakan adanya keganjilan padanya.
     Ia menunggangi kudanya, masih dengan keadaan lelah. Entah kemana tujuanya dia hanya mengikuti perintah Alex, sesekali ia hampir terjatuh karena kelesuanya mulai meningkat selama perjalanan. Kuda-kuda mereka berlari cukup kencang melintasi sebuah jalanan berdebu.
Bella dan Legan waspada terhadapnya, mata mereka sekarang mendadak menjadi awas terhadap anak itu. Kawanan mereka mulai memasuki kawasan berkawah, daerah itu cukup memberi kehangatan untuk Cassie. Mata gadis itu mulai tidak awas dengan perjalanan, kudanya hampir berbelok arah sebelum Legan meneriakinya dari kejauhan membuat anak itu kaget. Legan menggelengkan kepalanya.
    Perjalanan mereka memakan waktu cukup lama, semua peralatan mereka bawa termasuk dengan beberapa makanan kecil untuk istirahat. Mereka tiba di sebuah hamparan tanah yang berdebu yang beberapa bagianya dikelilingi oleh tanaman-tanaman berukuran sedang.
    Cassie turun dari kudanya dengan keadaan lemas, ia terjatuh. Kondisinya tidak baik, kakinya masih terasa sakit bahkan semakin sakit. Matahari belum cukup panas saat itu, disisi lain anak itu merasa beruntung karena mereka berangkat lebih awal.
     Bella mengangkatnya, membantunya berjalan ke arah semua prajurit itu berkumpul. Beberapa orang ada melirik ke arahnya. Mereka bertiga menuju sebuah perbukitan, dimana ada domba-domba berkeliaran disana. Alex, hanya dia yang menatap Cassie dengan kebingungan sisanya menatapnya dengan bingung.
"Dia belum sepenuhnya sadar kurasa" kata Bella kepada Alex
"aku paham, taruh dia di pohon itu biarkan dia memulihkan keadaanya." Balas Alex langsung meninggalkanya.
    Legan izin meninggalkan Cassie kepada Bella. Seorang prajurit mengajaknya berlatih. Hingga kini hanya mereka berdua dibawah pepohonan berukuran sedang itu. Bella menyenderkan kepala anak itu ke pundaknya. Cassie bernapas dengan teratur sekarang, tetapi matanya terkadang dapat melihat seluruhnya dengan jelas namun kadang juga buram.
    Terlihat sedikit bekas lebam pada kakinya yang masih terbalut kain semalam, Bella mengikatnya di kakinya agar tidak jatuh. Prajurit-prajurit itu berlatih cukup jauh dari daerah mereka duduk. Membuat Bella semakin penasaran tentang apa yang akan mereka serang nantinya.
Beberapa menit berganti dengan jam, mereka masih duduk di bawah pohon itu. Legan dari kejauhan berlari ke arah mereka untuk melihat kondisi Cassie.
"Bagaimana dia?" tanya Legan terengah-engah
"masih tahap penyadaran, aku tidak tahu. Dari tadi aku hanya terus-terus menunggunya." Jawab Bella
"Kau tahu, sebenarnya aku merasakan dia benar-benar aneh belakangan ini entah sesuatu terjadi padanya atau dari dunia asli kita. Aku tidak bisa menebak arti dari raut wajahnya kau tahu? Aku kesal belakangan ini!" tambahnya mulai meluapkan emosinya
"dia pemimpin kita bung, khusus di dunia ini. Aku tidak ingin memikirkan segalanya serba sulit. Kita hanya akan membantunya, biarkan dia sendiri yang bicara nanti" balas Legan memalingkan matanya.
    Cassie perlahan-lahan mulai bisa mendengar segalanya dengan jernih, matanya kembali menatap segalanya tidak dengan tatapan kosong.
Gadis itu melirik ke arah mereka berdua dengan wajah heran. Lirikan matanya berubah menjadi tatapan tajam ke arah mereka. Kemudian dia menghiraukanya.
    Anak itu berdiri langsung mencari orang-orang itu, tetapi Bella menahanya. Menyuruhnya duduk istirahat dulu. Terdengar suara aduan pedang yang nyaring dari kejauhan menandakan mereka sedang berlatih keras. Pikiran Cassie masih menanyakan hal itu, apa tujuan mereka sebenarnya. Dalam peta itu dia hanya bisa melihat gambar namun susah menerjemahkan makna gambarnya. [ ]

 Dream Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang