Page | o2

7 0 0
                                    

Meka berlari sekencang mungkin menghampiri Hana yang saat ini sudah ada di terminal bus. pagi-pagi sekali gadis itu bilang padanya kalau hari ini ia ingin pulang ke kampung halamannya. Sebenarnya Hana ingin memberitahukan itu pada Lia, tapi ia selalu merasa ragu dan terlupakan begitu saja.

Nafas Meka terengah-engah, sementara Hana hanya tertawa cekikikan melihat keadaanya, meski sebenarnya ia merasa kasihan juga, "kau benar jadi pergi hari ini?"

"Hmm."

"Kalau begitu, kau jangan khawatir pada Lia, nanti aku yang akan memberitahunya. Kau memang seharusnya pulang ke kampung halamanmu untuk istirahat, jangan mengkhawatirkan apapun yang ada disini, aku akan mengurus semuanya untukmu."

"Terima kasih."

"Oh ya titip salam pada ayahmu dan juga permintaan maafku karena tidak bisa menemanimu."

"Iya-iya aku tahu, aku pergi dulu. Jaga Lia baik-baik untukku."

"Hmm, berhati-hatilah di jalan."

Meka memang selalu seperti itu, dia adalah pria yang baik dan Hana merasa beruntung karena bisa mengenalnya. Meka dan Hana berasal dari kampung halaman yang sama. Sejak kecil mereka sudah berteman, lalu mereka bertemu dengan Lia saat masuk universitas di kota.

Lia adalah teman terbaik bagi Hana, tapi bagi Meka, Lia bukan hanya sekedar teman tapi juga orang yang disukainya. Hana merasa Lia sangat beruntung karena disukai oleh seseorang seperti Meka.

Hana melihat keluar jendela, lebih tepatnya kearah Meka yang masih menunggunya sampai bus ditumpanginya pergi. Pria itu melambai kearahnya sambil mengucapkan selamat tinggal.

Selama perjalanan Hana hanya fokus pada jalanan yang ia lewati, bahkan ia juga sempat melihat sebuah laut. Hana melamun, ia jadi teringat dengan kejadian itu.

Kenangan tak menyenangkan yang terjadi di masa lalu melintas dalam benaknya. Ketika itu ia mencoba mengakhiri hidupnya dengan menenggelamkan diri di laut, nyawa Hana hampir tidak tertolong tapi untunglah ia masih di berikan kesempatan untuk hidup sampai sekarang. Kalau tidak salah, kejadian itu terjadi sekitar 2 tahun lalu.

Hana berjalan menuju ke rumah orang tuanya yang memang berjarak sedikit jauh dari tempat pemberhentian bus. Jadi Hana memanfaatkan kesempatan ini untuk berjalan-jalan sambil menikmati suasana pedesaan yang sudah lama ia rindukan dan juga menyapa orang-orang yang sudah lama tidak ditemuinya.

Sampai akhirnya ia tiba di rumah tapi ia tidak melihat siapapun ada di rumah untuk menyambutnya. Padahal Hana sudah memberi tahu ayahnya kalau ia akan pulang. Akhirnya Hana masuk saja ke dalam dan melihat keadaan rumah yang berantakan. Hana memaklumi hal itu karena memang ayahnya tinggal seorang diri di rumah itu.

Setelah berganti pakaian, Hana langsung membersihkan rumah lalu memasak untuk makan malam. Ia mendengar pintu terbuka, ternyata ayahnya baru saja pulang dari memancing dengan tetangga. Ayah Hana sendiri yang bercerita saat mereka makan malam, "bagaimana keadaanmu?"

"Seperti yang ayah lihat.....bagaimana dengan ayah?"

"Tentu saja ayah baik."

"Tapi kenapa rumah berantakan sekali? Bukannya ayah bilang mau menikah lagi? Sebelum ibu meninggalkan ayah, bukannya ayah selalu minta untuk menikah lagi."

Ayah Hana hanya terdiam dengan perkataan putrinya. Ia merasa sedikit kesal karena yang Hana katakan itu memang benar adanya. Tanpa selesai menghabiskan makanannya, ayah Hana berjalan pergi ke depan rumah.

Hana merasa suasana hati ayahnya sedang tidak baik, apalagi saat ia menyinggung tentang ibunya. Setelah mencuci piring Hana menghampiri ayahnya yang sedang duduk-duduk melamun di teras sambil memandangi langit malam yang penuh dengan bintang.

"Wah! Cantiknya..." Hana berseru lirih, sesaat ia merasa takjub dengan langit pedesaan yang berbeda dengan tempat tinggalnya di kota. Sesaat Hana memperhatikan ayahnya yang terus melamun dan tidak menyadari Hana ada di sebelahnya, "ayah merindukan ibu?"

"Untuk apa ayah merindukan wanita pemarah itu."

"Jangan bohong, jelas sekali kalau ayah merindukan ibu."

"Kau sendiri kenapa belum menikah?"

"Huh?"

"Padahal teman-teman Ayah sudah punya cucu semua, Ayah juga ingin melihat cucu ayah sendiri."

"Kenapa tiba-tiba membahas itu, membuat kesal saja." celoteh Hana, dari suaranya bisa terdengar kalau gadis itu sangat kesal pada ayahnya yang tiba-tiba membahas tentang pernikahan. apalagi saat ayahnya bilang, akan memperkenalkan Hana dengan putra temannya.

Hana tidak mau dengar ia langsung masuk ke dalam rumah. Sejenak ia menatap foto ibunya yang terpasang di dinding dengan pigura besar. Selain menyapa ibunya karena ia sudah pulang, ia juga bicara dalam hatinya dengan foto ibunya itu. Gadis itu bilang ia juga ingin menikah tapi sampai sekarang tidak ada satupun pria yang berhasil menarik hatinya dan anehnya, seumur-umur Hana tidak pernah jatuh cinta.

'Alasan seseorang tidak bisa jatuh cinta, karena jodohnya tidak berenkarnasi, bisakah manusia berjalan dengan takdir seperti itu?'

Hana teringat kata-kata seseorang di televisi, yang menyebut hidup manusia sangatlah aneh bila menyangkut tentang cinta dan itu malah terjadi pada hidup Hana.

"Ibu aku sudah pulang tapi ayah malah mengomel memintaku untuk menikah. Aku tahu sekarang, bagaimana perasaan ibu saat kesal pada ayah." Hana bahkan mengaduhkan sikap ayahnya yang ingin menjodohkannya.

"Aku sangat merindukan ibu..... Sekarang ibu tidak perlu khawatir lagi pada ayah karena sekarang ayah tidak sendirian lagi. Ibu....berbahagialah disana." bantinnya dalam hati tanpa melepas tatapannya dari ibunya yang tersenyum dengan hangat di foto itu.

"Ayah aku mau istirahat, nanti ayah yang kunci pintunya ya...." tidak ada jawaban dari ayahnya, jadi Hana menganggap bahwa ayahnya sudah mendengarnya. Hana pergi ke kamarnya, ia sudah memposisikan diri tidur di atas tempat tidur lalu seorang pria ikut naik ke kasur yang sama dengan Hana tanpa gadis itu sadari.

Pria itu tertidur di samping Hana, menatap wajah gadis itu yang sudah tertidur lelap. Tatapan pria itu nampak begitu sendu yang penuh akan kerinduan.

Saat itu lampu kamar Hana masih menyala lalu ayahnya datang untuk mematikan lampu kamar putrinya. Setelah lampunya mati, pria yang tidur di samping Hana tiba-tiba ikut menghilang.

‎‎‎‎‎‎‎‎‎

PRAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang