Sebuah taxi berhenti di depan sebuah restoran yang terlihat begitu ramai. Seorang perempuan turun dari dalam taxi, ia terlihat sedang terburu-buru membayar si sopir lalu masuk ke dalam restoran dengan langkah cepat.
Sambil berjalan masuk ia memeluk dirinya sendiri, ia mengeluh karena di luar sangat dingin. Jika bukan karena ia harus pergi menemui seseorang ia akan lebih memilih untuk berdiam diri di rumah.
"Hana!!" lalu terdengar seseorang memanggil namanya sambil melambai-lambaikan tangan, menyuruh perempuan bernama Hana itu untuk datang ke mejanya.
"Kenapa sih suruh orang datang malam-malam." keluhnya pada seseorang yang duduk di depannya, tapi perempuan di depan Hana itu malah tersenyum mengabaikan celotehan Hana yang sedang kesal padanya.
"Iya-iya maaf." ucapnya dengan tersenyum lebar berharap Hana tidak lagi mengomelinya karena menyuruh gadis itu datang saat udara sedang dingin di luar sana.
"Lia!!!" tak lama setelah itu seorang pria muncul dari balik pintu sambil berseru keras memanggil seseorang.
"Meka....." perempuan yang duduk bersama Hana melambai kearah pria itu sambil memanggilnya.
Pria itu pergi kearah mereka dan mengomel-ngomel melihat Lia yang masih bisa tersenyum dihadapannya setelah apa yang terjadi, "Si brengsek itu!" teriaknya membuat Hana merasa malu karena orang-orang melihat kearah mereka.
Meka sudah beranjak dari kursinya hendak menemui seseorang yang sudah menyakiti hati Lia. Namun Hana bergegas menghentikannya.
"Yak! Meka, kau mau kemana? Menemuinya lalu memukulinya? Berkelahi saja kau tidak bisa, lebih baik duduk saja."
Pria itu terdiam dengan ucapan Hana yang memang ada benarnya, ia memang tidak bisa berkelahi tapi untuk Lia rasanya Meka siap melakukan apapun untuk membalas orang yang menyakiti gadis itu.
Sementara Lia hanya tertawa cekikikan melihat Meka diomeli oleh Hana, tawa Lia membuat Meka merasa semakin sedih. Karena pria itu tahu sebenarnya Lia tidak sedang baik-baik saja.
"Jangan hanya tersenyum kau juga harus menangis." ucap Meka mengambil tempat duduk di samping Lia. gadis itu hanya menatapnya, meyakinkan pria itu bahwa ia baik-baik saja.
"Apanya yang baik-baik saja....." tiba-tiba Lia membenamkan wajahnya di lengan Meka dan mulai menangis, "benar, menangislah seperti itu." ucapnya sambil mengelus lembut rambut pendek Lia. Sementara Hana sendiri hanya menonton keduanya, setelah keadaan lebih tenang. barulah ia mengatakan sesuatu yang sejak tadi ingin ia katakan.
"Dari pada kau pergi menemui orang itu, lebih baik kau disini menemani Lia, dia lebih membutuhkanmu sekarang dari pada kau pergi menghajar si brengsek itu."
"Iya, kau benar." Meka menatap kearah Lia yang sudah tertidur di lengannya. Sesaat Meka hanya terdiam sebelum mengatakan terima kasih pada Hana yang sudah menemani Lia sebelum ia datang.
"Minum saja ini."
"Terima kasih." Meka meminum minuman yang Hana berikan kepadanya, "oh ya....ngomong-ngomong bagaimana keadaanmu sekarang?"
"Apanya?"
"Kau bilang kau sulit tidur akhir-akhir ini. Sekalinya kau tidur kau selalu mimpi buruk."
"Hmm, tapi sekarang sudah tidak apa-apa."
"Apa kau juga masih memimpikan orang itu?"
"Kadang-kadang." jawabnya dengan suara ragu-ragu. tatapan Hana beralih pada Lia, lalu ia meminta Meka agar mengantar gadis itu pulang ke rumahnya.
Meka hanya mengagguk, lalu tatapannya beralih pada seorang pria di belakang Hana, sesaat ia merasa heran dengan pria itu, menurutnya pria itu terlihat sedikit mencurigakan.
│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫
"Kau yakin tidak akan pergi dengan kami?" Meka bertanya pada Hana untuk mengantarnya pulang setelah mengantar Lia, tapi Hana menolaknya ia bilang ia bisa pulang sendiri.
"Kalau begitu kau hati-hatilah di jalan." ucap Meka berjalan masuk ke mobil.
"Iya-iya."
"Aku pergi!" ucapnya lagi dengan kepala yang keluar dari jendela pintu mobil. Setelah itu, taxi yang Meka tumpangi melaju pergi. Sementara Hana masih berdiri di depan restoran menunggu taxi lain datang. Ia tidak sendirian ada seorang pria yang berdiri di sebelahnya.
Hari semakin malam dan udara di luar juga semakin dingin, akhirnya Hana memutuskan untuk naik bus saja, karena sejak tadi ia menunggu tidak ada taxi yang datang.
Turun dari bus, Hana langsung berjalan ke rumahnya dan saat itu seseorang juga berjalan kearah yang sama dengannya, orang itu berjalan di belakangnya seolah-olah sedang mengikuti gadis itu tapi Hana tidak menyadarinya.
Sampai ia tiba di depan rumah, orang itu juga ikut berdiri di belakangnya, sementara Hana sibuk membuka kunci pintu rumahnya. Perlahan-lahan pria itu berajalan mendekatinya, lalu memeluknya dari belakang. Hana hanya terdiam."Maaf....." terdengar suaranya yang lirih, berbisik di telinga Hana.
Hana masih terdiam, sampai kemudian ia memilih masuk ke rumahnya tanpa mengatakan apapun. Sementara orang itu masih berdiri di luar sana, menunggu Hana keluar untuk menemuinya.
Setelah melepaskan Jaketnya Hana langsung masuk ke kamar. Ia berbaring di atas tempat tidur untuk menghilangkan rasa lelah dan dingin yang ia rasakan.
Sesaat ia merasa dadanya menjadi sesak seperti ada yang ingin meledak. Emosinya juga menjadi tidak stabil, Hana tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya.
Tapi Hatinya merasa sakit, rasanya ada seseorang yang sedang ia rindukan tapi tidak tahu siapa, yang Hana tahu ia merasa begitu tersiksa karena hal ini. Hana ingin tahu, apa yang sebenarnya sudah ia lupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAY
Ficción históricaUPDATE : SETIAP JUM'AT dan SABTU Tiba-tiba malam menjadi semakin gelap dari sebelumnya. Hati Hana ikut menjadi tidak tenang, bayang seorang pria yang tak ia kenal selalu muncul dalam benaknya, Hana mulai mengingat-ingat siapa, tapi selalu tidak mend...