Page | o5

4 0 0
                                    

Malam itu para anggota aliansi berkumpul untuk membahas rencana mereka selanjutnya dan juga kegagalan pembunuhan perdana menteri Jepang. Malik menginstruksikan salah seorang pria untuk tetap bekerja di kantor arsip sebagai mata-mata.

Lalu salah seorang pria bertanya kapan mereka akan bertemu ketua mereka secara langsung. Malik tidak bisa menjawab karena memang ia sendiri tidak yakin bisa memberitahu siapa ketua mereka.

Setelah rapat selesai pria yang tadi bertanya siapa sebenarnya ketua aliansinya kepada salah seorang anggota termuka, berjalan masuk ke sebuah mobil yang sudah menunggu di sebuah tempat yang tidak bisa di jangkau siapapun.

Ia memberi tahu rencana yang akan dilakukan para pemuda aliansi kepada seseorang di dalam mobil itu, yang merupakan agen rahasia kekaisaran Jepang.

Alan pernah berjanji akan membebaskan anak dari pria itu yang sekarang sedang membekam di penjara, kalau pria itu memberikan informasi yang ia inginkan, "aku perlu tahu siapa pemimpin aliansi itu."

"Bagaimana aku bisa mengetahuinya."

"Maka dari itu kau harus mencarinya."

"Aku tidak bisa melakukannya terus-menerus, aku bisa saja ketahuan."

Pria itu tahu orang yang berani berkhianat pada organisasi akan dihukum dengan berat. Tentu saja ia takut. Namun demi keselamatan anaknya, rasanya pria itu bisa melakukan apa saja.

"Kalau kau bisa menunjukan siapa pemimpin mereka, bukan hanya anakmu yang akan dibebaskan dari penjara tapi aku juga akan membantumu melarikan diri ke tempat yang aman." ucapnya setelah pria itu keluar dari mobil Alan. Pria itu langsung pergi agar tidak ketahuan, sementara Alan masih duduk di dalam mobil sambil memikirkan sesuatu. setelah itu ia melajukan mobilnya ke suatu tempat.

Alan menemui salah seorang kaisar Jepang di kekediaman kaisar tersebut, yang selama ini sudah mempekerjakannya sebagai agen rahasia untuk Jepang. Alan melapor kalau  akan ada serangan di kekediaman Jederal Jepang oleh pemuda aliansi yang sedang mereka incar pemimpinnya.

"Dan kau masih gagal untuk menangkap setiap pemuda di aliansi itu."

Alan mengangguk membuat Kaisar marah sampai melempar minumannya pada pria itu. Alan memastikan akan menangkap anggota termuka dari aliansi tersebut dan sebuah perangkap sudah ia tetapkan, "anda tidak perlu lagi khawatir akan hal itu."

Selesai dengan pertemuan singkat itu Alan berjalan keluar dari kekediaman kaisar. Tatapannya nampak begitu menakutkan dan penuh dengan amarah. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri karena sudah mengkhianati bangsanya. Alan memiliki alasannya sendiri kenapa ia memilih jalan kotor ini.

Seperti semua pengkhianat negara yang pernah ia temui, Alan ingin ibunya selamat karena Kaisar Jepang sendiri sudah berjanji padanya bahwa ibunya akan tetap aman selama Alan mau menuruti perintah orang-orang Jepang itu. Semua ini ia lakukan demi ibunya, demi keselamatan ibunya.

│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫
‎‎‎‎‎
Utari terus berjalan tanpa melihat jalanan di depannya, tatapannya terlihat kosong, tapi sebenarnya ia sedang banyak pikiran saat ini. ia masih saja terpikirkan tentang hal yang dilihatnya malam itu, dimana Dirman sudah benar-benar menyakiti hatinya.

‎"Oh Utari ?" Utari melihat kearah seorang pria yang tiba-tiba mencekal lengannya. ia tahu siapa orang itu, ‎"kau....."

Utari sedikit tidak yakin saat ia akan menyebut pria itu sebagai teman Dirman. Namun, belum sampai Utari mengatakannya, pria itu sudah lebih dulu menyelanya.

‎"Kau benar, aku temannya Dirman. Kuharap kau masih ingat namaku." Ucap Malik sedikit bercanda untuk menghibur Utari.

‎"Tentu saja aku masih ingat, Jon-"

‎"Malik." pria itu segera meralatnya.

‎"Aku tahu." Utari menarik tangannya yang masih di genggam oleh Malik. Pria itu bertanya kenapa Utari keluar rumah seorang diri, "lalu kemana Fatma?"

‎Utari benar-benar tidak senang mendengar nama perempuan itu disebut. Tanpa banyak bicara Utari langsung pergi begitu saja. Malik terlihat bingung dengan apa yang terjadi, ia bertanya-tanya kenapa Utari tiba-tiba marah padanya.

‎Malik mengejarnya, lalu berjalan di samping gadis itu. Malik banyak mengoceh tapi Utari tidak menanggapinya sedikitpun.

Tanpa sadar Malik tersenyum, tiba-tiba ia teringat dengan Dirman. Mungkin karena sikap Utari masih belum dewasa dan masih kekanak-kanakan seperti ini membuat Dirman tidak bisa menyukainya.

"Kenapa kau tersenyum kearahku?" Utari melihat Malik yang tersenyum kearahnnya, langsung mengajukan protes pada pria itu. Senyum Malik semakin lebar, kemudian ia berbalik ke jalan yang sebelumnya, lalu berjalan pergi meninggalkan Utari.

"Apa-apaan dia itu?" gumamnya sambil menatap punggung Malik yang berjalan semakin jauh lalu menghilang dari pandangannya.

Utari berjalan kembali ke rumahnya, lalu ia melihat Dirman yang hanya berdiri di depan rumah mereka. Utari merasa sakit hati saat melihat pria itu.

Sungguh, sebelumnya ia pikir Dirman adalah pria baik-baik. Jika ia bisa mengkhianati istrinya, mungkin nanti ia juga bisa mengkhianati negaranya, "yang seperti itu, apanya yang mau di sebut pejuang."

‎‎‎‎‎‎‎‎‎‎‎‎‎‎‎

PRAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang