Fatma berdiri di depan rumah dengan perasaan khawatir, menunggu Dirman yang tidak kunjung pulang. Meski udara malam semakin dingin tapi Fatma masih setia di luar menunggu Dirman sampai kembali.
Sejujurnya ia merasa tidak enak dengan pria itu untuk apa yang terjadi pada Utari. Ia tahu ia salah dan seharusnya sejak awal ia menolak tawaran Dirman yang memintanya tinggal di rumah pria itu.
Fatma memang menyukai Dirman. Namun saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mendahulukan ego mereka dan Fatma sadar akan kewajiban dan cita-cita Dirman untuk bangsa ini.
"Kenapa masih diluar? bagaimana kalau orang-orang Jepang itu melihatmu. Ayo kita masuk."
"Dirman...."
"Iya?"
Fatma tak kunjung mengatakan apa yang ingin dikatakannya, sementara Dirman masih setia menunggunya, "ada apa Fatma?"
Tiba-tiba Fatma berjalan ke arah pria itu, lalu meraih tangan Dirman kemudian menggenggamnya dengan kedua tangannya, "aku tidak ingin kehilangan dirimu, aku ingin selalu di dekatmu. Aku selalu bermimpi untuk menjadi milikmu, setiap saat aku selalu merindukanmu dan ingin segera bertemu denganmu. Karena itulah aku selalu menunggumu pulang."
Fatma menarik tangan Dirman untuk ia sentuhkan pada pipinya, "Aku selalu merindukan sentuhan tanganmu, tapi Dirman.....apakah perasaanku itu masih penting untukmu?"
"Fatma...."
"Aku tidak apa Dirman. Aku tidak apa meski kita tidak bisa bersama. Masih ada hal besar yang harus kau lakukan diluar sana untuk bangsa ini. tapi tolong berjanjilah satu hal untukku.....Jangan mati, tetaplah hidup."
Dirman langsung menarik Fatma dalam pelukannya, berkali-kali yang dikatakannya hanyalah kata maaf untuk gadis itu, "aku berjanji akan tetap hidup."
"Aku tahu kau akan menepati janjimu. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu."
Dirman mempererat pelukannya, berharap Fatma akan selalu bersamanya seperti ini dan tidak akan meninggalkannya
│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫
Hujan turun sangat deras, Hana yang lupa tidak membawa payung berlari ke depan sebuah toko buku di dekatnya untuk berteduh. Tapi karena jarak depan toko yang terlalu pendek membuat Hana tetap terkena air hujan. Hana merasa sangat kesal sekali.
Seseorang dari dalam toko melihatnya, ia pergi ke arah gadis itu dan menawarinya masuk untuk berteduh. Hana tidak menolak dan langsung mengikuti pria itu masuk.
Hana baru tahu kalau ternyata orang itu adalah pemilik toko buku bekas yang sedang ia singgahi untuk berteduh setelah mereka mengobrol sebentar. Pria itu memberikannya minuman hangat, Hana merasa tidak enak karena sudah merepotkannya, "kalau boleh tahu siapa namamu?"
"Hana."
"Hana, nama yang cantik. Aku Billy."
"Terima kasih, namamu juga bagus."
"Ngomong-ngomong aku belum pernah melihatmu sebelumnya, apa kau baru pindah kemari?"
"Sebenarnya aku asli dari sini, tapi saat kuliah aku pindah ke kota dan juga bekerja disana sudah hampir 10 tahun. Karena sesuatu makanya aku pulang kesini."
"Ah begitu....apa kau ingin melihat-lihat mungkin ada satu buku yang kau sukai, meski hanya buku bekas tapi aku berani jamin kualitasnya masih bagus seperti buku baru."
Hana tidak percaya mendengarnya tapi pada akhirnya ia tetap berkeliling melihat-lihat buku di toko itu. Lalu ia menemukan satu buku yang menarik perhatiannya, "itu buku yang paling lama di toko ini, sejak kakek buyutku yang menjaga toko ini."
Hana tercengang mendengarnya, Billy menjelaskan tentang buku yang Hana temukan, "aku tidak akan menjualnya dengan harga mahal hanya karena umurnya yang sudah sangat tua, selain itu buku itu juga tidak ada orang yang mau membelinya."
"Aku ambil ini."
"Huh?! Benar kau mau ambil itu?"
"Iya, berapa harganya?"
│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫
Hana yang baru tiba di rumah tidak melihat ayahnya, sepertinya ayahnya masih ada di ladang. Hana masuk ke dalam dan mulai mengerjakan pekerjaan rumah, lalu memasak untuk makan malam.
Setelah semua pekerjaannya selesai, Hana hendak bersantai sambil menonton televisi tapi kemudian ia teringat dengan buku yang baru ia beli. Hana putuskan untuk membaca cerita dari buku itu saja. Ia membalik satu demi satu halaman dengan bosan, karena menurut Hana ceritanya benar-benar tidak menarik.
Namun ia malah menemukan sesuatu yang aneh dari buku itu, ia menemukan selembar foto yang memperlihatkan wajah-wajah yang tidak Hana kenal dan foto itu seperti diambil sudah sejak lama.
Hana pikir foto itu adalah milik dari pemilik toko tempat ia membeli buku itu, tapi saat ia kembali ke toko itu dan menanyakannya pada Billy, pria itu bilang kalau foto itu bukan miliknya ataupun keluarganya. Hana jadi bingung, akhirnya ia mengambil foto itu kembali.
Ia memperhatikan kembali foto itu dengan seksama. Ada satu wajah yang benar-benar menarik perhatiannya, "menurutmu ada orang setampan ini di zaman dulu?"
Billy menatapnya heran, "apa orang-orang seperti itu tipemu?"
"Ya tidaklah, gila kau ya."
"Mungkin saja-kan, kau saja memujinya tampan."
"Lihatlah baik-baik, bukankah kata-kataku benar?"
"Tidak."
"Yak!"
Billy terkekeh dengan sembunyi-sembunyi. Bagi Billy rasanya sangat menyenangkan menggoda Hana yang mudah sekali marah. Billy akui kalau Hana adalah gadis yang menarik, "Bagaimana bukunya? apa kau suka?"
"Sangat membosankan, aku tidak menyukainya."
"Oh benarkah, aku tidak tahu karena aku sendiri belum membacanya, kalau memang kau ingin mengembalikannya aku menerima sistem tukar tambah."
"Aku tidak bilang akan menukarnya, hanya karena aku tidak suka. Aku hanya penasaran pada orang di foto ini."
"Aku juga tidak tahu, kalau saja kakek buyutku masih hidup, kau bisa bertanya padanya."
"Sayangnya kakek buyutmu sudah tidak ada."
"Tepat sekali."
"Ya sudah kalau begitu, aku pergi dulu."
"Oh! kenapa buru-buru."
"Ayahku menyuruhku menikahi seseorang dan hari ini aku mau menemuinya."
"Kencan buta?"
"Ya, seperti itulah. semoga sukses dengan toko bukumu."
"Kau juga, semoga sukses dengan kencan butamu."
"Kau mengejekku!"
"Tidak." Billy mengatakan hal itu dengan senyum lebar diwajahnya, tapi Justru melihat pria itu tersenyum membuat Hana semakin kesal.
setelah gadis itu pergi, Billy masih saja memandanginya. lalu senyum yang sebelumnya merekah di wajahnya, mendadak pudar saat ia teringat tentang kencan buta yang akan di datangi Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAY
Historical FictionUPDATE : SETIAP JUM'AT dan SABTU Tiba-tiba malam menjadi semakin gelap dari sebelumnya. Hati Hana ikut menjadi tidak tenang, bayang seorang pria yang tak ia kenal selalu muncul dalam benaknya, Hana mulai mengingat-ingat siapa, tapi selalu tidak mend...