Malik tersenyum seperti biasa bahkan saat ia bertemu dengan Alan. Malik sudah tahu siapa sebenarnya Alan tapi ia berpura-pura tidak tahu saat dihadapan pria itu.
Alan memberikannya sebuah undangan khusus dan bilang kalau ia memberi dua agar Malik bisa membawa Dirman bersamanya.
Seperti keinginan pria itu Malik memberikan undangannnya kepada Dirman. Malik mengatakan orang kaya yang dibutakan oleh kekuasaan akan berada di sana, "kita tahu itu hanyalah jebakannya lalu apa yang akan kau lakukan?"
"Kita ikuti saja permainannya." Dirman mengatakan ini adalah kesempatan sempurna bagi mereka untuk menjalankan rencana mereka.
"Bukankah ini terlalu berbahaya?"
Dirman mengatakan mereka sudah diundang, "karena itu mereka berpura-pura menjadi umpan."
Dirman juga mengatakan agar membuat Alan percaya bahwa mereka mengikuti rencanannya dan rencana ini hanya mereka berdua yang mengetahuinya.
Dirman berjalan pergi. Namun ia masih saja memikirkan apa yang sudah dibicarakannya dengan Malik. Ia bertanya berapa banyak orang di luar sana yang akan bertahan sampai akhir, Malik mengatakan pengorbanan tak akan terelakkan, "Alan membuat perangkap karena ia ingin menangkapmu."
Tiba-tiba Malik bertanya apa yang akan Dirman lakukan saat negara mereka merdeka nanti dan bagaimana jika Dirman terlahir kembali setelah negara ini merdeka, Dirman ingin menjadi seperti apa.
Dirman hanya berdiri di depan rumah memperhatikan Fatma yang ada di dalam rumah yang sedang menjahit pakaiannya. Ia menatap kearah gadis itu, yang tidak menyadari kepulangannya.
Kembali ia teringat kata-kata Malik, ia hanya mengingat kata-katanya tapi belum bisa menemukan jawabannya.
"Kau sudah pulang?" Dirman terkejut melihat Utari sedang berdiri di belakangnya.
"Hmm, Kau sendiri dari mana saja? tadi Malik bilang dia bertemu denganmu."
"Aku memang bertemu dengannya, tapi aku tidak melakukan apa-apa sepertimu."
Dirman hanya diam, karena ia tidak tahu apa maksud ucapan Utari.
"Sudahlah, kau juga tidak akan mengerti." Gadis itu berjalan lebih dulu masuk ke dalam rumah, tapi kemudian langkahnya berhenti saat ia melihat Fatma. Hati Utari kembali merasa terluka.
Tiba-tiba tangan Utari meraih tangan Dirman yang sudah berjalan mndahuluinya. Dirman berhenti dan langsung berbalik menghadap Utari. saat ia mau bertanya ada apa. Utari tiba-tiba melajukan langkahnya mendekati Dirman dan langsun menempelkan bibirnya ke bibir Dirman.
Utari berharap Fatma melihatnya, agar perempuan itu tahu dimana posisinya. sekarang ini Utari masihlah istri Dirman, dan pria itu adalah miliknya.
│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫ █ ♪│▌♫
Seorang perempuan cantik menghampiri Malik, lalu berbisik di telinga pria itu untuk mengatakan sesuatu. Malik hanya tersenyum, lalu mengedipkan sebelah matanya untuk wanita cantik itu.
"Jangan terlalu keras padanya."
"Aku tahu." Malik berjalan semakin masuk ke dalam bar, sampai akhirnya ia menemukan sebuah ruangan dimana ada Dirman disana.
Tidak seperti biasanya,untuk pertama kalinya, Malik melihat Dirman minum minuman berakohol yang hampir tidak pernah pria itu sentuh sebelumnya.
"Aku harus bagaimana?"
"Apanya yang bagaimana?"
"Sepertinya Utari melihanya."
"Utari?" Malik sudah melihat kearah Dirman dengan tatapan yang tidak biasa, ia berharap apa yang ia pikirkan sekarang tidak akan diucapkan oleh Dirman.
"Dia melihatku mencium Fatma."
Seketika pukulan keras langsung mendarat di wajah Dirman. Malik bahkan menyebutnya sebagai pria yang sudah tidak waras. Sekarang Malik tahu kenapa wajah Utari seperti itu saat bertemu dengannya tadi.
"Kau terlalu menggilai Fatma, sampai kau tega melukai gadis itu yang bahkan masih menjadi istrimu." Malik sangat marah, bahkan ia berani memukul Dirman, "apanya yang berjung untuk negara, orang sepertimu bahkan tidak pantas di sebut sebagai pejuang."
Dirman tidak bisa berkata-kata, yang Malik katakan memang benar, "Kalau kau memang memikirkan tentang bangsa ini, maka sejak awal kau tidak pernah menerima pernikahan itu. Lalu sekarang, apa yang lebih penting buatmu, Fatma? atau bangsa ini."
Dirman tidak berani mengangkat wajahnya sampai kemudian Malik mengulurkan tangannya dihadapan Dirman, "Dirman yang kukenal tidak seperti ini, apa kau jadi lemah hanya karena seorang wanita."
Dirman masih terdiam, "Kau memang bersalah untuk apa yang terjadi, tapi bukan berarti kau tidak bisa memperbaikinya. Tidak ada kata terlambat kalau kau memang mau memperbikinya. Utari pasti akan mengerti kalau kau bicara baik-baik dengannya."

KAMU SEDANG MEMBACA
PRAY
Ficción históricaUPDATE : SETIAP JUM'AT dan SABTU Tiba-tiba malam menjadi semakin gelap dari sebelumnya. Hati Hana ikut menjadi tidak tenang, bayang seorang pria yang tak ia kenal selalu muncul dalam benaknya, Hana mulai mengingat-ingat siapa, tapi selalu tidak mend...