5. Tak diharapkan

31 9 2
                                    

Kedatanganku memang tak diharapkan. Lantas, mengapa Aku disini?

"Lo haus?"

"Pake nanya," balas Rena ketus sembari meninggalkan kantin.

"Ren, mau kemana lo?" Dika hanya bisa menggelengkan kepalanya heran dengan kelakuan sepupunya.

Rena terus melangkahkan kakinya meninggalkan kantin yang begitu ramai tanpa menoleh sedikit pun untuk melihat Dika atau pun Geraldi.

"Rena!" Geraldi berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Rena.

"Ngapain lo ikutin gue?"

Sejujurnya Geraldi juga tidak tahu mengapa dirinya mengikuti Rena. Kini Geraldi bingung akan menggunakan topik pembicaraan apa. Gerladi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Berusaha menghilangkan rasa canggungnya.

"Kok diem?"

"Eh?"

"Nggak jelas lo!"

Geraldi masih diam.

"Gue mau bilang makasih sama lo."

"Buat? Oh lo nyindir gue? Es teh tadi? Iya entar gue ganti."

"Bukan. Gue emang beneran mau bilang terima kasih. Lo udah obatin luka gue waktu itu."

"Oh, itu. Gue aja udah lupa."

Sebenarnya Geraldi sedang menahan emosi yang tiba-tiba saja muncul karena sikap jutek Rena. Geraldi merutuki dirinya telah mengatakan kata 'terima kasih' pada Rena. Karena dugaannya itu benar. Rena tak akan mengubah sikapnya menjadi baik kepada dirinya.

"Terus, apalagi?"

"Apa?!"

Rena hampir saja terlonjak karena kaget dengan bentakan itu. Sampai Rena berhenti dan menghadap Geraldi seraya menatapnya kesal.

"Loh, kok jadi bentak gue sih. Lo nggak ikhlas bilang makasih sama gue? Lagian gue juga nggak minta, kok."

"Lo itu sama aja. Mau gue baik lo tetap aja jutek. Dasar cewek jutek." Geraldi sudah tak tahan lagi berhadapan dengan cewek jutek macam Rena.

"Malah ngatain gue, lagian nggak ada yang nyuruh lo baik sama gue."

"Cewek aneh." Geraldi bergegas pergi meninggalkan Rena yang sudah mencak mencak tidak karuan karena sikapnya yang membingungkan menurut Rena.

"Lo yang aneh, sombong, sok ganteng, uhhhh!"

"Gue masih denger, ya!"
Ya, walaupun jarak mereka sudah terpaut beberapa meter, tetap saja umpatan Rena masih terdengar. Siswa lain di koridor pun mendengar.

"Lo nggak boleh pergi gitu aja!"

***

Bel masuk pun berbunyi tepat saat Geraldi memasuki kelasnya. Geraldi langsung memposisikan dirinya di tempat duduknya.
Kelas belum begitu ramai, banyak temannya yang belum masuk kelas. Untuk itu Geraldi mengeluarkan laptopnya dari laci mejanya. Kemudian menekan tombol power untuk menyalakannya.

Geraldi membuka sebuah folder menggunakan password. Setelah terbuka, jari jemarinya mulai menari indah di atas keyboard laptopnya. Entah apa yang ditulisnya, setidaknya Geraldi merasakan kepuasan tersendiri setelahnya.

Blue EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang