10. Biru dongker

19 8 0
                                    

Rasa bersalah seolah menjalar seketika melihatmu begitu rapuh.

"Ren, kencan lo sama Gerald gimana?" Izza antusias begitu tahu bahwa kemarin Rena dan Geraldi bertemu di kafe.

"Kencan-kencan, pikiran lo itu kejauhan. Mana ada tiba-tiba seorang Geraldi dengan kesombongannya dan tatapan dingin ngajak gue kencan."

"Loh? Terus lo kemarin ngapain?" tanya Dika yang baru datang dengan satu nampan berisi nasi goreng pesanan mereka.

Rena sebenarnya malas membahas hal ini. Dia tidak menyangka atas perlakuan Geraldi kemarin.

"Udah, males gue." Rena malah meninggalkan Dika juga Izza di kantin.

"Loh?!"

Baru saja keluar dari kantin geng Sandra menghadang jalannya. Mereka mencekal lengan Rena dan membawanya ke depan bilik kamar mandi.

"Loh? Gue mau dibawa kemana kak?"Rena bingung ketika dirinya diseret ke tempat itu.

"Jadi, cewek modelan gini yang dekat sama Geraldi?"

"Kak Sandra kayaknya salah orang."

Tangan Sandra meraih wajah Rena dan menamparnya.
Rena tersentak atas perlakuan itu. Semasa dia menjadi pelajar baru kali ini dia merasakan rasanya dibully oleh kakak kelas.

"Salah gue itu apa kak? Gue bahkan nggak pernah bicara sama kakak."

"Eh, bocah lo mau main main sama gue? Lo nggak boleh deketin Geraldi lagi. Dia itu punya gue." bentak Sandra dengan mata yang tersulut emosi.

Rena tak punya keberanian untuk melawan bahkan kedua tangannya di cekal erat oleh kedua teman Sandra.

"Kak, gue itu nggak pernah deketin Geraldi. Sumpah!"

Mata Rena mulai memerah.

"Alah, nggak usah alesan. Ketemuan di kafe itu apa?"
Bagaimana Sandra bisa tahu. Entah. Rena kali ini semakin takut Sandra akan melakukan hal yang lebih dari menamparnya.

Dan benar saja, Sandra meraih selang dan menyemprotkan air ke tubuh Rena. Mereka justru tertawa puas melihat Rena yang mulai ketakutan.

"Cabut, girls!"

Rena terduduk dilantai sembari menangis. Walau bagaimanapun dia masih kelas X. Dan barusan dia berhadapan dengan seniornya yang dia tahu geng yang super centil dan berani melakukan pembullyan. Rena bingung apa yang akan dia lakukan dengan seragamnya yang basah.

Jika keluar pasti dia akan malu dan ditertawai siswa-siswi lain. Lalu apa yang akan dia perbuat. Menunggu sampai bel pulang sekolah. Itu juga tidak mungkin bahkan jam ini baru istirahat pertama. Bisa bisa nanti malah kedinginan disini.

Rena meraba saku roknya. Mencari benda pipih yang mungkin bisa membantunya. Dan sialnya ponselnya tertinggal di kelas.

***

Di koridor kelas X, Geraldi sedang berjalan menuju ke kantin sembari menikmati alunan musik dengan earphone hitam yang terpasang di telinganya. Ketika kantin sudah terlihat mendadak Geraldi berbalik arah.

Dia urung menuju kantin. Karena seorang Sandra sudah melambaikan tangannya sambil senyum senyum yang membuat Geraldi mual.

Melihat Geraldi justru berbalik arah tanpa menyapa balik, Sandra pun mengejarnya.

"Gerald!" Geraldi terpaksa menghentikan langkahnya karena tangannya sudah disambar oleh Sandra.

"Ayo ke kantin bareng gue?"

"Nggak minat!"

"Kok gitu? Terus tadi kamu mau kemana? Padahal aku tadi nungguin kamu." penggunaan kata aku-kamu yang semakin membuat Geraldi ingin menyingkirkan cewek ini dari lengannya.

"Maaf mbak tapi gue nggak ada niatan ke kantin." ucapnya sembari melepas tautan tangan Sandra.

"Barusan kamu panggil aku mbak?"

"Loh, bukannya gue harus sopan, ya sama senior gue."

Sandra tidak habis pikir bisa bisanya dia seorang mostwanted di sekolah ini dipanggil mbak oleh Geraldi. Tetapi Sandra masih menahan amarahnya.

"Gue belum selesai ngomong. Kamu mau kemana?" teriaknya.

"Kamar mandi. Mau ikut?"

Sandra hanya bisa menghentakkan kakinya sembari menggerutu kesal.

***

Rena masih di posisi yang sama seperti semula. Terduduk lemas sambil memegang lututnya dan menunduk sesenggukan.

Sedari tadi tidak ada satupun orang yang menyambangi kamar mandi perempuan.

Namun, kini sebuah derap kaki terdengar mendekat ke tempat Rena berada.

"Rena? Lo ngapain nangis disini?" suara cowok yang sangat familiar terdengar jelas ditelinga Rena.

Rena mendongakkan kepalanya, "Dika! Tolongin gue!" rengeknya sembari berdiri memperliahatkan tubuhnya yang basah kuyup.

"Lo kenapa? Abis main air? Basah kayak gini. Lo mandi?"

"Jangan bercanda."

"Siapa yang lakuin ini?"

"Sandra."

"Sial itu cewek minta dikasih pelajaran emang."

"Anterin pulang."

Dika memapah Rena keluar dari kamar mandi.

"Lo bawa jaket nggak?"

"Nggak. Gue malu, Dik."

"Arghh. Gue juga nggak bawa."

Dari kamar mandi cowok seseorang keluar. Dia Geraldi. Dan memandang dua orang di hadapannya dengan bingung.

"Kenapa?" tanyanya.

"Eh, Gerald. Kebetulan ada lo. Pinjam hoddy lo, boleh?" Dika yang melihat Geraldi memakai hoddy berwarna dongker itu pun langsung meminta untuk di pinjamkan pada Rena yang sudah kedinginan. Bahkan bibirnya sudah membiru sekarang.

"Oh, boleh." Geraldi segera melepas hoddynya. Rena tak percaya Geraldi mau meminjamkan jaketnya. Mengingat kemarin Geraldi sangat kasar dengannya. Mustahil jika Geraldi mau meminjaminya jaket. Nyatanya hal itu tidak terbukti. Mereka sempat bertatapan sepersekian detik.

"Thanks." ucap Rena dengan lirih.

Salam manis dari Geraldi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam manis dari Geraldi. Hhha. See you!

Blue EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang