Hoaaaam. Ah kenapa udah pagi lagi. Kenapa harus sekolah lagi. Kenapa malasnya keluar lagi. Oh Dissa, come on semangat!
Hmm, menyemangati diri sendiri nih. Kulihat jam di dinding, sudah menunjukan jam 6, segera kuambil handuk dan baju seragamku lalu pergilah ke kamar mandi.
Setelah selesai bersiap, aku pun turun ke bawah. Di sana sudah ada mama papa yang siap menyantap sarapannya.
"Pagi Ma,Pa," ucapku riang.
"Pagi sayang," jawab mereka kompak. Makin sayang sama merekalah kalau gini.
"Kak Ryan mana? Kok belum ada," tanyaku.
"Kayak gak tau kakakmu aja Dis," kata mama. Oh iya, lupa. Kebo, menurutnya kan jam 7 masih pagi. Eh tapi nebeng siapa dong hari ini.
"Ngapain nyariin gue?" kata seseorang dari atas. Tebengan datang, yes. Haha.
"Turun dulu deh yan. Sarapan gih," kata mama.
Kak Ryan turun menuruti perintah mama. "Kak kuliah pagi? Gue nebeng," itu bukan pertanyaan, tetapi menjurus ke perintah.
"Males ah, mau ke tempat Rika."
"Ayolah kak. Anterin baru ke tempat kak Rika," rengekku.
"Bawa sendiri mobil lo napa sih?"
"Udahlah Yan, anterin dulu baru ke tempat Rika. Lagian kan searah juga," yes papa belain.
"Iyaiya adikku yang manis," kata Kak Ryan setengah hati sambil memandang tajam ke arahku. Biarlah masa bodoh yang penting dapet tebengan.
Sekarang kami diam sibuk melahap sarapan masing-masing.
***
Ah udah jam 7.20, berarti udah telat 5 menit. Kak Ryan sih pake ribet segala, kan telat jadinya. Rekor gak pernah telat Dissa kan jadi terpatahkan. Meskipun aku gak pernah telat, jangan salah kira, aku gak pernah telat bukan berarti rajin dateng pagi, ya setidaknya dateng 5 menit sebelum bel. Itu sih udah paling pagi. Haha.
Eh kok gerbang belum di tutup ya. Cepet-cepet deh aku lari sebelum Pak Ivan -guru killer pake banget- berubah pikiran dan menutupnya.
"Cepat! Lari! Sudah jam berapa ini? Kenapa masih telat!" Baru saja diomongin, eh udah muncul aja dan jelas perkataannya bukan pertanyaan yang perlu dijawab. Aku lari menuju kelas. Eh tunggu, kayaknya aku gak sendiri deh. Ada yang lari juga di belakangku. Aku buru-buru naik tangga biar gak telat jam pertama, tapi kenapa anak ini juga ikut naik tangga ya? Aku belok kanan menuju kelasku dan kenapa dia juga? Sekarang aku berhenti di depan kelasku kenapa dia juga? Ku toleh wajahnya sekilas.
Cupu! masak kancing bajunya dikancing sampe ke atas, dasinya juga tertata rapi, bajunya masuk ke dalam celananya dengan rapi dan tak ada yang keluar sedikitpun. Plis deh ya ini putih abu-abu woy, masih ada anak cupu kayak gini.
Sebenernya kalo dilihat dari tampang, nih anak lumayan. Tingginya proposional buat seorang cowok, oh iya aku belum bilang kan kalo dia cowok. Rambutnya tertata rapi dengan sedikit terangkat ke atas. Tuh kan, jadi lupa masuk kelas gara-gara nih anak.
"Hei? Ayo masuk," dia membuyarkan lamunanku. Eh dia siapa nyuruh-nyuruh aku masuk. Ini kan kelasku dan aku gak menemukan anak sejenis ini di kelasku kemarin.
"Apaan si lo," jawabku lalu meninggalkannya untuk memasuki kelas duluan. Beruntunglah kami -loh kok kami, ya cuman aku lah - di kelas belum ada guru. Aku segera duduk di tempatku dan mengatur nafasku yang terengah-engah.
"Abis ngapain lo?" tanya makhluk di sebelahku - Sheilla -
"Marathon?" Imbuhnya.
"Huh. Capek. Bagi minum," tanpa persetujuannya aku mengambil sebotol air mineral.
![](https://img.wattpad.com/cover/19137624-288-k725473.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Please Be) Mine [completed]
Teen FictionTak mudah menyadari cinta yang tulus walau dia sudah di depan mata, tak mudah pula untuk memilikinya walau cinta selalu berbunga *** Cover by : just-anny