Dissa POV
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Mama di dapur Dis yuk makan!"
Akupun berjalan ke dapur, "Hai Ma."
"Hai Tante," oh iya sampe lpa ada orang dibelakang.
"Eh Sheilla. Kok lama gak kesini, aduh Tante kangen," jawab Mama sambil kemudian memeluk Sheilla. Ya, Mama kenal deket sama Sheilla udah dari lama, jadi gak heran deh kalo anaknya sendiri dilupakan. Hahaha gak ding, canda.
"Aduh iya nih Tan, si Dissanya sok sibuk mulu."
"Ah lo yang sibuk sama pacar lo deh."
"Kayak lo gak aja," katanya sukses membuat mengerucutkan bibir dan memutar mata malas.
"Yaudah ayo makan dulu," kata Mama menengahi.
"Kok yang lain -Devan, Radit, Satria- gak diajak kesini Dis?" tanya Mama disela-sela makan.
"Nih anak juga gak diajak Ma, dianya aja yang ngikut aja. "
"Lo jahat banget sih sama gue Dis," drama dimulai.
"Makan deh. Laper nih gue."
Akhirnya kita larut dalam makanan masing-masing.
***
"Kenapa sih lo gak maafin aja?" tanya Sheilla.
Sekarang kita udah ada di kamarku tanpa melakukan kegiatan yang jelas. Sheilla malah sekarang ngomong nglantur. Tau kan siapa yang dibahas sama Sheilla? Ya, Satria.
"Gak ah!"
"Kenapa sih Dis? Dia kan juga udah minta maaf ke lo."
"..." Paling males deh kalo udah bahas ginian. Entah kenapa jadi sensi gitu.
"Lo juga udah nyuekin dia 2 hari."
Apa yang diomongin Sheilla itu bener banget, setelah seharian kemarin nyuekin dan dia ngajak ke danau, hari ini tetep nyuekin dia lagi.
"Ya, ya. Gue tau."
"Jadi lo mau maafin?"
"Hm. Kenapa sih lo ngebet banget pengen gue maafan."
"Yaa, gue cuman pengen aja balik kayak dulu rame-rame. Kan kalo sekarang canggung."
"Hm."
Tiba-tiba kulihat raut wajah Sheilla berubah melihatku secara serius, "Dis, gue mau bilang sesuatu, tapi lo jangan marah ya."
Wajahku langsung berubah penasaran. Apa yang mau dia katakan?
"Ya. Gue gak akan marah kok."
"Sebelumnya, lo beneran gak mau maafin Satria?"
Jawabanku hanya mengangkat bahu.
"Kenapa sih? Lo dengan masalah kayak gini aja membesar-besarkan. Bentar, jangan salah paham, gue gak nyalahin lo. Beneran. Gue cuman mau bilang..." dia menggantungkan kalimatnya, tapi tetap kudengarkan. "Apa lo gak inget selama ini yang ada buat lo siapa? Satria. Inget waktu pertama kenal lo kena pencuri itu, siapa yang pertama dateng dan nolongin lo? Satria. Siapa yang dengan sukarela mendengar keluh kesah lo? Satria. Siapa yang dateng pertama buat nemenin lo waktu Kak Ryan kecelakaan? Satria kan? Siapa yang paling cepet ada saat lo butuh bantuan? Satria Dis, bahkan dia slalu ada buat lo melebihi gue. Siapa juga yang ada buat lo waktu kita marahan? Ya Satria. Siapa juga yang pertama kali lo telpon waktu lo lagi patah hati? Satria. Bahkan dia ninggalin ceweknya demi lo, asal lo tau itu. Jadi apa berhak lo diemin dia sampe segininya hanya karna dia gak cerita kalo dia punya pacar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(Please Be) Mine [completed]
Teen FictionTak mudah menyadari cinta yang tulus walau dia sudah di depan mata, tak mudah pula untuk memilikinya walau cinta selalu berbunga *** Cover by : just-anny