kring.. kring..
Dissa dengan malas bangkit dari kasurnya mematikan alarm dan tidur lagi.
"Dis, Dissa bangun sayang."
"Iya Ma," Dissa bangun dan menuju kamar mandi.
Dissa jalan menuju cermin, "Aaaah, mata gue... mata gue bengkak, pasti gara-gara semalem nangis. Ah Dimas!"
Dissa semalam menangis, menangis i seorang Dimas. Dimas itu pacarnya -dulu, sekarang mantan- Dissa. Tepat tadi malam, Dimas mutusin Dissa, entah mengapa Dissa pun tak tahu.
*Flashback*
Malam itu, Dissa mengirim chat ke Dimas
Dissa Halo Dimas
Tak ada jawaban dari Dimas. Kemudian,
Dddrrttt Dddrrrtt
Dissa yang melihat ada nama Dimas dilayar handphonenya langsung mengukir senyum.
"Hai Dimas," Dissa menjawab penuh semangat + alay.
"Dis,"
"Apa Dim."
"Maafin aku yah, tapi kita harus udahan."
Tak ada balasan jawaban dari Dissa. Seketika itu Dissa tersentak mendengar ucapan Dimas. Nusuk, sakit.
"Dis? maaf yah."
"Hmm."
"Dissa lo gak papakan?"
menurut lo, pikir Dissa. Tanpa pikir panjang Dissa pun mematikan telfon dari Dimas.
"Aaaarrrghh, Dimas gila! Gue mimpi kan? Gue mimpi kan? Aaah Dimas!" Dissa marah, marah pada Dimas.
Dddrrrtt Dddrrrtt
Dilihat layar hpnya, Dimas. Dirinya tak seantusias tadi. Dissa kini merebahkan tubuhnya di kasurnya. Diambilnya mimi -boneka sapi miliknya- dan diletakkan disebelahnya. Dissa masih shock, apa-apaan Dimas tiba-tiba nelfon minta 'udahan'. Gila itu anak, dia gak inget apa susahnya ngeluluhin hatinya Dissa dan sekarang ditinggal gitu aja. Dissa menangis sejadi-jadinya. Perasaannya campur aduk, sedih, shock, nyesek, kecewa, marah. Dissa masih tak habis pikir kenapa cowok yang udah dia sayang selama ini jadi ninggalin dia tanpa penjelasan.
*end*
Dissa mengambil handphonenya, menyalakannya, setelah telfon Dimas kemarin, Dissa ingin sendiri dan mematikan hpnya. Terlihat dilayarnya
12 missedcalls, 15 new whatsapp message, 20 new bbm, 10 new line message, 10 new message.
"Gila, ngapain juga udah putus masih ngejar. cih," Dissa masih marah. Sebenernya Dissa juga gak bisa lama-lama marah ke Dimas, Dissa sayang pake banget ke Dimas.
"sayang, cepet turun! Udah siang ayo sarapan!"
Teriakan mamanya membuayrkan lamunan Dissa, "iya Ma."
Nafsu makan Dissa hilang sudah, hanya diambilnya roti dan mengolesinya dengan selai.
"kak, berangkat yuk!" ajak Dissa ke kakaknya. Sudah jadi kebiasaan Dissa untuk nebeng kakaknya, dia males jika harus bawa mobil sendiri. Kalo ada tebengan ya dimanfaatkan, itu prinsip Dissa. Kebetulan sekali, kampus kak Ryan -kakak Dissa- searah dengan SMA Dissa.
"Entarlah Dis, masih makan juga. Duduk dulu gih. Lagian tumben pengen pagi," kata Kak Ryan sambil masih mengunyah makanan. Dissa menghindari Dimas, makanya dia ingin datang pagi.
Dissa memohon-mohon dengan tampang memelas, "ayolah kak, pliss!"
"Hmmm," Kak Ryan beranjak dari kursi makannya.
"Ma, Pa, berangkat dulu ya," kata Dissa kompak dengan kakaknya.
***
Dissa POV
"Hai Dissa, aduh gue kangen banget sama lo," teriak Sheilla sambil memelukku. Oh dia moodboosterku.
"Heihei, sayangnya gue gak kangen sama lo," kucoba tertawa sambil menutupi kesedianku.
"Ih, lo gitu, Eh mata lo napa bengkak? Abis nangis lo?"
"Oh itu, kegigit nyamuk kayaknya," jawabku bohong. Oh no! Sheilla pasti tau kalo aku bohong.
"Mulut lo bisa bohong tapi mata lo sendu gitu. Ada masalah? Dimas?" tanyanya.
Seketika itu juga kulihat Dimas jalan di koridor sekolah, Dimas bukan Dimas yang dulu. Aku lihat ada kesedihan di matanya, sama sepertiku. Kini, dia memandangku mataku juga dengan tatapan sedih yang mendalam membuatku sakit, dadaku terasa sesak melihat matanya. Ingin sekali aku mendekat ke arahnya, tapi otakku menolak. Kulihat dia juga sama, entah sejahat apapun dia, aku merasa ini bukan salahnya. Setetes air mata jatuh juga, buru-buru kuhilangkan air mata dan mengalihkan pandanganku dari dia.
"Hoi Dis," Sheilla membuyarkarkan lamunanku. Sheilla menoleh ke arah pandangan mataku tadi.
"Dimas?"
"gue putus Sheil," kataku dengan suara serak. Oh tuhan, patah hati itu sakit.
----
Huaaa masih bingung. Gaje banget yaa:( semoga tertarik sih. Tungguin part selanjutnya ya hehe:)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Please Be) Mine [completed]
Teen FictionTak mudah menyadari cinta yang tulus walau dia sudah di depan mata, tak mudah pula untuk memilikinya walau cinta selalu berbunga *** Cover by : just-anny