Chapter 14 - Perkenalan

8.6K 392 28
                                    

cuman mau bilang, udah mulai masuk puncak nih. so check it out!

----

Author POV

"Dissaaa! Satria udah nunggu sayaang," teriak Mama Dissa dari meja makan.

"Iya Ma! Bentar," jawabnya.

Tak lama kemudian, Dissa sudah siap dengan seragam sekolahnya dan rambut yang tergerai panjang hanya disisir rapi dan wangi. "Ma, Dissa berangkat yaa!"

"Gak makan dulu sayang?"

"Males ah Ma! Yuk!" ajak Dissa pada Satria yang duduk di meja makan juga.

"Tante, Om berangkat Assalamualaikum," kata Satria sopan. Kedua orang tua itu menjawab sambil tersenyum.

"Lama amat sih lo Pao," kata Satria di dalam mobil.

"Yeee biasanya juga jam segini kali lo aja yang kepagian," kata Dissa sewot membuat Satria tersenyum tipis.

Hening. Hanya suara musik. Satria fokus menyetir, sedangkan Dissa terhanyut lagu dan aroma mobil ini. Ya, Dissa entah mengapa suka pake banget sama aroma pajero-nya Satria ini. Wanginya itu simple, katanya. Satria pun jadi suka pake mobil ini, karena dia tahu Dissa suka walau Dissa tak pernah mengatakannya. Apasih yang Satria gak tahu tentang Dissa? Dissa aja yang gak pernah tau kalo Satria peduli. Bahkan dalam waktu yang lebih dari setengah tahun Dissa belum juga menyadari cinta itu ada.

"Lo nanti latian basket Sat?" tanya Dissa memecah keheningan.

"Iyalah ini Bulan Maret, udah deket sama turnamen. Kenapa?"

"Yaudah, gue pulang duluan yap nanti."

Satria hanya mengangguk sambil memarkir mobilnya, kemudian turun dan tak lupa membukakan pintu Dissa. Semuanya sudah dilakukannya selama lebih dari 6 bulan dan dia tak pernah bosan.

"Silahkan Tuan Puteri..." goda Satria sambil menyeringai membuat pipi Dissa memerah.

"Apaan sih ah lo!" balas Dissa sambil sok-sok an cemberut.

"Ih gitu aja ngambek. Makin tembem pipi lo," goda Satria lagi sambil menyubit pipi kanan Satria.

"Gak usah cubit-cubit Tomaaat," kata Dissa sambil menyingkirkan tangan Satria dari pipinya. Alih-alih menyingkir, tangan Satria malah pindah merangkul pundak Dissa.

"Iiih marah Iiih," Satria tak henti-hentinya menggoda di sepanjang koridor menuju kelas mereka dan itu akan menjadi tontonan para cewek yang notabene 'fans' Satria. Ya, walaupun lama-kelamaan mereka sudah hafal dengan tingkah 'pasangan' itu.

"Saat lepas deh, liat tuh fans lo," elak Dissa akhirnya, sebenernya di hatinya Dissa selalu nyaman dengan keadaan ini.

"Ah biarin. Tiap hari mah juga gitu kan."

Satria pun tak melepaskan rangkulannya sampai di kelas. "Kalian tuh yaa, kayak gitu aja tiap hari. Kapan jadiannya?" ejek temannya suatu saat. Hanya dibalas senyuman oleh Satria, belum saatnya.

***

Dissa POV

Akhirnya, kelar juga sekolahnya. Yey! Capek sekolah mulu. Sekarabg lagi jalan ke kantin bareng yang lain -Ya, you know lah sapa- . Kita akhirnya milih di pojokan, karena cuma di situ yang tersisa.

"Mie ayam dong gue Dit," kataku pada Radit yang mulai beranjak dari tempat duduk.

"Gue juga. Bilang kayak biasanya," tambah Sheilla.

(Please Be) Mine [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang