BAB 5

2.1K 468 26
                                    

Harry yakin ada yang salah dengan dirinya malam ini. Sejak kemarin ia yakin bahwa ia tidak akan bertahan lebih dari lima menit. Tapi nyatanya ia menyaksikan pertunjukan itu sampai menit terakhir. Ia bahkan hapal dengan dinamika musik simfoni barusan. Ada yang salah dengannya, ia mulai berpikir keras. Setelah ini ia tidak yakin akan melewatkan begitu saja pertunjukan Draco berikutnya.

Dan itu yang ia takutkan.

From: Ferret

Tunggu aku di depan pintu keluar.

Dan di situlah Harry berdiri saat ini. Pertunjukan sudah selesai sekitar dua puluh menit lalu. Jarum jam tangan Harry seakan melambat dan meledeki. Ia tahu harusnya tak perlu patuh. Kalau begini ia ketinggalan jadwal kereta bawah tanah terakhir.

"Aku pasti bercanda." Harry mengambil saputangan dari saku tuxedonya. Membersihkan partikel-partikel kecil yang mengusik penglihatannya barusan.

"Kau Harry Potter kan?" Cedric Diggory. Pria itu yang kini berdiri di hadapannya.

"Diggory?" Dari jutaan penduduk London, kenapa harus pria ini yang ia temui di saat seperti ini? Harry berharap bisa mengabaikan manusia yang tampak bersinar setiap saat itu.

"Wow! Aku kira hanya aku siswa yang menonton pertunjukan musik klasik di awal liburan musim panas! Hahahahahaha... Bahkan mantan pacarku saja tidak pernah mau jika kuajak. Aku tidak tahu jika selain fisika kita punya ketertarikan yang sama di bidang musik..." Harry hanya memasang cengiran kuda andalannya. Pria ini terlalu antusias sampai tak mau berhenti bicara. Lagipula Harry tak tahu harus menjawab apa. Mengatakan bahwa sebenarnya ia hanya terpaksa datang kemari karena paksaan Draco Malfoy pasti akan terdengar aneh di telinga siapapun yang tahu bagaimana akrabnya dua makhluk itu di sekolah.

Jadi, Harry hanya berharap cengiran culunnya cukup untuk menghentikan dengan sendirinya rentetan kalimat pria itu. Well, biasanya itu cukup efektif.

"Ah ya. Kau tahu kalau Draco ikut dalam pertunjukan tadi?" Kau pikir dari mana aku dapat paksaan untuk mengisi kursi kosong dan mencegah kehadiran si Parkinson, hah? Harry mulai merasa pipinya keram untuk menangagapi puluhan kalimat Diggory dengan senyuman.

"Dia selalu membuatku iri." Sudut lengkung senyum pemuda berkawat gigi itu berangsur menumpul. Ia tidak ingin memikirkannya. Tapi kenyataan bahwa bahkan pria sesempurna Diggory saja cemburu pada Draco Malfoy. Apa yang membuat seorang Harry Potter memiliki cukup kenekatan untuk lancang berpikir bahwa mungkin mereka bisa memiliki sebuah pertemanan?

Harry tidak meminta banyak.

Ia sudah meminta Tuhan untuk berhenti khawatir pada hubungan mereka dan berjanji untuk tak terpancing beradu mulut dengan pria pirang itu. Tapi Tuhan sepertinya sedang iseng mambawa Harry dalam pusaran hubungan aneh dengan Draco Malfoy.

"Are you allright, Harry?" Kali ini bibir tipis itu hanya membentuk sesudut senyum.

"Kurasa tiba-tiba saja rasanya ada yang menghantam kepalaku. Sebaiknya aku pulang sebelum merepotkanmu." Pria yang punya tinggi badan jauh melampaui Harry itu menyengajakan posisi tubuhnya untuk menghalangi langkah Harry.

"Kau bahkan terlihat lebih limbung dari orang mabuk." Remaja itu tidak yakin mana yang benar. Suara Diggory yang membuat tengkuknya meremang atau alasan palsunya soal tidak enak badan barusan menjelma nyata? Tuhan senang sekali cepat-cepat menghukumnya kalau coba-coba berdusta.

"Ayahku mengizinkan membawa mobilnya malam ini. Kau akan lebih aman jika kuantar." Harry sedikit tidak rela saat lengannya kini tersampir di pundak pemuda itu. Sama tidak relanya ketika ia tahu bahwa yang memapahnya saat ini adalah orang lain selain Draco, temannya. Bukan berarti Cedric bukan temannya. Maksudnya, baiklah, mereka memang saling mengenal. Tapi katakanlah Harry memposisikan pria ini hanya sebagai kenalan. Ron dan Hermione adalah sahabatnya.

Tapi ia hanya butuh seorang teman, dan yang muncul di gambaran otaknya adalah siluet pria jangkung berambut pirang.

"Cedric!" Samar-samar Harry mendengar teriakan setengah panik itu. Sayangnya matanya terlalu berkunang-kunang untuk melihat satu lagi sosok jangkung lain yang mendekat. Harry hanya melihat dua pria itu bercakap sejenak, dan sebelum benar-benar kehilangan kesadaran. Remaja berkawat gigi itu baru ingat terakhir kali ia makan adalah kemarin sore.

Pantas saja.

.

.

.

.

Voment buat baca lanjutannya :]

ASTRONAUT 🌜 Drarry [⏮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang