BAB 103

836 146 14
                                    

"Saya rasa sudah cukup perkenalannya, dan penjelasan tentang maksud Saya datang ke sini."

Harry menggigit bagian dalam bibirnya.

Wanita anggun di depannya adalah ibu Draco. Secara kasat mata Draco sama sekali tidak memiliki garis kemiripan di wajahnya dengan ibunya. Harry pernah melihat Draco sekali bersama ayahnya, Lucius, dan ya, Draco memang tampak seperti versi muda dari Lucius. Tapi Harry bisa merasakan aura khas yang dimiliki Draco, ketenangan dan keanggunan, turun dari wanita ini.

"Apa yang membuat Anda yakin bisa meyakinkan Harry?" Lily bicara setelah beberapa saat tak ada yang menjawab kalimat terakhir yang dikeluarkan Narcissa.

Narcissa memandang Lily dengan pandangan yang punya beragam makna, ada kasih, ada merendahkan dan rasa iba. Lily hanya tidak mengerti bagaimana sebuah pandangan bisa mencampuradukkan begitu banyak emosi.

"Saya, punya berita yang tidak begitu baik."

Harry menengok ke arah Draco yang berdiri tegap di dekat jendela, tak ingin bertukar pandangan dengan Harry.

Ibu Draco berdiri di dekat ujung ranjang Harry. Posisi Draco seperti berusaha menjadi wasit antara pertarungan antara Harry dan Narcissa, Harry nyaris tertawa dalam hati. Tapi sebegitu banyaknya rasa curiga di pikirannya, begitu banyak firasat buruk bermunculan. Harry tidak bisa tertawa, bahkan hanya sekadar dalam hati.

"Tapi... biarkan saya bicara beberapa hal sebelum hal itu."

Harry menatap bingung Narcissa Malfoy yang tersenyum hangat padanya. Ia menengok ke arah Draco yang juga mengernyit.

Apa yang sedang kau mainkan, Mom? Draco tidak mengerti mengapa Narcissa tidak segera memberberkan rahasia itu. Membuka kartu As miliknya dan melihat kehancuran hubungannya dengan Harry. Oh God! Draco tidak pernah merasa sepesimistis ini seumur hidupnya. Ia tahu. Jika Harry tahu, perasaannya pada Draco tak akan pernah sama lagi.

"Nak." Narcissa maju selangkah dan matanya memancarkan sinar pengayoman yang nyaris membuat Harry merasa bahwa ia memiliki harapan. Mungkin saja Narcissa tidak menentang hubungannya dengan Draco. Mungkin saja. Iya kan? Harry tersenyum kecut tanpa ia sadari. Sebegitu putus asanya ia, hingga ia harus berpegang pada harapan yang nyaris mustahil.

"Kami hanya punya Draco."

Hati Harry mencelos. Dan dengan sendirinya ia mengangguk. Ia tahu itu. Terlalu tahu soal itu hingga ia nyaris tidak mempercayai ucapan Draco yang berusaha meyakinkan bahwa ia mencintai Harry. Bahwa hubungan keduanya bisa berhasil, dengan entah cara apa.

"Dan keluargamu hanya memilikimu." Alunan perlahan suara Narcissa terasa seperti silet yang menyayat perlahan urat nadi Harry. Yeah, I know.

"Sama sepertimu, kami, Saya dan Ayah Draco memiliki harapan yang sangat besar pada Draco. Dan bukan hanya kami, di pundak Draco ada perusahaan yang menunggu menjadi tanggung jawabnya. Sebuah bisnis besar yang banyak orang yang berpegang padanya. Mungkin bagimu menggelikan bahwa, kami para orang tua berusaha mengatakan bahwa hubungan kalian saat ini hanyalah sebuah fase. Hanya sebuah hubungan main-main." Narcissa menarik napas, kehadirannya kini mendominasi ruangan. "Ya, dan mungkin kami benar. Atau mungkin kami salah." Ia tersenyum lebih lembut dari sebelumnya. "Mungkin tanpa sadar kami tahu betapa seriusnya kalian tentang hal ini. Dan bahwa kalian sama sekali tidak main-main. Dan tanpa sadar kami tahu bahwa konsekuensinya pun tidak main-main."

Harry bisa merasakan Draco memandangnya, jadi ia berbalik dari Narcissa dan menatap Draco. Ia berharap kini yang duduk di samping ranjangnya adalah Draco. Dan bukan ibunya.

ASTRONAUT 🌜 Drarry [⏮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang