BAB 70

1K 194 15
                                    

"Harry?"

Ron membelalakkan matanya. Sahabatnya ada di depan gerbang Hogwarts. Berdiri di sana seperti bocah kecil yang kehilangan ibunya di tempat ramai. Kebingungan dan terasing di antara kerumunan manusia.

"Kau tidak di lab hari ini?"

"Aku izin. Kurasa aku harus datang setidaknya untuk final."

Hermione muncul kemudian dari mobil tua biru milik keluarga Weasley bersama si kembar. Wajahnya langsung berubah cemas dan panik melihat dua sahabat itu akhirnya berkonfrontasi.

"Dan kurasa kita harus membicarakan sesuatu."

Anehnya justru Ron yang terlihat panik. Seperti dialah yang tertangkap basah berciuman dengan seorang lelaki.

Dia menengokkan kepalanya ke berbagai arah, seperti mencari bantuan atau alasan yang bagus untuk melarikan diri dari sana. Sampai pada satu detik, ia menghela napas. "Oke."

Dia menyetujuinya. Harry merangkul Ron, dan setelah rangkulan kikuk itu Harry mengacungkan jempol ke arah Hermione. Berkata bahwa keduanya akan baik-baik saja. Mereka berjalan ke sudut tempat parkir yang sepi. Harry bersandar di pohon sementara Ron duduk di bawah rumput yang masih terlindung bayangan pohon mahoni itu.

"Kau tahu?"

"Soal si Ferret? Dan kau?"

"Uhmmm..." ujar Harry tak jelas.

"Aku tidak bermaksud menghakimi atau menilai. Maksudku, ibumu seorang aktivis gereja. Kau seharusnya tahu sesuatu seperti itu, hanya akan membuatmu kerepotan. Banyak yang akan menentang, kau tahu?"

Harry menengok ke bawah menemukan wajah Ron menatap ke arahnya dengan penuh ketakutan seakan tengah melihat Harry merayap menuju jurang neraka. "Ya. Kau benar. Apa kau juga menentangku?"

Harry tidak ingin menyangkal. Dogma telah tertanam sejak lama. Ia tidak bisa melawan apa-apa.

"Entahlah Harry. Aku belum pernah menghadapi sesuatu seperti ini sebelumnya."

"Tapi kami tidak punya hubungan apa-apa."

"Aku mengerti." Ron kemudian membalas cepat kalimat Harry. "Tapi kalian berdua jelas memiliki perasaan kuat hingga bisa terlihat seterluka itu."

"Kapan kau melihat kami?" Harry menrunkan tubuhnya. Simpati pada otot leher Ron yang tampak pegal.

"Pertandingan kedua, Draco menciummu di kening." Ron menunjuk kening Harry. "Seberapa jauh hubungan kalian? Kalian sudah pernah melakukan...?" Ron tidak yakin bagaimana menggunakan kata-katanya. "Maksudku kalian sama-sama laki-laki jadi resiko terjadi 'sesuatu' lebih kecil, iya kan?"

Harry tertawa, entah kenapa muka Ron terlihat sangat konyol baginya. Ia terlihat tidak nyaman, tapi ingin tahu, dan juga entah kenapa sedikit iri. "Kalau seks yang kau maksud. Ya, kami pernah melakukannya."

"Ck, dan sementara aku untuk mencium Hermione saja butuh waktu setengah tahun pacaran." Ron mencibir sirik. Lalu keduanya saling pandang. Dan kemudian tertawa mesum entah untuk bayangan masing-masing yang berbeda.

Setelah tawa mereka reda Ron mulai bicara kembali. "Aku tidak menentangmu. Aku dan Hermione sudah bicara. Dan dia bilang, kau mencintai. Yang sama sekali aku tak mengerti kenapa. Maksudku apa bagusnya si ferret itu? Tapi, ya, baiklah, kau tetap teman terbaik yang bisa kumiliki."

"Thank's Ron." Lalu kedua sahabat itu berhighfive ringan. "Aku harus menyusul yang lain ke ruang ganti, kau masih mau di sini?"

Harry merasakan sepoi angin di wajahnya. Suara burung gereja di atas kepalanya. "Ya." Ia butuh beberapa saat lagi untuk menyiapkan diri.

Siapa yang tahu wajah seperti apa yang harus Harry gunakan untuk menghadapi Draco? Atau Cedric?

***

ASTRONAUT 🌜 Drarry [⏮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang