BAB 45

1.2K 232 14
                                    

"Kau datang?"

Bellatrix tertawa sarkastik pada pengunjungnya hari itu. Severus Snape.

"Cacar air yang buruk?"

"Kau bisa melihatnya sendiri."

Tapi Bellatrix jelas sudah lebih baik dari sebelumnya. Bintik-bintik itu mulai mengering. Ia sudah tidak tiba-tiba terserang demam di malam hari dan sudah bisa menemui tamunya di ruang tamu. Severus membawakan sekantung apel hijau dan anggur merah sebagai hadiah. Bellatrix memperhatikan bungkusan itu, dan mendadak saja merasa jengah.

"Kenapa tiba-tiba datang?"

"Kasar sekali. Kau tetap Bellatrix yang biasa ternyata." Severus berkomentar ketika kemudian mengangkat cangkir tehnya. Memperhatikan pinggiran bibir cangkir tersebut sebelum kemudian menyeruput perlahan cairan kental coklat kemerahan itu.

"Aku bukan pecinta apel hijau macam keluarga Malfoy kita." Bellatrix mengkritik barang bawaan Snape. "Kau baru bertemu dengannya, ya?"

Severus dan ekspresi dinginnya tak menunjukkan apa-apa. "Apa tertulis jelas di wajahku?"

"Kau selalu datang padaku ketika ingin membicarakan soal itu." Bellatrix menggunakan gaun hitam panjang berbahan katun dengan belahan cukup rendah di bagian dada. Ia menyandarkan tubuh bagian kirinya ke sofa dan duduk dengan gaya angkuh yang anggun.

Suaminya pernah berkata padanya bahwa Bellatrix adalah gadis dengan ekspresi dan gestur paling antagonis yang pernah ia lihat. Tapi di saat bersamaan, ia juga tak bisa memalingkan pandangannya dari wanita itu, Bellatrix adalah malaikat. Beberapa remaja di sekolahnya dulu menambahkan label 'pencabut nyawa' di belakangnya. Tapi seberapapun menyeramkan sosoknya, ia tetap mengagumkan untuk dipandangi.

Dengan catatan: Sejauh mungkin, jika kau tak berpikir untuk cepat-cepat mati.

"Yah, mungkin lebih tepatnya aku baru melihatnya." Severus berhenti sejenak. Wajahnya menampakkan jika ia memikirkan kalimat berikutnya yang hendak ia katakana. "Aku ingin menemui Lily."

"Bukankah kau akan menemuinya tahun ini? Terakhir kau cerita padaku kau menjadi wali kelas anaknya kan?" Bellatrix terdiam dan Severus juga bergeming ketika seorang pelayan membawakan beberapa toples bening cantik berisi kue-kue kering.

"Dia cukup cerdas. Tapi Lily sepertinya terlalu sibuk. Ia mengambil sendiri rapotnya semester genap ini."

Bellatrix melirik sedikit pada Snape. Ia tidak ingat bagaimana pertama kali berteman dengannya.

Seingatnya beberapa kali ia pernah berpapasan dengan Snape di sekolah khusus perempuan tempat ia mengenyam pendidikan tingkat high school. Tapi ia tidak begitu ingat kenapa mereka kemudian saling mengenal.

"Aku pernah bertemu dengannya sekali."

Snape kali ini berhenti memandang lurus ke cangkir tehnya. Ia menatap Bellatrix sungguh-sungguh. "Siapa?"

"Putra Lilly."

"Harry?"

"Ya. Aku bertemu dengannya di rumah Narcissa. Tampaknya ia cukup akrab dengan Draco."

Kernyitan mengalur lebar di dahi Severus Snape. "Akrab? Dengan Draco?"

"Draco menolongnya. Dan membawanya ke rumah. Dan merawatnya. Dan..." Bellatrix tidak bermaksud menggantungkan kalimatnya. Tapi kemudian ia berpikir ulang, apa yang akan ia katakan perlu ia sampaikan?

"Dan?"

Bellatrix mendadak ingat kenapa ia mengenal Severus Snape. Entah bagaimana, Severus mengenal Lucius, suami Narcissa. Dan dengan begitu ia akrab pula dengan sepupunya itu. Hingga kemudian menjadi ayah baptis dari keponakannya, Draco.

Ia bermaksud untuk memasukkan Severus sekedar dalam lingkar kenalan yang tak perlu ia terlalu akrabi. Tapi kemudian suatu hari, ketika ia memutuskan untuk pergi dari rumahnya setelah bertengkar hebat dengan suami keduanya, ia tidak sengaja melihat pria itu di sebuah restoran, tepatnya di dekat pintu toilet pria. Tidak masalah sebenarnya untuk sekedar berpapasan.

Tapi kemudian ia melihat Severus berciuman dengan pria lain. Entah siapa.

Yang jelas Severus mengenali wajah antagonis Bellatrix, dan keesokan harinya menemuinya, meminta Bellatrix untuk tidak mengatakannya pada siapapun, setengah mengancam sebenarnya. Tidak masalah, Bellatrix juga tidak peduli jujur saja. Dan begitulah. Jalan takdir berputar.

Pada suatu hari kemudian, ia tahu siapa pria yang mencium Severus Snape.

Di sebuah hari naas.

"Kenapa kau tiba-tiba ingin menemui Lily?"

Severus mungkin tidak menampakkan perubahan apapun pada raut wajahnya. Meskipun jelas-jelas perubahan topik di tengah pembicaraan ini mengganggunya.

"Aku merindukannya." Tidak ada wajah terluka seorang lelaki yang mendamba pujaan hatinya. Tidak ada kegugupan seorang pria yang merindukan wanita yang dikaguminya, seumur hidupnya. Tidak ada ekspresi apa-apa.

"Lalu kenapa kau harus menemuiku lebih dulu? Kau tidak membutuhkan izin dariku untuk menemuinya."

Severus mendiamkan kalimat itu. Keduanya sempat bertukar pandang beberapa detik sebelum Severus meraih cangkir tehnya lagi. "Aku ingin membebaskan diriku. Aku ingin mengatakan semuanya."

Bellatrix bergerak tidak nyaman dalam duduknya. Ia tahu hari ini akan dating. "Kau berjanji padaku untuk tidak mengatakan apapun." Bisikan itu mengancam. Namun Severus tak tergerak untuk menampakkan wajah gusar. Hanya diam yang menggelisahkan menggerogoti atmosfer ruangan.

"Tapi perasaan bersalah ini menggelisahkan." Siapapun, atau setidaknya kebanyakan orang awam akan berpikir bahwa Severus sedang berdusta. Ia mengatakan gelisah, namun ia duduk tenang tanpa ketakutan. Pakaian serba hitamnya mungkin tak menunjukkan rasa percaya diri, tapi semua orang akan tahu bahwa Severus Snape bukan seseorang yang sedang menunjukkan kecemasan.

Tapi Bellatrix tahu Severus sama sekali tidak sedang berbohong.

"Sebaiknya kau pikirkan hal lain yang lebih penting daripada perasaan bersalah soal masa lalu." Bellatrix menyeringai. Gigi geliginya yang putih tampak bersinar di antara kepucatan wajahnya yang masih sedikit dihiasi bintik-bintik bekas cacar air.

Severus menyeruput untuk terakhir kali teh miliknya. "Seperti?"

Bellatrix, dalam seringainya, telah mengambil sebuah keputusan. Aku perlu mengatakannya.

Ia mencondongkan tubuhnya ke depan. Memberi isyarat agar Severus mendekat pada bibirnya. Severus merasakan hawa dingin yang menusuk dari keberadaan wanita ini. Dan bersama nafasnya, Bellatrix membisikkan sesuatu yang membuat Severus merinding.

"Draco dan anak Lily, mungkin akan mengulang kisahmu dan 'kekasih'mu."

***

ASTRONAUT 🌜 Drarry [⏮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang