BAB 16

1.7K 330 36
                                    

"Kita hanya akan melewatkan makan siang, Malfoy. Bukan pergi camping."

Harry mencak-mencak pada ransel Draco yang hampir diisi oleh semua barang bawaan yang ia bawa dari London. Kecuali baju-bajunya, Tuan Muda Malfoy kita membawa selimut, sepasang baju ganti, persediaan makanan, walkie-talkie, dua jaket tebalnya--intinya Draco nyaris membawa semuanya.

"Tapi kakekmu baru saja mengatakan bahwa yang akan kita lewati adalah kawasan hutan lindung yang sempat dijuluki Hutan Terlarang oleh warga sekitar, Harry!" Harry tidak tahu kemana perginya Tuan Muda Malfoy yang selalu stoic di setiap kesempatan. Dan apakah sebegitu takutnya ia sampai ia memanggil Harry Potter dengan Harry?

Draco terdiam. Harry juga. Ia duduk di ranjang ayunnya.

"Itu hanya legenda bodoh yang digunakan untuk pemburu liar."

"Maaf. Aku tahu kita tak seakrab itu." Harry buru-buru menatap Draco lekat. Apa yang pria itu bahas di luar ekspektasi Harry.

"Ya, aku tahu." Kalimat Harry mengakhiri percakapan mereka detik itu.

Tapi situasi hening tak menyelamatkan kedua remaja itu dari kekikukan. Dan Draco tetap melanjutkan acara menyiapkan perbekalannya.

Harry ingin memaki kakeknya jika saja kakeknya bukan ayah dari ibunya, saat ini juga. Kenapa pria tua yang masih gagah itu harus muncul di depan pintu kamar mereka dan menceritakan sambil lewat, legenda-legenda buruk soal hutan itu? Dan kenapa Tuan Muda Malfoy kita harus begitu terpengaruh?

"Hei! Malfoy!" Harry menghentikan gerakan frustrasi Draco yang sedang berusaha melipat sleeping bag yang terlanjur ia buka kemarin.

"Kau aman! Aku tahu jalurnya! Hutan ini tempatku bermain sendiri sejak umur delapan tahun! Aku memang lemah, dan makhluk lemah sepertiku punya alarm alamiah untuk menghindari masalah, mengerti?" Draco menatap emerald itu tanpa mengerjap. Begitu mengerjap yang ia lihat ketika membuka mata adalah sepasang bibir pink cerah milik si pria berkacamata.

Draco melepaskan tangannya yang dicengkeram tak seberapa kuat oleh Harry. "Terserah kau saja. Awas saja kalau kita sampai tersesat, Potter." Draco mengancam, dengan nada pangeran muda yang manja. Harry memutar bola matanya kesal. Terserah sajalah.

Tapi pria berambut berantakan itu tersenyum menatapi punggung Draco. Nada sarkasme itu kembali. Panggilan melecehkan itu kembali. Harry merasa diperlakukan selayaknya ia diperlakukan setiap kali mereka kembali pantas disebut sebagai musuh bebuyutan. Baginya dengan begitu akan lebih mudah untuk menetralisir debaran jantungnya. Setidaknya itu adalah eksistensi hubungan yang ia kenal antara ia dan Draco.

Pada akhirnya tas Draco hanya diisi oleh sepasang baju ganti, obat asma Harry dan perbekalan dari Mrs. Evans untuk makan siang. Sementara Harry yang membawa tas kecil di pinggangnya, berisi korek api, senter, pisau lipat, dan sedikit uang. Mereka berangkat tepat pukul setengah sembilan.

"Kita berangkat terlalu siang." Harry menggumam sepaket dengan tujuan untuk menyindir Draco. Pria itu mendiamkan Harry, berjalan di belakang lelaki dengan kawat gigi itu dengan jarak yang bisa dikatakan lumayan. Sekitar lima langkah, mungkin jadi pembatas mereka.

Sejujurnya Draco jadi jauh lebih ketakutan dengan kontrol dirinya yang kembali melemah.

Kenapa aku menatap bibir Harry?

"Hei! Malfoy! Bisa berjalan lebih cepat sedikit?! Bukankah kau kapten tim football sekarang?"

"Si Cantik Diggory masih kapten, asal kau tahu saja! Aku baru kandidat, bodoh!" Draco menyusul langkah remaja yang kalah tinggi darinya itu dalam sekejapan.

ASTRONAUT 🌜 Drarry [⏮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang