Episode 5

155 6 0
                                    

Raja memberi penghormatan pada para leluhur bersama Putra Mahkota, kedua ratu dan para pangeran termasuk So. Karena acara ini adalah pertama kalinya bagi So, dia tak tahu apa-apa dan tak segera ikut menunduk seperti saudaranya yang lain

Lebih parah dari So, Eun malah ketiduran. hahaha, dasar! Setelah selesai, Raja melirik So lalu cepat-cepat berlalu pergi.

Dengan dandanan rambut dan penampilan baru yang lebih rapi, So memutuskan tinggal di menara-nya Ji Mong. Jelas dia langsung protes keras, kenapa So malah ngotot tinggal di sini padahal seharusnya dia tinggal di kamar pangeran. Dengan kesal Ji Mong mengklaim tempat ini miliknya.

Tapi So malah dengan santainya berbaring di balkon sambil mengingatkan Ji Mong bahwa semua yang ada di sini adalah milik Raja. Walaupun mengakui kesalahannya, tapi Ji Mong tetap protes tidak terima kalau So tinggal di sini.

"Aku tidak bisa melihat langit dari kamarku. Aku tidak bisa melihat bintang yang hanya bersinar di Goryeo saja" ujar So sambil menatap langit malam berbintang dengan senyum.

"Bintang yang hanya bersinar di Goryeo? Memangnya ada yang seperti itu" Ji Mong heran

Keesokan harinya di kediaman Wook, Hae Soo berbinar-binar melihat banyaknya tanaman herbal di hadapannya. Nyonya Hae memberitahu bahwa semua ini dari Wook. Bukankah Hae Soo ingin melakukan sesuatu yang dia sukai dan Wook bilang kalau Hae Soo suka dengan obat-obatan herbal. Hae Soo tersenyum mendengarnya.

"Tapi, apa yang ingin kau buat dengan semua ini?" tanya Nyonya Hae

"Sabun mandi. Aku akan membuatkanmu sabun untuk mandi"

Dengan dibantu beberapa pelayan, Hae Soo pun mulai bekerja membuat sabun herbal dengan cetakan kayu tradisional. Dia juga akan membuatnya untuk Ratu karena Nyonya Hae bilang kalau Ratu pasti akan menyukainya. Beberapa saat kemudian, jadilah beberapa sabun dalam berbagai bentuk. Salah satunya Hae Soo hias secara khusus dengan bunga.

Wook lewat dan begitu terpesona melihat Hae Soo bekerja hingga dia melamun menatap Hae Soo dengan senyum penuh cinta. Begitu terpesonanya dia, sampai dia tidak sadar kalau Nyonya Hae sedang memperhatikannya.

Menepis kecemburuannya, Nyonya Hae berdiri di samping Wook dan berkomentar bahwa selama ini dia tidak pernah melihat Hae Soo begitu bahagia dan antusias.

Wook yakin bahwa walaupun Hae Soo tak pernah mengatakan apapun, tapi dia pasti sangat frustasi karena kehilangan ingatannya. Tapi Wook lega karena walaupun Hae Soo hilang ingatan tapi dia tidak kehilangan ketrampilannya.

"Soo jadi semakin dewasa sejak dia terluka. Kadang dia mengatakan sesuatu yang lebih bijak daripada semua hal yang pernah kuucapkan. Dan di lain waktu, dia bersikap seperti orang seumurannya dan sangat manis"

Nyonya Hae mengaku bahwa dia sering berpikir untuk mengirim Hae Soo kembali ke kampung halamannya, tapi sekarang dia bersyukur dia tidak pernah melakukan itu. Karena dia ingin mencarikan jodoh untuk Hae Soo di sini. Wook seketika gelisah mendengar ucapan istrinya, tapi dia tidak mengatakan apapun.

"Aku ingin dia berada di sisi kita selamanya. Aku ingin selalu melihat wajah cerianya" ujar Nyonya Hae

"Iya... aku juga merasakan hal yang sama" ucap Wook dengan sambil melamun menatap Hae Soo dan tidak sadar kalau Nyonya Hae sedang memperhatikannya dengan sedih.

Nyonya Hae ingin menulis surat dan menyuruh Hae Soo untuk datang ke perpustakaan. Tapi saat dia tiba di sana, dia malah bertemu Wook dan bukannya Nyonya Hae. Mereka berdua langsung canggung. Wook memberitahu kalau istrinya sudah tidur karena batuk-batuk parah tadi, jadi dia menggantikannya istrinya menulis surat.

Hae Soo canggung dan bingung harus apa. Dia sudah berniat pergi, tapi Wook menghentikannya dan menyuruhnya membantu mengaduk tinta. Hae Soo pun menghampiri Wook. Tapi begitu menyadari kedekatan mereka, dia langsung mundur menjaga jarak. Sambil mengaduk tinta, dia melirik Wook dan seketika terpesona melihat tangan Wook yang menggerak-gerakkan kuas dengan ahlinya hingga membentuk tulisan-tulisan indah.

Moon Lovers Scarlet Heart RyeoWhere stories live. Discover now