Dengan jelas, kulihat Ezra menyulut rokoknya dengam penuh kebahagiaan. Setelah itu, menghisapnya dengan dalam, dan menghembuskan asapnya ke udara sambil tertawa bersama teman-temannya.
Mungkin bagi sebagian orang hal itu biasa saja, tapi bagiku hal itu diluar batas biasa. Itu gila.
Kulihat dia mengalihkan perhatiannya padaku. Aku kembali terdiam. Dengan gerakan cepat, aku segera berjalan pergi meninggalkan toko itu.
Aku menunduk takut. Entahlah. Rasa takut di jantungku menyeruak begitu saja.
"Maaf, Ly."
Sebuah suara kudengar dari arah depanku membuatku langsung mengangkat kepala.
Mataku tercengang kaget. Ezra berdiri di hadapanku dengan nafas terengah-engah.
"Lo?"
Aku yang masih keheranan mengapa bisa secepat itu dia menyebrang jalan hanya mengeluarkan kata itu.
"Iya. Maaf."
Refleks aku segera menutup hidung dan mulutku dengan telapak tanganku. Bau rokok menyengat keluar dari nafas Ezra dengan sangat jelas.
"Sorry, gue gak punya waktu bicara sama lo."
Aku berusaha berjalan melewatinya karena aku tidak pernah tahan mencium aroma rokok yang kapan saja bisa membuatku sesak nafas.
"Emang gue semenjijikkan itu makanya lo harus nutup hidung dan mulut lo?"
Aku mengabaikannya dan mencoba terus berjalan ke depan. Kali ini aku tidak menunduk, aku menatap lurus kedepan.
"Lo kenapa sih, Vel?"
Kali ini aku terbelalak. Pria ini kembali berdiri dihadapanku. Aku mengumpulkan segala tenaga agar bisa bersuara.
"Gue ga suka perokok."
"Kenapa? Bukannya keren?"
Aku menatapnya tajam.
"Gimana dia mau keren kalau sama diri sendiri aja dia gak sayang. Udah deh Zra, lo udah bawa hal negatif ke hidup gue. Gue ga mau temenan sama lo."
Aku kembali melewatinya. Berjalan tanpa memperdulikan teriakannya yang terus memanggiliku. Sampai akhirnya ku dengar dia berteriak, "Nanti malem gue chat lo. Bales ya!!"
***
Seperti malam biasanya, aku hanya berdiam diri di dalam kamar. Aku memasang lagu yang kuharap mampu menghiburku, tapi aku salah. Lagu itu malah membuatku semakin merasa sedih.
Lagu Simple Plan - Austronaut terputar melalui speaker. Lagu ini selalu ku putar saat aku merasa kesepian.
I'm deafened by the silence
Is it something that I've done ?
I know that there are millions
I can't be the only one who's so disconnectedLirik itu selalu terdengar tepat dengan kehidupanku. Dan selalu mampu membuatku menangis setiap malam.
Sampai tiba-tiba handphoneku berdering. Aku meraihnya dan langsung mengangkatnya tanpa memperhatikan siapa penelfon itu.
"Halo?"
"Ini Velly kan?"
"Iya. Ini siapa?"
"Gue Ezra."
Aku terbelalak kaget. Segera kuusap air mataku.
"Ngapain lo nelfon gue?" Tanyaku dengan suara datar.
"Kalau gue chat takut gak lo bales. Lo baik-baik aja kan, Vel?"
"Apa perduli lo sama gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU
Romance7 tahun lalu, "Kita putus aja." Ku katakan sebuah hal gila di hadapannya setelah sekian lama ku tahan segalanya. "Terserah." "Hanya itu?" Dahiku mengernyit menatapnya yang sedang berada di hadapanku. Dia diam. Tatapannya tetap mengarah kearah lain...