H-13

7.8K 1.1K 50
                                    


Tangan dengan jari-jari lentik milik baekhyun bergerak untuk memencet bel pintu apartemen yang desain interiornya membuat baekhyun tak bisa merapatkan rahangnya.

sambil berpikir-pikir kapan dirinya akan tinggal di tempat seperti ini. baekhyun tersenyum lemas, bisa saja jika ia menikahi satu dari penghuni tempat-tempat mewah begini.

"Kok tidak ada yang membukakan?" tanya baekhyun bingung lantaran pintu tak kunjung terbuka.

baekhyun berjongkok, menunggu di depan sana sampai pintu itu dengan ajaibnya terbuka dan terpampang wajah chef yang ia cari.

lalu jika boleh, baekhyun ingin menggorengnya saking kesalnya terlah dipermainkan.

"Tidak jadi deh, hehe. aku tidak berani :("

bibir pink itu mengerucut malas, lama-lama berjongkok seperti ini membuat kakinya pegal minta ampun. baekhyun berniat meluruskan kakinya agar acara menunggunya tak begitu melelahkan, tapi bunyi dari lift menghentikan gerakannya.

seseorang dengan tinggi semampai berjalan dengan santai ke arah nya. ah, tidak. ke arah unit yang ada di dekatnya.

baekhyun terkesiap, langsung saja ia bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri orang itu.

"Maaf, permisi. Apakah kau Chef Park Chanyeol?"

Ya, baekhyun tidak tahu bagaimana rupa Park Chanyeol itu. ia lupa mencari tahu.

berharap dengan perasaan yang membuncah, tiba-tiba baekhyun dijatuhkan kedalam jurang gelap. Sebuah batu menimpa kepalanya sampai rasanya mau mati saja.

"Oh, bukan. Saya Oh Sehun, tinggal di unit sebelah Park Chanyeol. Ada apa, ya?" tanya pria yang baekhyun kira Chanyeol.

baekhyun menggeleng pelan, "saya jurnalis, rencananya ingin mewawancarai beliau. Tapi dari kemarin tidak juga ketemu" baekhyun berbagi keluh kesal dengan orang lain.

orang lain!

maklum, ia kan tidak punya teman.

Pria bernama Oh Sehun itu terkekeh, "biasanya ia pergi memantau restoran atau cafe di jam segini. Tapi karena ini hari selasa, ia takkan pergi lama" ujar Sehun menjelaskan.

Baekhyun mengangguk, "kalau begitu, saya harus pergi ke restoran. Saya dulu—"

"Sebentar!"

tarikan di tangannya membuat baekhyun menoleh bingung, dengan sehun yang menatapnya aneh.

"Ia akan kembali satu jam lagi. Untuk itu, mau menunggunya di rumahku?"

Dan Baekhyun terdiam.

=

Pria tampan dengan rambut hitam yang poninya ia buat keatas, juga baju bermerek yang membuat menganga itu memejamkan matanya dan bersandar di dinding dingin lift yang membawanya menuju apartemennya.

Kepalanya pening, mengurus banyak cabang membuatnya ingin segera memiliki istri agar bisa membantunya dan juga mengurus dirinya yang tak terurus begini.

Katakanlah penampilan bak model ini tak terurus.

ting!

Matanya terbuka perlahan begitu suara dari lift memasuki indera pendengaran nya. Ia berjalan keluar dengan langkah pelan, ingin cepat cepat bersantai di kasurnya lalu tidur sampai malam menjelang.

sampai di depan unitnya, jari yang memencet password itu terhenti karena suara pintu dibuka dari tetangganya. dengan malas ia menoleh, walaupun sebenarnya ia tak punya hubungan baik dengan penghuni sebelah.

"kenalkan, ini jurnalis yang akan mewawancaraimu" ujar Sehun  dengan nada datar.

pria mungil di samping Sehun membungkuk pada chanyeol sebagai tanda kesopanan, "Halo, aku Byun Baekhyun" ujarnya.

pria tinggi itu hanya diam sambil memandang baekhyun dari atas kebawah, kemudian pupil matanya membesar namun tetap ia tutupi dengan tampang kerennya. ia menghela nafas,

"ikut aku"

sambil melangkah masuk ke apartemen yang password nya sudah selesai di input, telinganya yang lebar mendengar suara cempreng itu mengucapkan terimakasih pada tetangga tak akur nya.

"dan apa-apaan itu? kenapa usakkan tangan sehun di kepala jurnalis itu membuatku tak suka?"

=

"jadi, apa yang ingin kau ketahui tentang diriku?"

ditanya seperti itu, baekhyun langsung menaruh cokelat dingin -terenak yang pernah baekhyun kecap dalam hidupnya- itu di atas meja kaca yang apik dilihat mata. baekhyun  saja sampai bisa merapikan poninya melalui pantulan kaca itu.

baekhyun membuka tas selempangnya, mengambil catatan yang berisikan daftar pertanyaan yang baekhyun buat semalam. wajahnya sumringah, progres pertama hampir selesai.

"jadi chef chanyeol, majalah 'vues' ingin mengetahui gaya hidup anda, biografi, juga beberapa funfact tentang anda. saya sudah membuat beberapa daftarnya" Ucap baekhyun sambil membuka catatannya.

chanyeol menaruh es kopi nya, menatap baekhyun dengan senyuman menyebalkan, "aku harus menjawabnya"

"iya, chef. saya akan bertanya dari-"

"memangnya aku mau?"

kalimat baekhyun terpaksa tergantung begitu saja, mata yang sendu miliknya menatap chanyeol dengan muka terkejut.

"tapi chef, bukankah chef setuju? maksud saya-"

chanyeol duduk di samping baekhyun, menyilangkan kaki dan juga lengan kekarnya, menatap baekhyun dalam jarak 50 centi.

"aku tidak pernah bilang setuju"

kalau baekhyun bisa marah sekarang, sudah ia lempar buku catatan tebal miliknya lalu meninggalkan chef dihadapannya dengan pelipis berdarah.

tapi baekhyun harus menahan dirinya.

"aku ini orang sibuk, kalau mau dapat informasi tentang diriku, jadi pesuruhku dulu"

chef berambut koma warna hitam itu mendekat pada baekhyun, mempersempit jarak keduanya hingga hidung mereka hampir bersentuhan. baekhyun melotot kaget, namun masih loading untuk mendorong tubuh bongsor chanyeol.

"berikan pelayananmu, baby boy"

baekhyun membeku, tangannya tidak sempat medorong chanyeol hingga terjerembab, hanya ada tubuhnya yang diam sambil melihat wajah Chanyeol dari jarak tak sampai 5 centi.

"tunjukkan aku, cara melayani dengan baik. seperti yang kau bilang kemarin..."

".... di cafe ku."







Nulis ff ini rasanya kaya dikejar deadline beneran, sumvah ;(

-Joy Cancie.

Deadline - ChanbaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang