Novya berkaca di depan cermin besar yang terletak di kamarnya.
Ia mengikat rambutnya seperti kuncir kuda, kunciran favoritnya."Lumayan lah," dia bergumam sendiri. Lalu tersenyum. Ia menggunakan jaket hitam panjang yang membalut tubuhnya. Hitam is Perfect!
Kemudian Novya merapikan roknya sekali lagi dan matanya beralih dari cermin ke jam dinding yang menggantung.
"Novya sayang, sudah siap? Makan dulu!" dari luar, mamanya atau biasa disebut Tante Riana menyahut.
Mendengar itu, Novya menyambar tas hitam Reebok yang sebelumnya ia taruh di atas tempat tidur."Ya maa.. Segera!" Novya keluar dari kamar dan segera menuju ke ruang makan. Disana papa, mama, Evan, dan Naomi yang keduanya adalah kakak Novya, menunggu. Dalam diam.
"Cepetan! Keburu telat, gara-gara... " belum selesai Naomi berbicara, mulutnya dibekap oleh Evan.
"Bawel amat. Diem!" ucap Evan datar. Ekspresinya dingin menoleh ke arah Naomi.
"Tapi kan, huh!" sungut Naomi membuang napas kasar. Novya tak menghiraukan mereka berdua. Ia memilih duduk diantara Naomi dan Evan.
"Ma, yang nganter hari ini Pak Arto, ya?" tanya Novya. Diam. Tak ada yang menyahut. Ya sudahlah, masa bodoh.
Novya mengambil piring putih polos dan mengisinya dengan nasi, capcay kuah, bakso, dan ayam. Sebenernya, menu tersebut dah umum banget sih. Tapi mau bagaimana lagi. Harus disyukuri.
"Amin." ucap Novya dalam hati. Ia membuang napas lalu makan. Ia sempat menoleh ke kanan-kirinya. Naomi (kiri Novya) yang ngedumel nggak jelas dan Evan (kanan Novya), cowok itu makan dalam diamnya. Tak membuat gerakan lebih selain mengangkat sendok dan memasukkan ke dalam mulutnya.
Novya juga memandang ke depan, dimana ortunya makan bersama. Papa yang terus menatap ponselnya dan mama atau Tante Riana (terserah mau pilih yang mana), melakukan hal yang sama seperti suaminya, Om Indra.
"Ma, nanti Evan pulang telat. Rapat OSIS." suara Evan memecah keheningan.
"Ya, " jawab mama singkat. Evan hanya mengangguk sekilas dan melanjutkan makan.
***
Mata Novya terpejam. Tubuhnya bersandar di pintu mobil sebelah kiri bagian jok belakang. Ekspresinya datar.
"Non, nanti mau jemput jam berapa?" Pak Arto, sopir mobil keluarga Novya, menoleh sepintas ke belakang tempat Novya duduk.
"Heh, dipanggil Pak Arto! Woi!" seru Naomi membangunkan Novya yang sedang tertidur. Ralat, mulai tertidur.
"Apa?"
"Mau dijemput jam berapa nanti?" ulang Pak Arto.
"Je, jam setengah dua pak."
"Oh."
"Kamu tuh kenapa sih? Udah ngantukan di hari pertama." Naomi menatap Novya tajam.
"Hmmm...." Novya kembali memejamkan mata. Tidak membalas perkataan Naomi.
"Woi! Ah, sebel aku! Apalagi harus satu sekolah sama kamu." sungut Naomi kesal.
"Udah-udah, bentar lagi mau sampai. Non, ayo bangun!" ujar Pak Arto senyum tipis dan membuat Novya langsung terbangun dan duduk tegak.
"Oh, ya-ya. Aku kurang tidur." jawab Novya tidak sealur dengan topik pembicaraan kali ini.
"Huh, makanya.. " sahut Naomi. Mobil yang dikendarai Pak Arto mulai memasuki dan melewati gerbang sekolah.
Masing-masing dari mereka, baik Naomi maupun Novya memutuskan untuk langsung mencangklong ransel dan turun.
"Dah Pak Arto!" seru mereka berdua menutup pintu, lalu berlari ke dalam gedung sekolah.
Pak Arto tersenyum lalu mengemudikan mobilnya keluar dari area sekolah.
***
"Oh ya, Vy, hati-hati dengan anak disini." Naomi memulai pembicaraan di lorong depan sekolah.
"Kenapa?"
Naomi memutar bola matanya. "Mereka tuh, hobi nge-bully orang yang tingkah lakunya gaje and aneh kayak kamu itu. Jadi mesti jaga image."
"Emang aku aneh?" elak Novya.
"Lho?! Dulu kan kamu kayak gitu. Sekarang juga. Lah kamu aja sifatnya pendiem, gak fashionable, pakaian sama barangnya itu-itu aja, perilaku mu juga agak misteri. Ingat ya, disini tuh sekolah kelas atas. Kamu harus dirubah biar famous kek aku, ini, lho..." Naomi menepuk dadanya.
Bener juga sih... Apa yang dikatakan Naomi itu bener. Sayangnya aku ga bisa merubahnya. Aku ini penakut, ucap Novya dalam hati.
Memang benar, selama ini dari SD, ia termasuk orang yang penakut dan sedikit antisosial. Berbeda dengan kedua kakaknya yang selalu terkenal dan nomor satu di sekolahnya. Dulu, teman-teman satu sekolahnya sering menanyakan Novya, kenapa ia berbeda 180° dari kakaknya. Saat itu, Novya tidak bisa menjawab.
"Eh, emang eng, banyak yang seperti itu?"
"Heh, ya iyalah. Semua bahkan kayak gitu. Makanya harus berubaaah!"
Novya terus berjalan dalam keheranan. Apa iya, seperti itu?
***
Hello guy's, inilah cerita pertama ku! Bagus kagak? Ya baru segitu dulu sih. Sorry banyak typo nya, hehe... Moga-moga kalian suka. 🤗
Oh iya, bagi kalian yang baca terus nanya, kenapa Naomi itu sering ketus pada Novya, jawabannya adalah karena Naomi sering tidak suka pada sikap Novya yang bisa dibilang sering gugup, ga PD dan sebagainya. Jadi dia kesel trus gitu dech...
Eh, budayakan vomment ya! Di selanjutnya akan menceritakan kisah Novya yang menyebabkan dia gugup dan sebagainya.
Baca ya, dan vomment! Lov u!
💕💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear P!nk
NonfiksiBagi banyak orang, hitam adalah suram. Ya, memang betul! Tapi bagi Novya, hitam adalah warna favoritnya dan segalanya. Dimulai dari handphone, casing, tas, alat tulis dan tentu saja barang-barangnya serba berwarna hitam. Teman-temannya juga mengangg...