"Oh ya, kamu masih inget gak? Yang... Soal kamu pingsan gara-gara terkena bola basketku?" Dafa perlahan mendekati Novya. Kayak apa aja.
Novya semakin mepet ke batas bangku itu. "Ah iya..." pipinya kian memerah dan jantungnya berdetak kencang seperti berolahraga.
"Hahha... Gak usah gitu, aku orangnya baik kok!" Dafa sudah menyadari hal itu.
"Ya, tidak apa-apa. Jantungku hanya berdetak." jawab Novya agak tidak nyambung.
"Haha..." tawa kecil Dafa terdengar di telinga Novya.
Suara tawanya... Novya menggeleng cepat kepalanya.
"Arrrggh!" erang Novya.
"Ke.. Kenapa Vy?" Dafa melihat ekspresi Novya yang terlihat aneh tadi.
"Ah, enggak." Novya berbohong. "Aku tidak papa." lanjutnya.
Dafa hanya meng-oh-kan.
"Ya, gitu."
"Apaan sih? Oh ya, btw... Aku laper nih, temenin ke kantin ya?!" Dafa berdiri sambil mengecek saku celananya. "Yee, bawa duit!"
"Lho, kan ga boleh jajan di jam pelajaran ini... Kok?" Novya mengerutkan alis.
"Halah, gak papa. Ayo!" Dafa menarik lengan Novya. Tentunya mengajak cewek itu ke kantin.
***
"Lah, kok kantin nya sepi?" Dafa bergumam sendiri sambil masih menggandeng Novya.
Novya pelan-pelan melepaskan gandengan tersebut. "Kan baru jam pelajaran. Belum ada siswanya kali!"
Novya menggeleng."Bukan, penjaga kantinnya. Bukan siswanya." Dafa masih celingukan.
"Ya... Entah." Novya mengangkat bahu. Cewek itu memilih duduk di salah satu bangku kayu panjang yang sudah tersedia.
"Keknya masih siap-siap, deh. Masa nunggu?" Dafa duduk di samping Novya.
"Kan masih jam pelajaran." ulang Novya dengan sabar.
"Hmm..." Dafa memegang perutnya. Novya memperhatikan.
"Kamu belum sarapan?" tanya Novya memastikan. Dafa menggeleng.
"Ya, gimana ya? Belum pada buka." Novya menopang dagunya.
Seumur hidup belum pernah begini...
"Eh, itu bubur nya Bu Ati dah buka! Ayo!" seru Dafa mengagetkan Novya.
"Hah?" cewek itu begitu pasrah ketika Dafa menarik tangannya, agar mengikuti cowok itu ke stand- nya Bu Ati.
"Pesen bubur ayam nya dua ya, Bu!" Dafa melepaskan tangannya dari tangan Novya.
Bu Ati ternganga, kaget. "Sekarang bukan waktunya istirahat, dek!" ujarnya begitu sadar dari keterkejutan nya.
"Kami..." Novya hendak menjawab, namun terpotong.
"Kami berdua tadi telat dan belum sarapan. Pesen dua ya, Bu!" ucap Dafa sedikit memaksa.
"Oh, ok. Siap!" Bu Ati, sekaligus penjual bubur di kantin, segera membuat bubur ayam, pesanan Dafa.
"Lho, kok alasannya itu?" Novya mengerutkan alis. Dafa nyengir.
"Enggak papa." jawabnya singkat, padat, dan tepat. Namun nggak tepat bagi Novya.
"Yaudah," Novya tersenyum masam sembari mengamati Bu Ati. Ia juga mengamati keadaan sekitar. Penjual kantin yang lainnya belum datang. Baru Bu Ati, penjual kantin yang paling rajin datang duluan, katanya sih. Novya baru mendengarnya kemarin.
"Ini. Silakan menikmati! Harganya sepuluh ribu!" Bu Ati menyodorkan semangkuk bubur ayam. Aromanya menyengat. Novya mulai tergoda. Dafa masih nyengir.
"Makasih bu!" Dafa mengambil uang bernilai sepuluh ribu dan memberikannya langsung ke Bu Ati.
"Sama-sama. Pas ya!" senyum Bu Ati. Walau Novya tahu itu bukan senyum yang normal, tapi senyum heran. Haha...
"Ok." Dafa menerima pesanannya dan memberikan satunya ke Novya.
"Trims. Maaf merepotkan," Novya sedikit sungkan, tapi ia tetap menerima. Cewek itu duduk di bangku yang ada di pojok kantin. Ia malu jika harus ada di depan. Takut dilihat orang lain.
"Kenapa gak di depan?" tanya Dafa menunjuk tempat yang dimaksud.
"Enggak. Malu, hehe..." Novya meringis.
Baru pertama kalinya begini...
Novya duduk. Ia berdoa terlebih dahulu, baru makan. Ia sebenarnya juga lapar karena mengingat porsi sarapannya yang sedikit tadi.
Dafa ikut duduk, di seberang Novya. Melakukan hal yang sama seperti cewek itu dan melahap buburnya.
"Trus gimana pas nanti ada orang?" Novya memulai obrolan.
"Kok kamu takut banget, sih?!" Dafa masih menikmati bubur.
Novya terperangah. Nih cowok ga punya rasa malu, pingin Novya cubit pipi Dafa yang lumayan tembam.
"Kaliaaan! Kalian ngapain di sini?" sebuah teriakan yang memekakkan telinga itu, membuat Dafa dan Novya menoleh seketika itu juga. Kaget.
Bu Hermin, masalah lagi...
"Duh, gimana nih?" Dafa menggemeletukkan gigi. Gemetar. Ia juga baru sadar, bahwa yang berteriak tadi itu... Wali kelasnya sendiri.
"Kalian ngapain berdua di sini? Ini bukan tempat untuk berpacaran!" Bu Hermin memelotot ke arah dua murid
kelasnya yang tertangkap basah berduaan."Ibu kecewa..."
"Maaf bu," Novya hampir menangis. Kakinya gemetar hebat nan kuat.
Terkena lagi... Huaa!
***
Hei! Gimana? Segitu dulu yach, masih banyak urusan. Maaf jika ada typo! Voment juga yah! See ya!
😚👋💕💕💓

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear P!nk
No FicciónBagi banyak orang, hitam adalah suram. Ya, memang betul! Tapi bagi Novya, hitam adalah warna favoritnya dan segalanya. Dimulai dari handphone, casing, tas, alat tulis dan tentu saja barang-barangnya serba berwarna hitam. Teman-temannya juga mengangg...