"Gimana, enak nggak es krimnya?" Dafa terus memperhatikan cara makan Novya yang terlampau lambat tapi terlihat menikmatinya.
"Enak kok. Makasih ya udah beliin. Maafin aku ya, a.. Aku dah ngrepotin kamu seharian ini." polos Novya yang masih menundukkan kepalanya.
Sedetik kemudian, cowok yang Novya dengar sering digosipin sama cewek haus info cogan itu, tertawa.
"Iya, tidak masalah. Aku emang sengaja beli, biar luka di kakimu cepat ilang. Yaudah dihabisin aja!" kata-kata Dafa barusan, berhasil membuat jantungnya berdetak kencang.
Dian menertawakan mereka berdua. "Aacieee... Lagaknya aja udah kek pacaran, gimana pas SMA terus sampe nikah?! Aduh!" tukas Dian menggoda. Pipi Novya kian memerah. Gak enak ya rasanya gitu...
Novya mencubit pinggang Dian. "Gak usah gitu mbaaak!" bisik Novya cemberut, namun ekspresinya sengaja tak ia tunjukkan ke Dafa.
"Awww! Sakit mba... Ga usah sensi gitu, napa!" lirih Dian.
"Habisnya, kamu kayak gitu." balas Novya.
"Eh, kalian berdua ini sahabat ya?" tiba-tiba, Dafa bertanya sesuatu yang merubah Novya menjadi diam.
Setauku, Novya kan pemalu dan irit bicara kalo sama orang. Tapi Novya dengan Dian?
"Iya." jawab Dian singkat. "Lu iri ya ama aku? Pengen jadi sahabatnya juga, kan?!" tembak Dian seketika. Kekumatan akan lebay-nya muncul lagi. Dafa ternganga.
Ni anak alay banget, cuman tanya doang."Enggak, aku cuman nanya. Ish, geer lu!" tukas Dafa cepat. Ia takut, jika Novya terlalu mengambil serius ucapan Dian.
"Hahaaa... Canda, sans aja!" Dian tertawa sekali lagi. Dafa hanya mengembuskan napas. Sementara Novya memutar bola matanya yang berwarna kecoklatan.
"Omonganmu itu lho, gak usah berlebihan!" nasehat Dafa memandang datar Dian.
"Iya-iya! Lu juga sensi amat!" ujar Dian kesal.
Tin... Tin...
"Eh, oh ya! Itu papaku, aku duluan ya gaes! Daaah!" seru Dian beranjak dari kursi tunggu dan melambaikan tangannya. Cewek itu masuk ke mobil yang berwarna silver.
Dafa menoleh ke arah Novya yang masih terdiam, menundukkan kepala.
"Kamu tuh santai aja! Kenapa sih kamu kayak gitu?! Oh ya, besok ada kuis ya?" Dafa mengalihkan pembicaraannya, agar Novya tak terus membisu seperti itu.
"Ah, iya! Matematika halaman 20 kan? Itu dipelajari." sahut Novya langsung. Ia mengangkat kepalanya dan ia torehkan ke Dafa.
"Nah gitu, kalo sama orang gak usah nundukkin kepala. Dikirain apa coba!" ucap Dafa tersenyum manis. Bukannya menjawab atau mengiyakan kata-kata Novya barusan, malah menceramahi perihal topik yang lalu.
"Hah, iya... Sori!"
"Gak papa. Udah dijemput?"
Novya seketika menoleh ke segala arah. Belum ada tanda-tanda sopirnya datang.
"Lu balik ama aku aja!" perintah seseorang dibelakang Dafa dan Novya. Cewek itu melongo.
Novya memutar tubuhnya untuk melihat orang dibelakangnya. "Evan?" cewek itu mengucek-ngucek matanya untuk mengecek apakah ia salah liat kakaknya. Saat membuka mata kembali, ternyata ia tak salah.
"Ayo!" perintah Evan lagi dan menarik paksa lengan putih Novya.
"Aawww!" seru Novya kesakitan. Ia terjatuh di lantai untuk kedua kalinya. Ia meringis kesakitan. Kakinya kembali nyeri, dan rasanya dua kali lipat lebih sakit.
"Agggh..." Novya mengurut kakinya. Sementara es krim yang tadi ia pegang, terlempar entah kemana.
"Lu!" berang Dafa. Ia tak tega melihat Novya ditarik paksa dan 'tersakiti'. "Kamu jangan sekali-sekali narik paksa dia dan berakibat fatal seperti itu!" tunjuk Dafa ke Novya. Evan melongo, melihat Novya yang jatuh. Ia lupa jika adiknya tadi kakinya masih sakit.
"Kamu gak papa?" Evan jongkok menghadap Novya. Dipegangnya kaki Novya yang mungkin terasa nyeri.
Novya menghempaskan tangan Evan, "Ga usah peduli sama aku!" Novya berusaha sekuat tenaga berdiri, namun usahanya gagal.
Dafa langsung sigap membantu mengangkat tubuh Novya. "Pulang sama aku saja!" suruh Dafa melirik sinis Evan. "Maaf ya," ejek Dafa.
"Eh, lu, itu adikku! Jadi aku berhak ngelakuin apa aja!" teriak Evan mengingatkan dan membuat kegaduhan di ruang tunggu. Semua orang memandang Evan heran. Sementara Evan hanya diam menahan amarah.
"Harusnya kakak itu peka terhadap adiknya!" tukas Dafa menyindir. Ia segera membawa Novya ke area parkir mobil.
"Nah, ikut aku aja! Biar dia gak makin nyakitin! Sebentar lagi sopirku datang ke sini!" Dafa mengeluarkan ponselnya.
Tik... Tik... Tik...
"Halo pak, sampe mana pak?"
"........ "
"Oh ok, baik. Dafa tunggu di parkir mobil. Baik." Dafa memutus sambungan telepon.
"Bentar lagi. Kamu duduk aja, ayo!" tunjuk Dafa ke sebuah kursi kayu di dekat mereka. Dafa membantu Novya berjalan.
"Trims, kamu baik banget." ucap Novya tersenyum tipis sambil duduk.
"Iya." Dafa menatap layar ponselnya.
Duh, kakiku sakit banget! Mana nanti ketemu sama Evan. Sama aja... Novya menghela nafas.
Tin... Tin...
"Vy, itu dah dateng! Ayo!" Dafa berseru.
"Oh ok. Bentar..." Novya berusaha bangkit dari duduknya.
"Pelan-pelan, sini aku bantu!" ujar Dafa menghampiri Novya.
***
"Kakakmu emang gitu ya? Pembawa onar dan kegaduhan. Aku sebenarnya marah liat dia narik kamu. Kek gak peka aja, udah tau adiknya lagi sakit. Eh malah..." kata Dafa panjang lebar.
Novya menggaruk pipi tembamnya. "Entah, hehe.. Ga tau sih aku." bingung Novya. Ia tidak tahu harus menjawab apa.
"Haha... Iya! Masih sakitkah kakimu?"
Novya menyipitkan matanya. Ia heran dengan cowok yang disebelahnya.
Aku heran... Kenapa dia peduli amat sama aku?
"Eh, Vy? Kamu gak papa?" tangan Dafa melambai-lambai tepat di depan wajah Novya.
"Ah iya! Udah baikan." sentak Novya.
"Oh."
Ciiiiit....
"Ah!"
"Kenapa Pak Eko?! Ada apa?" tanya Dafa khawatir. Sebelumnya, Dafa dan Novya hampir jatuh karena rem dadakan.
"I.. Itu, den." tunjuk Pak Eko mengarah ke depan. Nampak seorang cowok berdiri dengan motor sport-nya.
"Diaa...?" kaget Dafa membulatkan matanya.
"'Dia' siapa, Fa?" tanya Novya mengikuti arah telunjuk Pak Eko.
"Eh, um..."
***
Hi! Gimana, yg ch 9 kali ini? Masih penasaran ya cerita selanjutnya gimana? Sori ya kalo misalnya ada typo! Budayakan voment! Jangan jadi silent reader yach! Wkwkwk...
Sekian dulu ya! Tetep tunggu!
See ya...
😘😘😘❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear P!nk
Não FicçãoBagi banyak orang, hitam adalah suram. Ya, memang betul! Tapi bagi Novya, hitam adalah warna favoritnya dan segalanya. Dimulai dari handphone, casing, tas, alat tulis dan tentu saja barang-barangnya serba berwarna hitam. Teman-temannya juga mengangg...