Chapter 8

17 3 3
                                    

Cowok jangkung alias Dafa hanya membalasnya dengan senyuman manis. Novya jadi salting.

Sesampai di depan pintu ruang kepala sekolah, Bu Elvi berhenti lalu berbalik menghadap mereka semua.

"Sebelum masuk, ibu ingin bertanya. Benarkah kalian semua terlibat dalam masalah ini?" Bu Elvi menatap tajam semuanya.

Novya mengangguk, diikuti yang lainnya.

Bu Elvi memijit kedua pelipisnya. Beliau mengatur napasnya. "Saya lagi ada kerjaan ditambah dengan kalian, ayo masuk!" perintahnya. Beliau membuka pintu dan masuk duluan. Semuanya mengikuti dan duduk di kursi yang telah disediakan.

"Coba ceritakan, apa masalahnya?" tanya Bu Elvi ketika sudah duduk di 'singgasananya'.

"Eh, begini bu jadi... Ketika pagi hari, saya dan teman-teman sedang bersantai di lapangan belakang sekolah. Kemudian, ada adik kelas yang sengaja menumpahkan jus pepaya ke baju saya. Jadi saya marah lah bu." Evan menjelaskan dengan wajah datar, ekspresi khasnya.

"Bukan bu, bukan begitu... Jadi gini, saya melakukan semua itu karena ditantang, bu." adik kelas itu menyahut. Nada bicaranya nampak ketakutan.

"Ditantang oleh siapa Dio?" Bu Elvi mengerutkan alisnya.

"Eh, um, eh... E-ehh, saya ditantang oleh suatu kelompok. Kelompok Keyla." jelas adik kelas yang bernama Dio.

Bu Elvi tersentak. "Keyla?! Kamu yakin?" tanya Bu Elvi lagi. Adik kelas itu mengangguk pelan.

Hah, Keyla? Berani-beraninya dia begitu... Novya dan Dian saling pandang. Lalu sama-sama mengangkat bahu.

"Oh ok, ibu paham. Kalo kalian bertiga?" Bu Elvi memandang Egi, Aldo, dan Ito yang merupakan teman sekaligus sahabat Evan.

"Kami hanya mengikuti Evan bu." Ito angkat suara. Sementara Egi dan Aldo hanya mengiyakan.

"Oh... Baik-baik, Dafa? Apa yang kamu lakukan?" Bu Elvi makin seperti polisi yang menginterogasi.

"Saya hanya mendapat kabar bahwa ada pertengkaran di lapangan setelah saya membantu mengobati Novya." Dafa tersenyum simpul.

Bu Elvi mengerutkan alisnya. "Novya? Ada apa dengan dirimu?"

"Umm, tadi pagi saat saya sedang berjalan di koridor, saya dijegal. Makanya saya seperti ini." Novya menundukkan kepalanya, sementara Evan terperangah.

"Dijegal? Siapa yang melakukan itu?"

Novya melihat Dafa yang duduk berdampingan di sebelah kanannya. "Saat itu saya kesakitan setelah jatuh. Jadi saya tidak tahu tentang pelakunya."

"Hmmm... Iya, yang penting sudah tidak apa-apa. Baiklah.. Sekarang kamu, Dian. Betul kan?"

"Iya bu. Jadi begini, saya sama dengan Dafa yang tidak terlibat apa-apa. Saya juga mendengar kalau ada keributan di lapangan. Saya menceritakannya kepada Novya yang ada di kelasnya. Novya kaget dan meminta mengantarkan saya kesana. Hehe..." ujar Dian polos yang langsung disikut Novya.

"Oke! Saya mengerti dengan penjelasan kalian. Saya yakin, ini semua hanya kesalahan dari seseorang yang berakibat besar. Sekarang saya mohon kepada  Evan, Egi, Aldo, Ito dan Dio saling meminta maaf. Ibu harap kalian semua disini belajar dari pengalaman. Tentang Keyla, biar ibu urus. Baik silakan ke kelas kalian masing-masing!" Bu Elvi berdiri dari bangku kantornya.

"Baik bu, permisi!" sahut semuanya beranjak dari kursi, menyalami Bu Elvi, dan keluar dari ruang kepala sekolah.

"Vy, aku bantu kamu jalan ya!" ucap Dian sambil merangkul Novya.

"Ah iya, terima kasih."

***

"Masih sakit, Vy?" tanya Dian sedikit khawatir tentang keadaan Novya saat ini.

"Iya masih, tapi gak papa. Sedikit nyeri, tapi udah mendingan." Novya terkikik.

"Yee, malah diketawain." Dian manyun.

"Hahhaahhaa..."

"Kakakmu emang kebawa emosi banget yah!" komentar Dian tiba-tiba.

Novya mengangguk. "Hmm..." cewek itu membetulkan posisi duduknya di ruang tunggu. Letaknya ada di dekat area parkir motor dan mobil.

"Aku takut banget sama kepala sekolahnya! Eh tapi, kenapa harus sama kepsek? Bukan sama guru BK atau apalah." Dian menopang dagunya dengan kedua tangan.

"Hehe... Gak tau ya."

"Hai!" dari belakang Novya, Dafa sudah berdiri dengan gagahnya. Novya kaget, tapi kembali normal.

"Udah baikan?" cowok itu duduk di samping kiri Novya.

"Udah, gak perlu kuatir." pipi Novya memerah, malu. Karena posisinya sekarang ada di dekat, pake banget, dekat Dafa.

"Haha, ditolongin terus ya sama malaikat tampan kesayanganmu!" bisik Dian terkikik, menggoda.

"Ah, a, apaan sih?" Novya menundukkan kepalanya sambil tersenyum kecil.

"Ngapain senyum-senyum? Ada apa sih?!" Dafa mengernyitkan kening.

"Ah ga papa. Ga penting." Novya mencuri-curi pandang wajah tampan Dafa. Menurut Novya sih, kadar ketampanan Dafa bisa dibilang melebihi kakaknya, Evan, yang terkenal di sekolahnya.

"Yaudah... Ini es krimnya. Buat kalian berdua. Kubeli dari kantin. Mau enggak?" Dafa menyodorkan dua bungkus es krim rasa cokelat dan vanilla kepada Novya dan Dian.

"Hah, beneran?! Maacih yah!!!" girang Dian.

"Heh, makasih yah..." kata Novya menerimanya dengan malu-malu.

"Gak usah gitu, cantik." Dafa tertawa sesaat.

Apa dia bilang? CANTIK?!

"Eh, hehe... I, iya... Trims! Novya membuka bungkusnya dan memakannya. Di kanannya, Dian nampak asyik dengan es krim vanilla nya. Kalau Novya pasti cokelat, lah!

***

Hai-hai! Thankx udah baca sampe ch 8 ini!  Kalian yang mau baca sampe ini luar biasa! Ku beri seratus jempol, nih! Hahaha...

Maaf ya, ch 8 kali ini agak pendek soalnya lagi kehabisan ide. Otak nya keuras sih! Haha... Oh ya klo misal ada typo dalam ceritanya, sori ya! Maklum lah, manusia pasti tidak ada yang sempurna.

Ok, sekian dulu yach! Semoga kalian masih menunggu datangnya ch yang berikutnya! Dan moga-moga kalian suka ama ceritaku. Oh ya satu lagi! Budayakan voment ya! Kasih suara dong sekali-kali buat cerita Dear Pink ini!

See ya!
Lov yu,
Tertanda: author yang masih amatir
Haha😂😎😘😍❤💋

Dear P!nkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang