Empat belas

3.1K 438 12
                                    

Changbin sudah bersiap di kamarnya. Menggunakan mantel merah bercorak semu kotak-kotak. Hari ini dia ingin menagih janji Felix. Menemuinya di ruang latihan. Pukul empat pagi. Seperti biasa. --tertulis di note ponselnya.

Selangkah menuju ruang latihan, Changbin membuka pintunya. Ia dikagetkan dengan sosok Hyunjin yang tergeletak di tengah-tengah ruangan, berusaha bangkit menuju sofa.

Changbin bergegas mendekat ke Hyunjin. Ia baru kaget ketika tatapan mereka saling bertemu.

"Hyunjin?" Tanya Changbin panik.

"Changbin hyung?" Tanya balik Hyunjin dibalik topi merah tua, bibirnya tampak pucat dan tubuhnya mengigil dibalik hoodie hitam dan celana training.

"Kamu kenapa? Tunggu bentar, aku mau kasih tau manajer hyung."

Belum sempat Changbin melangkahkan kakinya, ia terhenti oleh genggaman tangan Hyunjin yang mencegahnya.

"Jangan hyung.. tolong." Pinta hyunjin. Ujung-ujung jarinya dingin. Changbin menatapnya tajam.

"Gak bisa gitu--" lagi-lagi langkahnya terhenti, Hyunjin mengerahkan semua tenaganya yang tersisa untuk menggenggam tangan Changbin.

"Aku hanya perlu tidur, seriusan." Hyunjin mengeluarkan wajah meyakinkannya.

"Berapa lama kamu latihan?" Tanya Changbin, masih mempertahankan posisinya.

"Hyung mau kan temenin aku tidur? Di sofa itu tuh sambil nunggu jadwal latihan rutin?" Tanya Hyunjin sambil menunjuk sofa yang dimaksud.

"Aku--"
"Dari jam sebelas malam." Potong hyunjin.

Changbin terdiam tak percaya. Keningnya mengerut, alisnya hampir bertemu satu sama lain.

"Lima jam-an lah, dan kalo aku tidur sekarang sampe dengan jam latihan rutin terus otw musik show itu ada waktu lima jam juga. Lumayan kan? Cepetan bantu berdiri nih" jelas Hyunjin. Perlahan Changbin menarik tangan Hyunjin.

"Ngapain latihan lama-lama? Lo sakit gua juga kan yang repot. Sadar diri gue yang mini harus gendong lo." Protes Changbin.

"Jangan suruh ketawa, udah gaada tenaganya ini." Ucap Hyunjin dengan suara yang melemah.

Changbin membiarkan hyunjin terlentang di sofa. Ia kemudian membuka mantel merahnya dan memberikannya pada Hyunjin.

"Pala lo naik ke sini." Ucap Changbin sambil membuka topi yang ada di kepala Hyunjin. Changbin menepuk kecil pahanya, memberi tanda bahwa ia siap untuk menjadi 'sebuah' bantal. Hyunjin awalnya menatap dengan mengernyitkan(?) dahinya, namun ia memilih menerima tawaran Changbin.

"Maaf, aku terlalu rakus." Ucap Hyunjin.

"Aku cuma kadang khawatir kalo aku tidak menunjukkan yang terbaik."

"Udah jangan banyak ngomong, tidur aja." Potong Changbin sambil mengelus rambut Hyunjin. Itu membuat Hyunjin menenggelamkan dirinya dalam tidur, perlahan ia mulai tak mengigil.

Changbin terus menatap Hyunjin, membelai rambutnya sambil sekali-kali mengecek suhu badannya.

####

Felix melihatnya, bagaimana Changbin membelai rambutnya, menatapnya dan tersenyum ke arah Hyunjin. Felix berharap pantulan cermin itu hanyalah halusinasinya. Tapi gagal, Felix sudah mencubit pipinya dan pantulan itu tidak hilang.

Felix sudah terlalu yakin bahwa itu Changbin dan Hyunjin. Ya, hyunjin sedang tertidur pulas dipangkuan Changbin dibalut mantel merah yang tak asing di mata Felix.

Lagi-lagi Felix kalah oleh ego-nya. Ia seakan tak punya tenaga untuk sekedar melangkahkan kakinya masuk ke ruang latihan, menyapa changbin dan bertanya apa yang terjadi pada Hyunjin. Langkah kaki menuntunnya untuk pergi menjauh dan lari dari realita. Felix harus pergi dengan perasaan tak enak itu lagi.

###

Tiba saatnya pergi ke acara musik, Changbin lega karena tak ada hal yang aneh terjadi pada Hyunjin sepanjang latihan rutin hingga saat ini.

"Hyunjin, kau tak apa?" Entah berapa kali Changbin menanyakan hal ini pada Hyunjin. Kali ini ia dibalas oleh pukulan 'agak keras' dari Hyunjin di arah lengannya.

"Ah! Kau berani-beraninya memukul hyung-mu? Hyunjin, kamu itu gede." Ucap Changbin memulai dramanya.

"Hyung sudah mengakui kalau Hyung kecil?" Tanya Hyunjin sambil tertawa.

"Kalo badan terlalu gede juga ga terlalu bagus tau." Protes Changbin tak terima.

"Udah, jangan marah-marah nanti tambah kecil." Ejek Hyunjin sambil merangkul bahu Changbin, mengajaknya masuk ke mobil.

Felix memperhatikan tingkah mereka, ia hampir tak berkedip seakan tak rela kehilangan meski sedetik.

"Woi, felix. Ngapain dah?" Tanya Jisung sambil menyenggol siku Felix. Otomatis Felix terbangun dari lamunannya.

"Ah..ha engga." Jawab Felix sambil diiringi langkah menuju mobil di sampingnya.

###

"Hyung, lima menit aja." Ucap Hyunjin mendekati Changbin yang duduk di sofa ruang tunggu.

Tak sempat Changbin bertanya, Hyunjin sudah mendaratkan kepalanya di paha Changbin, ia juga menutup tubuhnya dengan jaket hitam.

"Kenapa?" Tanya Changbin lembut.

"Sstt.." jawab Hyunjin sambil memejamkan matanya. Changbin tersenyum ke arah Hyunjin, seakan tahu maksud dari kata yang diucapkan Hyunjin.

Lagi-lagi Felix melihatnya, ia menggigit bibir bawahnya dan mencoba mencari titik fokus lain.

"OoOii Felix.." teriak Woojin mengagetkan Felix. Changbin yang juga mendengar perkataan itu langsung menatap ke arah sumber suara.

"Felix, ayo laporkan bagaimana perkembangan bahasa inggrisku." Ucap Woojin sambil melayangkan(?) ponselnya di udara. Tampak kakak laki-laki Woojin tersenyum di layanan video call.

"Ah.. of course he's so good!" Ucap Felix sambil mengacungkan jempolnya, tersenyum ke arah ponsel.

Changbin yang menyimak dari kejauhan ikut tersenyum tipis ketika Felix menerbitkan senyumnya. Ah iya, Changbin juga baru ingat untuk menagih janji Felix.

"Ah Hyung! Sekarang aku mau rekaman, harusnya kamu beri aku dukungan dong!" Protes Woojin pada kakaknya. Felix tertawa akan protes Woojin.

"Iya.. suatu hari, ayo kita berbicara full dalam bahasa Inggris" tantang Woojin pada kakaknya yang dibalas tawa.

"Oke Hyung.. sampai jumpa." Ucap Woojin yang kemudian merangkul bahu Felix, mengajaknya untuk mengucapkan salam perpisahan pada telepon.

"Tet---" telepon Vidio terputus.
"Felix, aku pasti bisa melakukannya kan?" Tanya Woojin.

Felix mengangguk yakin. Woojin memberikan tanda high-five, Felix menyambutnya hangat. Memberikan tangannya dan tangan mereka tergenggam selama beberapa detik.

Dan entah kenapa alis Changbin semakin mendekat satu sama lain. Ia menatap sinis ke arah Felix dan Woojin.

"Kau bisa melakukannya Hyung. Sini aku pijat" ucap Felix sambil memijat bahu Woojin.

"Sshh--" mulut Changbin hendak berucap, tapi ia memilih untuk menelannya dan mengeluarkan ponselnya. Scroll tak jelas.

Di sebrang Felix kembali memfokuskan tatapannya pada Changbin. Tak ada yang berubah, pikirnya. Felix kembali menundukkan wajahnya dan kembali memijat Woojin.
.
.
.
.
.
.
Another chapter yang flat:3
Mohon maap lahir batin ._.
Btw aku malah bikin karya baru qkqk silahkan cek sadja.

Sekian kalinya makasih yang udah ngikutin nih cerita yang sudah ter-draft dari jaman SK-talker episode satu  :") HAHAHA keliatan banget kan patah hati aku tuh:v

*Ter-draft.Di.Otakku.

CRUSH; ChangLix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang