Dua : I'm Gonna be a STAR

7K 714 10
                                    

Hari Minggu. Akhirnya Felix mendapat jatah untuk istirahat dari kesibukannya selama ini. Memang felix telah mengadakan 'kontrak' dengan tim Roland bahwa jadwal latihan dancenya hanya sampai Sabtu.



Bukan karena ingin istirahat. Ini karena setiap hari minggu, keluarga kecil yang terdiri dari 3 perempuan dan 2 laki-laki ini selalu mengadakan makan bersama di rumah. Karena jadwal masing-masing yang padat hingga tak ada waktu untuk sekedar menatap anggota keluarga tumbuh dengan baik.

Ibunya sedang sibuk di dapur - tak lupa dibantu anak perempuan pertamanya-sedangkan yang lain menunggu di ruang tengah. Sesekali si ayah tertawa bersama gadis berumur 12 tahun yang sibuk bercerita. Felix tak menghiraukan mereka dan tetap fokus pada layar ponselnya.


"Wah siapa itu"

Suara berat mengagetkan Felix. Fokusnya buyar dan ponselnya hampir saja terjatuh, untung dengan sigap Felix menangkapnya.


"Ayah pikir kamu sedang chatting sama cewek. Haha. Kapan kamu dewasa Felix? hahha" ucap Ayahnya.

"haha, engga lah" Felix menjawabnya malu-malu.

"Sini ayah mau lihat."

"Engga kok ini cuma-"

GAP! Ponsel Felix berhasil 'dicuri' oleh adik perempuannya.

"Ayah, aku mendapatkannya!" seru gadis itu yang dengan berjalan riang menuju Ayahnya.

Felix kehabisan kata-kata. Ada kata yang tertelan dimulut Felix.


"Bagus Fany! Kamu memang penangkap jitu" ucap Ayah sambil mengusap rambutnya.

"Wah..wah wah lihat. Lincah sekali dia ya"


Ayah mulai heboh sendiri ketika tombol play diklik oleh ibu jarinya. Menampilkan sebuah video 2 orang laki-laki sedang menari.

"Siapa ini, lix?" tanya Ayah

"ah.. itu Roland."

Felix gugup.

"..dan aku"

Ayah menjeda video melihat wajah Felix yang canggung. Tatapannya justru malah membuat Felix tersihir untuk menjadi patung.


"Ha ha ha"


Ayahnya tertawa keras. Felix dan adiknya, Fany diam keheranan.


"Sejak kapan kamu pintar dance?" ucap Ayah sambil masih tertawa.

"...hampir 1,5 tahun.. mungkin?" jawab Felix tak yakin.

"wah.. 1,5 tahun itu cukup lama. Kok ayah gak tahu?" ucap Ayah tak percaya.

"Anak ayah memang luar biasa!"


Ayah menepuk-nepuk bahu Felix sambil tertawa. Felix hanya bisa tersenyum banyak arti.


"Dulu ayah juga pernah belajar dance."

"beneran?" Wajah Felix berubah. Matanya berbinar menunjukkan keingintahuan.

"Iya, tapi itu belum bisa selincah ini"

"Ayah suka dance juga ya dulu?"

"Heem. Bahkan ayah pengen jadi idol waktu itu."


Idol. Itu yang selalu diceritakan Roland. Kesempatan bagus untuk Felix.


"Yah.." ucap Felix

".. boleh gak kalau Felix jadi idol?" tanya Felix ragu.


Ayahnya terdiam sebentar.


"kenapa kamu pengen jadi idol?"


"...gak tau.."

"mungkin karena Felix suka dance? Dan saat Felix dance itu rasanya enjoy dan gak ada beban" tambah Felix bersemangat.



Ayah tersenyum kemudian tertawa.


"tentu saja sayang, kamu sudah punya bakat! harusnya jangan disia-siakan"

Ayah membelai rambut Felix lembut.


"Beneran yah?" Felix semakin bersemangat. Matanya berbinar lagi.

"Iya. Liat aja nih, Ayah tuh gak bosen-bosen lihat video ini. Mmm pokoknya great!"


Felix bahagia. Ayahnya menyetujuinya dan ini menjadi modal utamanya untuk semakin mantap ikut audisi.


"Makanan siap!" Kakak Perempuannya memanggil dari dapur. Sontak 3 penghuni ruang tengah berlari menuju sumber suara.

CRUSH; ChangLix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang