Masih segar diingatan Felix, saat tim yang diberi nama Stray Kids oleh sang leader Bangchan seakan runtuh ketika Minho dieliminasi di acara survival mereka.
Ya, acara ini mengharuskan mereka bertahan, menunjukkan bahwa Stray Kids bukan sembarang tim. Tapi apa ini? Apakah kita akan debut dengan delapan orang?
Air mata tak dapat dibendung oleh anggota lainnya. Changbin yang merasa paling bersalah atas semuanya. Berdiam dengan air mata terus mengalir dari matanya.
"Hyung, apa kau akan kembali?" tanya Felix.
"Jika kau percaya itu kan terjadi, percayalah" jawab Minho dengan senyuman sembari membereskan barang-barangnya dari kamar Felix.
"Tapi menurutku aku pantas mendapatkan ini.."
"Aku memang belum pantas untuk..."
"Tidak hyung, berjanjilah padaku kau akan kembali." Felix memotong perkataan Minho, tangannya memegang kuat pergelangan Minho.
Diam sejenak, hingga akhirnya Minho tersenyum dan memeluk tubuh Felix. Ia menangis di bahu Felix.
Felix juga masih ingat. Ketika akhirnya ia seakan kehilangan harapannya, ia berjalan tak karuhan di sekitaran Sungai Han dengan air mata yang setia menemaninya.
"Hei! Ngapain kamu disini! Jangan buang waktu! cepet latihan!" Teriak seseorang.
Felix menoleh. Seorang dengan baju serba hitam, topi dan masker berjalan menghampirinya.
"Tinggalkan aku sendiri." Felix memalingkan wajahnya.
"Eliminasi bukanlah akhir segalanya, ini merupakan kesempatan agar kau bisa belajar dan meningkatkan kemampuanmu!" tambahnya.
Felix membuang nafas panjang. Dugaannya salah, bukan delapan tapi tujuh orang yang akan debut pikirnya. Pikirannya kacau sekarang dan sulit untuk berpikir jernih. Ia hanya.. marah dan kecewa-- pada dirinya sendiri.
"Changbin Hyung aku..."
"Jangan berpikir bunuh diri, kalau mau mati biar aku saja yang membunuhmu" ucap Changbin.
Felix tak berkata apa-apa.
"Kami akan menunggumu dan Minho Hyung kembali, bagaimana pun caranya." Changbin membalikkan badannya dan berlalu meninggalkan Felix di taman Han.
Siapa sangka masker dan topi hitam yang menutupi wajahnya berhasil pula menutupi air matanya.
Ketika matahari hendak menampakkan dirinya di arah timur, suara ponsel Felix bedering.
"Felix, apa kau bisa keluar? Noona sedang di Korea. Ayo ketemu"
Felix membalas pesan itu malas. Segera ia mempersiapkan dirinya agar tak menampakkan dirinya yang kacau.
"Bagaimana acara survival mu?" Tanya Jessica
Felix terdiam.
"Kau sudah melakukan yang terbaik kan?"
"Ayah tidak nonton kan?"
"Tentu saja dia nonton! Ayah kangen kamu tau"
Suara burung menggantikan keheningan diantara mereka sejenak.
"Bagaimana kalau akhirnya aku gagal?"
"Setidaknya kau tidak menyerah." Jessica memandang wajah adiknya.
"Felix-ah, kau tau kenapa Ayah membiarkanmu ikut audisi dan menjadi trainee?" Tanya Jessica
"Karena ia percaya padamu,"
"Kenapa kau tak percaya pada dirimu sendiri, Felix-sshi?"
Jessica melebarkan senyumnya.
"Asal kau tau, sebenarnya Ayah sudah mendaftarkan kamu ke universitas kedokteran pada saat itu. Dia berencana memberitahukan itu di hari ulang tahunmu. Tepat saat makan bersama dan tepat saat kau ingin ikut audisi."
"Kenapa Ayah membiarkanku?"
Jessica menghela nafasnya pelan.
"Perlu aku ulangi?""Karena ayah percaya padamu, Felix.."
Mata Felix melebar, memunculkan bintang-bintang di bolanya.
"Ayah terus meyakinkan kami dan akhirnya kami yakin."
"Kau laki-laki, Lix.. kau harapan kami."
Jessica menggenggam tangan Felix kuat. Tersenyum kearah adiknya yang masih terdiam. Kening Felix mengkerut, air mata tampaknya akan membobol lagi kantung matanya.
"Akan ku traktir makan." Jessica berusaha mencairkan suasana.
Semua ingatan itu berputar kembali dibenak Felix. Ia ingat ketika ia terus berlatih dan ia ingat ketika ia berhasil melukiskan senyum di wajah Changbin. Bersama Minho, ia kembali berlatih dengan timnya. Tentu saja member lainnya ikut senang.
Felix tak bisa mendefinisikan perasaannya saat ini, di pelukkan Changbin. Semua memori itu berputar terus di otaknya.
"Kau berhasil... Kau berhasil..." Ucap Changbin sambil menahan haru mengusap rambut Felix perlahan.
Akhir yang bahagia, mereka debut beranggotakan sembilan orang.
Stray kids, namanya.
-xxx-
"Aku tahu kau dapat melakukannya."
"Hmm.. aku juga tak percaya bisa melakukannya."
Changbin memukul lengan Felix pelan.
"Oh.."
"Setelah kau debut, kau tau kan peraturannya?"Felix menoleh ke arah Changbin.
"Sepertinya kau harus memutuskan pacarmu yang pas ketemuan di kafe itu"
Felix terdiam heran.
Siapa?"Ya.. mungkin bisa saja sih, tapi itu akan berisiko besar."
Felix terdiam heran ketika akhirnya Changbin menatap ke arahnya.
"Kenapa kau natap aku kek gitu?" Tanya Changbin gugup.
"Aku tak punya pacar, Hyung.." Felix menahan tawanya.
Changbin mendadak gugup.
"Ya.. intinya ada peraturan gak boleh pacaran selama tiga tahun, aku takut kamu gak tau aja.." Changbin memandang ke sembarang tempat."Roland itu temen aku, Hyung.."
Felix akhirnya tertawa lepas."Yaa.. intinya gitu woy." Changbin menundukkan pandangannya.
Ia lega sekarang,
dugaannya salah.Changbin tersenyum dalam tundukkannya.(?)
Tangannya lembut memegang kalung --pemberian Felix.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Akhirnya aku selesai menghilang juga.
Ini bukan terakhir loh ya, bahkan ini berasa awal cerita:vYAAAS aku akan menghilang lagi:")
Abcdefghijklmnopqrstuivwxyz
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH; ChangLix ✓
FanficFelix menyukai setiap momen bersama dengan teman anggota grupnya, Changbin. Entah itu ketika pukul 4 pagi di ruang latihan ataupun disetiap kesempatan lain. Keduanya saling menyukai satu sama lain namun sama-sama payah dalam hal menyampaikan perasaa...