Ini menyebalkan, Changbin terus bergerak dari posisi tidurnya. Tak biasanya ia begini. Dadanya terasa sesak.
Dilihatnya jam dinding masih berada di angka 2. Akhirnya Changbin memutuskan untuk beranjak dari tidurnya, mengambil jaket tebal dan berjalan keluar dorm. Tak lupa ia membawa earphone, buku, pulpen dan masker.
Ia keluar tanpa arah dan tujuan, bermaksud untuk mencari pasokan oksigen -ia terus bicara pada dirinya begitu.
-xxx-
Seperti biasa, Felix sudah siap pukul 3. Kali ini dia mengambil kotak kecil yang ia sembunyikan di bawah bantalnya. Ia tersenyum kala melihat barang itu.
Ya, itu adalah kado ulang tahun Felix untuk Changbin. Meski terbilang telat, namun kala itu mereka sibuk latihan untuk trainee showcase yang akan diadakan tanggal 22 Agustus. Jadi hanya bisa mengucapkan selamat sambil memukul punggung Changbin bersama member lain.
Dengan perlahan Felix keluar dari kamarnya, melihat sepatu Changbin dan--oh tunggu, kenapa sepatu Chan masih ada?
Felix melirik ke arah pintu kamar Changbin dan Bangchan. Berpikir sejenak. Ia tak mau aksinya ini diketahui orang lain.
"Atau aku kasih langsung aja ya?"
Felix masih berpikir, ia menggigit ujung kukunya. Tak lama ia mengangguk, menyetujui idenya sendiri.Ya, lebih baik begitu.
Ia kembali ke kamarnya dan langsung mengenakan jaket dan pergi ke ruang latihan seperti biasa.
-xxx-
Akhirnya jarum jam sudah berada di angka empat. Felix yang sedari tiga puluh menit yang lalu berdiam di ruang latihan melirik ke arah pintu. Berharap ada orang yang datang.
Orang itu adalah Changbin.
Namun, lima menit berlalu ia tak kunjung muncul.
Kemana dia? Tak biasanya telat lima menit.
Felix memainkan kotak yang ia bawa, memandanginya penuh harap.
Ia kemudian meluruskan pandangannya, pantulan dirinya di kaca besar ruangan ia tatap dalam. Berjalan perlahan mendekat, Felix mengeluarkan sesuatu yang ia sembunyikan di leher bajunya.
Sebuah kalung.
-xxx-
Setelah memutuskan untuk latihan sendiri selama kurang lebih satu jam, akhirnya ia dapat menemukan Changbin pada saat jadwal latihan.
Felix memandang Changbin yang tampak serius berlatih. Entah kenapa juga Felix hanya bisa memandangnya. Padahal di benaknya ingin sekali Felix memuntahkan segala yang ia ingin katakan pada Changbin.
Namun ia memilih untuk menelannya pahit. Setidaknya Changbin masih ada, pikirnya.
-xxx-
Kali ini Felix tak ingin melewatkan Changbin, ia sengaja tidak tidur dan bersiap di ruang tengah. Dengan sabar ia mengamati pergerakan jarum jam.
Pukul dua.
Pintu itu terbuka.
Mulutnya yang hendak terbuka tertahan, kelopak matanya melebar.
Changbin tetap dengan ekspresinya--meski memang sebenarnya ia kaget--
"Hyung, kau mau kemana?" Tanya Felix.
"Ngapain kamu di sana?"
Changbin bertanya sambil terus berjalan ke pintu keluar."Hyung aku ikut"
Felix langsung berdiri dari duduknya dan meraih jaket yang ia siapkan di sampingnya."Bruk!" Changbin menutup pintunya saat langkah kaki Felix hendak sampai.
Itu tak jadi masalah, Felix membuka pintunya lagi dan berjalan menyusul Changbin.
--xxx--
"Jadi, sekarang kau suka jalan-jalan di luar jam segini Hyung?" Tanya Felix sambil berjalan beriringan dengan Changbin.
Tak ada respon. Tangan Changbin berada di saku jaket dan mulutnya ditutupi oleh masker, begitu pula kepalanya ia tutup dengan topi.
"Apa kau tidak kedinginan Hyung?"
Felix menoleh ke arah Changbin."Ah.. seharusnya aku pake masker juga."
Langkah mereka sampai di sebuah lapangan yang berhadapan dengan sebuah Sungai, Han namanya. Changbin segera mendaratkan tubuhnya di sebuah kursi yang tersedia, memandang ke arah sungai --diikuti Felix yang masih bingung dengan tingkahnya.
"Wahh, kau sering kesini hyung?"
"Sepertinya akan bagus kalau melihat matahari terbit di sini."
Felix masih berbicara."Tapi jam segini kan belum ada matahari." Tambahnya
Changbin mengambil earphone dan memasangnya dikedua telinga. Felix menoleh ke arahnya.
"Ah! Hyung! Apa dari tadi kau pake itu jadi ga respon terus?"
Changbin membuka buku dan mengeluarkan pulpennya. Felix menatapnya tak percaya.
"Ah..." Keluhnya.
"Sepertinya aku harus berlatih disini saja biar tubuhku gerah." Ucap Felix.Felix kembali menoleh ke arah Changbin yang sibuk sendiri. Wajah Changbin menunduk ke arah buku yang terbuka, pulpennya ia goyangkan di ujung buku.
Mata Changbin masih terfokus pada halaman kosong di bukunya. Tiba-tiba sesuatu menghalangi kertas itu.
Sebuah kotak berwarna hitam yang ditempel kertas putih bertuliskan "For You" memblok pandangan Changbin.
Changbin terdiam sejenak dan menoleh ke sampingnya. Pelaku sudah berjalan menuju lapang taman yang tak jauh dari kursinya. Ia tersenyum ke arahnya dan segera melakukan pemanasan.
Sial. Changbin tak bisa menahan senyumnya di balik masker hitam.
Sesaknya hilang.
.
.
.
.
.
.
.
Changbin pake neorapasil(?) Gaes-_-
Dududu aku kaget ternyata ada orang yang mengikuti cerita flat ini:"))
Terharu aku tuh, makasih yaa :"" aku kasih lavlav ❤️❤️Note: aku gak terbiasa membikin moment uwu.
BTW ChangLix Masi hidup ko gaes:"
We Will never die~Kyaa inginku menghilang~
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH; ChangLix ✓
FanficFelix menyukai setiap momen bersama dengan teman anggota grupnya, Changbin. Entah itu ketika pukul 4 pagi di ruang latihan ataupun disetiap kesempatan lain. Keduanya saling menyukai satu sama lain namun sama-sama payah dalam hal menyampaikan perasaa...