6

2.2K 200 34
                                    

Masih di hari yang sama kek di chap 5

Setelah Sehun, si dokter ganteng, berdiskusi dengan Mama Wendy, akhirnya Wendy diperbolehkan untuk pergi bareng Sehun ke PH. Walaupun dibolehin, tetap aja ada syaratnya. Gak susah sih, syaratnya cuma bawain pulang satu kotak pizza ukuran gede, spagetti, sama minuman favoritnya mama Wendy.

Setelah bersiap-siap, Wendy segera turun ke bawah untuk nyamperin Sehun yang sudah tunggu di bawah sejak tadi.

Dan, betapa terkejutnya Wendy ketika menemukan Sehun dan motornya di bawah.

Dan, betapa terkejutnya Wendy ketika menemukan Sehun dan motornya di bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pak- Pak- kok- mo-motornya gini?" Mendadak Wendy jadi gagap.

Memang bisa dibilang, gaya Sehun itu berbeda 180 derajat dengan yang kemarin. Kemarin, cowok tinggi itu pakai kemeja putih dan celana kain hitam serta sepatu hitam khas bapak-bapak. Makanya, sedari Sehun di kamar tadi, diam-diam Wendy curiga sama seorang dokter Sehun itu.

Sehun mendongak, terus ketawa kecil.

'IMUT PISAN EUY!'

"Ini motor saya, dulu. Ya udah, yuk, naik."

Wendy mengangguk kaku. Setelahnya, dia mencoba naik ke atas dengan usaha sendiri, tapi susah. Alhasil, dia minta bantuan bahu Sehun buat naik ke atas.

"Sudah?" tanya Sehun sembari memberikan helm pada Wendy.

Wendy menerima helmnya, kemudian mengangguk. "Iya, udah, Pak."

Setelahnya, motor dokter ganteng itu melesat keluar dari pekarangan rumah Wendy.

'Peluk nggak ya... hm... peluk nggak ya...'

Wendy dari tadi bimbang sendiri. Dia sekarang ibaratnya lagi dibisikin malaikat pakai baju putih sama baju merah yang sering dia tonton di sinetron-sinetron kesayangan semua umat.

Si malaikat yang pakai baju putih bilang, "Jangan dipeluk. Belum mukhrim."

Sedangkan, si malaikat yang pakai baju merah bilang, "Peluk aja, udah. Kapan lagi sandaran di punggung cowok, lebar lagi."

"Hush! Lo jangan ngajarin yang enggak-enggak, deh, baju merah!"

"Ya udah, gue ngajarin yang iya-iya! Lo mau?!"

"Heh! Jangan juga lah. Udah, intinya jangan dipeluk ya. Gak baik."

"Peluk aja. Coba-coba gitu."

Karena kesal, dan tidak mau melanjutkan adegan sinetrontis lagi, Wendy langsung menggelengkan kepalanya. Mencoba mengusir dua makhluk yang selalu punya pendapat yang berbeda.

"Kamu kenapa?"

"Eh, gak papa, Pak. Hehehe."

"Jangan panggil 'Pak' dong kalau lagi berdua gini. Saya nggak tua-tua amat kok."

Pak Dokter - Sehun ; WendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang