10

1.6K 165 9
                                    

Mentari pagi menyambut hari.

Wendy kali ini bangun lebih pagi, karena hari ini dia harus ikut Sehun ke rumah sakit lagi. Bedanya, kali ini dia lebih semangat dari kemarin. Kenapa? Karena Wendy gak mau Sehun deket-deket sama Lisa. Selain itu, dia juga mau ngerjain cewek tinggi itu lagi.

"Mama~~ Anakmu ini udah bangun, lho~~" Wendy berteriak sendiri di rumah, bibirnya tersenyum lebar. Tapi, itu gak lama. Raut mukanya langsung berubah jadi bingung.

Keadaan rumah sepi, gak ada tanda-tanda kehidupan. Padahal ini sudah jam 7, harusnya mamanya itu sudah siap di meja makan. Tapi, hari ini beda. Meja makan kosong, dapur kosong, semuanya kosong.

Setelah mengecek semua sudut rumah, dan masih tetep aja gak nemuin satu pun orang, akhirnya Wendy cuma bisa duduk lemes di atas sofa. Kemana sebenernya mamanya itu? Kalo mau pergi, kok gak kasih kabar?

Setelah helaan napas panjang ketiga, tiba-tiba suara bel dari luar rumah terdengar. Wendy lagi-lagi harus mengeluarkan napas panjang dari hidung dan segera berjalan untuk membuka pintu.

Begitu pintu terbuka, Wendy cuma bisa bengong karena melihat papanya yang berdiri di depan pintu.

"Wen, kok bengong? Gak ada niatan mau peluk Papa gitu? Papa pulang, loh," interupsi papanya. Tangannya terentang lebar, bersiap nerima pelukan dari Wendy.

"Gak mau, ah. Papa pasti bau keringet. Belum mandi, 'kan?" tuding Wendy. Cewek itu menutup hidungnya.

"Wah, enak aja-"

Grep.

"Hehehe, becanda. Mau gimanapun, Papa tetap jadi cowok yang paling wangi, kok."

Wendy langsung memeluk papanya erat, dibalas dengan pelukan hangat oleh papanya.

Setelah beberapa detik berlalu, barulah pelukannya terlepas.

Wendy melihat muka lelah papanya, perasaannya mendadak sedih. Papanya sudah kerja lembur bagai kuda, tapi Wendy malah suka asik-asik di rumah dan sekolah tanpa mikirin nantinya dia mau kerja apa.

"Pa, kenapa gak kasih tau kalau pulang? Kan aku bisa jemput ke bandara."

"Ceritanya mau kasih kejutan ke kamu, hehe."

"Ish." Wendy majuin bibirnya beberapa centi. "Pa, masuk aja, yuk."

Akhirnya mereka berdua berjalan masuk dengan tangan papanya Wendy merangkul pundak Wendy. Papanya itu udah kangen berat sama Wendy.

Begitu sudah sampai di ruang tengah, Wendy dan papanya memutuskan untuk duduk di sofa buat ngobrol-ngobrol santai. Sudah lama mereka gak tatap muka seperti sekarang. Dan, Wendy juga gak yakin papanya ini bisa lama-lama di rumah. Pasti, nantinya, papanya itu bakal pergi ke luar kota lagi.

"Oiya, Mama tadi ada SMS Papa. Katanya, Mama lagi ada urusan di rumah nenek. Pagi-pagi Mama dapet SMS buat cepetan ke sana. Nanti siang juga, bakal balik, kok," ucap papanya.

"Kok gak kasih tau aku, Pa? Kenapa juga gak ajak aku? Aku 'kan sudah lama gak ke sana. Kangen sama Nenek," rajuk Wendy sambil manyun-manyunin bibirnya.

Papanya Wendy ketawa singkat, lalu ngacakin rambut anaknya. "Kamu kan harus pergi ke rumah sakit hari ini. Mau belajar di sana, 'kan?"

Deg...

Belajar...

Demi apa, Wendy ke rumah sakit itu gak pernah kepikiran buat belajar. Dari kemarin, gak ada sama sekali di otaknya kepikiran buat belajar. Sekedar tau nama alat-alat rumah sakit itu pun, Wendy gak mau peduli.

Tapi, sekarang Wendy seolah tercerahkan berkat omongan si Papa.

'Mulai hari ini, gue harus belajar yang bener!'
'Maafin anakmu yang dulu, Pa :('

Belum sempat Wendy menjawab pertanyaan si Papa, suara bel lagi-lagi berbunyi.

'MAS SEHUN!!!'

"Biar aku aja yang buka pintunya. Papa santai-santai aja dulu," ujar Wendy semangat. Dengan gesit, cewek itu berlari menuju pintu depan.

Huala~

Tebakan Wendy bener. Ada Sehun yang berdiri di depannya. Cowok itu pakai kemeja putih kotak-kotak biru dengan celana dasar berwarna hitam. Memang dokter satu ini, dokter yang paling stylist deh!

"Pagi, Wendy," sapa Sehun sambil menunjukkan senyum andalannya.

'Duh, liat senyumnya aja buat gue mendadak kenyang, hehehe.'

"Pagi, Mas," balas Wendy malu-malu.

"Sudah siap?"

'Siap apa nih? Siap dilamar, ya? Hihihihi.'

"Sudah, kok, Mas. Tapi, aku bilang dulu, ya, sama Papa," jawab Wendy.

"Loh? Papa kamu ada di sini? Ya udah, sekalian Mas minta izin bawa kamu juga."

Wendy langsung melotot di tempat begitu denger perkataan Sehun barusan. Gila! Papanya gak boleh ketemu Sehun! Bisa berabe urusan kalau papanya lihat anaknya ini pergi bareng cowok, walaupun tujuannya belajar.

Ketahuilah, papanya Wendy ini overprotektif sama anaknya sendiri. Beliau punya prinsip, "Berani ngajakin Wendy pergi, harus berani dulu ngobrol panjang sama saya."

Memang sih, papanya Wendy ini hanyalah seorang businessman, tetapi beliau itu anak dari seorang tentara. Ya, jadi wajar kalau beliau cukup tegas dalam beberapa urusan, salah satunya nentuin masa depan Wendy. Beliau gak mau anak satu-satunya itu harus hidup sama cowok sembarangan.

"Eh? Gak usah. Papa lagi... lagi...-" Wendy mikir keras. Keadaan sekarang ini membuat otaknya sulit untuk mengelak.

"Lagi apa?"

"Lagi sibuk. Iya, lagi sibuk! Papa lagi sibuk sekarang. Gak boleh diganggu," bohong Wendy sambil menyengir palsu.

Sehun mengernyit bingung. "Ya, gak papa lah. Lagian, kan gak sopan kalau seenaknya bawa anak orang pergi tanpa izin. Mas gak enak sama papa kamu, Wen."

Wendy tersentuh. Kata-kata Sehun memang yang paling bisa buat hati Wendy langsung tenang.

'Mas jadi suamiku, yuk!'

Tapi, keademan hati Wendy harus berakhir cepat, karenaㅡ

"Wendy, kamu nga- Loh, kok ada cowok? Dia siapa, Wen?"

ㅡpapanya Wendy tiba-tiba muncul dan berdiri tepat di belakangnya.

•●•

"Mampus gue!!! Mampus Mas Sehun!!!" -Wendy.
"Hmmm saya mencium aroma-aroma pdkt." -Papanya Wendy.







Wohohohoo ketemu pacamer. Papa calon mertua wakakakaka

Ini crita absurd uda nyampe angka 2k+ readers wkwkwk
Makasih looohhhh
Kuy sini ke rumah. Ada tumpengan:v.g

-Xiao Leng💕

Pak Dokter - Sehun ; WendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang