8

1.7K 168 6
                                    

Masih di hari yang sama kek di chap 7


Selagi dua cewek itu terkaget dan membeku di tempat, pintu dari belakang tiba-tiba terbuka. Mengalihkan atensi kedua cewek dengan perbedaan tinggi badan yang signifikan.

"Eh, Lisa. Ada apa, ya?"

Wendy yang berada di tengah-tengah situasi aneh ini, mengernyitkan dahi.

'Ini siapanya Mas Sehun?'

"Ini, loh, Mas. Mau kasih dokumen yang kemarin Mas minta," jawab Lisa, cewek tinggi tadi, sambil menyerahkan dokumen yang ada di tangannya tadi pada Sehun.

Sehun menerima map coklat itu, lalu memegangnya dengan tangan sebelah kanan. Matanya kemudian beralih ke Wendy yang menatap Lisa dengan mata yang memicing.

"Wen? Masih di sini?"

Teguran Sehun membuat Wendy tersadar dan beralih menatap padanya. "Eh? Iya, Mas? Kenapa?" Wendy senyum canggung.

"Masih di sini? Nggak jadi keliling?"

'Wah- ngusir nih ceritanya?'
'Jahat kamu, Mas :('

Wendy menggaruk belakang lehernya yang gak gatal sambil menyengir. Baru aja mulutnya mau menjawab pertanyaan Sehun, tetapi suara Lisa lebih dulu keluar dari mulut si empu.

"Ini siapa, Mas? Ponakan, ya?"

"Ponakan? Bukanlah. Ada-ada aja kamu," Sehun terkekeh geli. "Lisa, kenalin, ini Wendy. Dia anaknya temen mamanya Mas."

Lisa menatap Wendy dari atas sampai bawah, lalu menjulurkan tangannya pada Wendy dengan maksud saling berjabat tangan.

"Yang bener, Mas? Badannya kayak anak SMP."

Mendengar perkataan itu, Wendy merasa panas dari dalem.

'WAAAAAH! MBAK MULUTNYA MINTA DIAMPLAS, YA?!'

Wendy hanya tertawa kecil di luar. Tangannya membalas uluran tangan Lisa. Olehnya, dia jabat kuat-kuat tangan cewek tinggi yang ada di depannya itu.

"A-aw! Sakit!" ringis Lisa. Lalu, cewek tinggi itu menarik tangannya dari Wendy dan mulai mengusapnya pelan.

Dalam hati, Wendy tertawa puas.

'Makan nih tenaga anak SMP!'

"Sakit? Padahal tadi udah pelan, loh," sahut Wendy sok polos, "Tapi, maaf, ya, Kak. Mungkin sayanya tadi terlalu bersemangat."

Sehun tertawa singkat mendengar alasan Wendy barusan. Tangannya merangkul pundak cewek itu. "Wendy emang gini orangnya, Lisa. Nanti kamu juga kebiasa, kok."

"Hm? Kebiasa?" bingung Lisa.

Sehun tersenyum. "Iya. Untuk beberapa hari ke depan, dia bakal ke sini buat lihat-lihat dan belajar."

'Tetewwwww! Lampu merah udah ganti jadi lampu ijo.'
'Babai kutilang darat, hahahaha!'

Dengan sok alim, Wendy membungkuk hormat ke Lisa sebentar. "Mohon bantuannya, Kak Lisa."

Lisa, kesel sebenernya, tetapi cewek itu maksain senyum. Diam-diam, cewek itu bisa merasakan kalau Wendy itu setan kecil di antara dirinya dan Sehun.

"Iya, santai aja, ya."

"Wen, kamu nggak jadi keliling?" tanya Sehun sekali lagi. Tatapan matanya lurus ke arah Wendy.

'Hiks, mas, kamu ngusir aku nih ceritanya? ('^')'

"Gak jadi, deh kayaknya. Takut nyasar, hehe," alibi Wendy. Aslinya mah, Wendy gak mau jauh-jauh sama Sehun karena ada Lisa.

"Jangan takutlah. Ini 'kan ada Lisa," jawab Sehun, kemudian matanya beralih menatap Lisa. "Lisa, kamu bisa temenin Wendy keliling, 'kan?"

Pak Dokter - Sehun ; WendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang