9

1.5K 174 11
                                    

Masih di hari yang sama kek di chapter 7 & 8

Siang berganti sore.

Sejak peraduan mulut tadi siangㅡyang dimenangkan oleh Lisa karena Wendy mengalahㅡ, Lisa gak pernah meninggalkan ruangan pribadi Sehun. Cewek tinggi itu selalu mencari kesibukan agar bisa terus-terusan di sekitar Sehun. Membuat Wendy sampai-sampai rasanya mau mencakar muka Lisa.

Tetapi, kini Wendy bisa bernapas lega. Seenggaknya, Sehun sudah gak ada kerjaan lagi. Malam nanti, shift-nya diambil alih sama dokter yang lain. Itu tandanya, Lisa gak bisa deket-deket sama dokter ganteng itu lagi.

"Mas, udah mau pulang?" tanya Lisa pada Sehun yang kini lagi merapikan barang-barangnya.

Cowok itu berhenti, kemudian mengangguk dua kali. "Iya."

"Hmm..." Lisa bergumam, membuat Sehun lagi-lagi menunda aktivitasnya. Sedangkan Wendy yang ada di belakangnya, menatap Lisa curiga.

"Boleh minta tumpangan, gak, Mas?"

'WEH WEH! PAAN INI?!'

Wendy yang semula duduk-duduk santai, kini beranjak dari tempatnya. Berjalan sedikit cepat, kemudian berdiri di tengah-tengah dua manusia tinggi itu.

"Ada apa ini, ya?" tanya Wendy sok polos.

Lisa, saingannya, menatap Wendy malas. Tangannya diem-diem mengepal di belakang. Perusak rencana, pikirnya.

"Ini, Lisa mau minta tumpangan. Omong-omong, tumben minta tumpangan. Gak bareng Jennie? Biasanya kalian selalu bareng," jawab Sehun.

Wendy tersenyum miring kecil, lalu ikut menatap Lisa dengan raut muka bingungㅡsama dengan Sehun.

'Hehehehe Mas Sehun ada di pihak gue, tuh.'

Lisa nampak kehabisan akal. Tangannya menggaruk leher belakangnya yang gak gatel. Namun, Lisa gak pernah akan menyerah secepat itu. Dan, syukurlah, ada ide cemerlang yang tiba-tiba muncul di otaknya.

"Jennie pulang duluan tadi, izin katanya. Sakit perut gara-gara penyakit bulanan," alibi Lisa. Sudut bibirnya dia tarik ke bawah, pura-pura sedih.

Aslinya, Jennie masih ada di ruang suster.

"Kenapa gak pesan ojek online aja, Kak? Kakak gak ada? Apa aku pesenin aja?" sahut Wendy cepat. Tangannya dengan sigap mengeluarkan ponsel dari saku jeans miliknya.

'Kalau mau ngibul, harus lebih pinter dari gue dong, wakawakawaka.'

Sehun yang ada di berdiri di hadapan Lisa, mengangguk setuju. "Wendy bener, Lis. Lagian, hari ini Mas harus nganterin Wendy pulang. Mas nggak bawa mobil, bawanya motor."

'Loh? Mas-ku ini ada mobil?'

Wendy berdecak kagum dalam hati. Bukannya matre, cuma Wendy itu gak percaya Sehun punya mobil pribadi. Mana yang pernah Wendy dengar itu, Sehun sudah lama gak minta uang lagi sama orang tuanya. Wendy yakin, mobil itu pasti hasil keringat Sehun sendiri.

"Tapi... aku takut, Mas...-"

"Kenapa takut, Kak? Sekarang ojek online semuanya pada aman, kok. Lagipula, ini belum terlalu malem, Kak," potong Wendy cepat. Gak lupa, cewek itu memberikan senyuman lebar, polos yang buat Lisa eneg sendiri.

"Bener itu. Kalau memang kamu takut, nanti kami bakal ikutin kamu dari belakang."

Mendengar pernyataan Sehun barusan, membuat Lisa dongkol setengah mati. Tepatnya, dia dongkol sama tingkah Wendy yang selalu aja bisa cerdik satu langkah di depan dia.

Akhirnya, Lisa hanya bisa menahan kekesalannya dan berpura-pura menyengir. "Erm... gak usah, deh kalau gitu. Nanti repotin. Biar aku cari tumpangan sama temen yang lain."

Setelahnya, Lisa langsung berbalik badan. Gak mau mendengar apapun lagi yang mungkin akan keluar dari mulut Sehun ataupun Wendy. Serius, Lisa bener-bener kepengen jambak rambut Wendy dari tadi.

Lain lagi dengan Wendy. Cewek itu diam-diam ketawa kecil dalam hati.

'Hihihihihi babai kutilang darat~ Mas Sehun milih aku, jadi kamu gak boleh nikung xixixixi.'

•●•

Sepanjang perjalanan pulang, Wendy dan Sehun saling melempar pertanyaan juga jawaban. Mereka seperti gak pernah kehabisan topik untuk dibicarakan. Ada aja yang bakal dibicarakan yang nanti ujung-ujung dari obrolan mereka itu akan melenceng jauh dari topik awal obrolan.

"Eh, Wendy, mau mampir makan dulu? Kamu belum makan malem, 'kan?" tanya Sehun di sela-sela obrolan ringan mereka.

Wendy kelihatan mikir, terus jawab, "Boleh, sih. Mas laper, ya?"

'Pertanyaan gue lucu banget dah^__^'

"Lumayan. Yuk, kita mampir makan dulu."

"Boleh, deh. Tapi, aku temenin Mas makan aja, ya."

"Lho? Kenapa?" Sehun kelihatan bingung.

"Aku nggak bawa duit, Mas. Jadi, aku temenin Mas makan aja, hehe. Nanti aku bisa makan di rumah. Lagian, udah biasa kok telat makan."

"Jangan gitu lah. Masa telat makan dijadiin kebiasaan? Entar bisa maag, loh."

'Duuuhhh... si Mas kok perhatian? Dede jadi mayu, huhuhuuu.'

Wendy yang diperhatiin, mendadak jadi senyum-senyum sendiri di jok belakang.

"Gak papa, hari ini Mas yang traktir," sambung Sehun.

"Entar aku ganti, ya, hehe. Gak enakan sama Mas."

"Dibawa santai aja sama Mas. Gak usah diganti juga gak pa-pa," jawab Sehun.

Wendy makin baper. Jantungnya cenat-cenut sekarang.

'Si Mas buat adek jadi bayangin masa depan.'
'Nanti kalau sudah sah, apakah Mas sanggup membelikanku seperangkat make up? Hehehehe.'

"Nah, udah sampe."

Wendy yang asik membayangkan masa depannya bersama Sehun, terpaksa menyelesaikannya. Cewek itu menatap sekeliling. Rupanya, Sehun membawanya makan di warung pecel yang ada di pinggir jalan.

"Makan di sini, Mas?" tanya Wendy seraya melepas helm dari kepalanya dan kemudian turun dari motor.

Sehun yang masih duduk di motor, mengangguk dua kali sambil tersenyum. "Iya. Ini tempat makan yang jadi favorit Mas. Yakin deh, nanti kamu bakalan suka."

Setelahnya, mereka berdua masuk ke dalam tenda kecil yang sudah cukup dipadati oleh orang-orang dengan perut yang sama laparnya dengan mereka berdua.

•●•

"Kenapa hatiku cenat-cenut tiap ada kamu?" -Wendy.
"Traktirin anak orang dulu😊" -Sehun.





Ijin puasa bacot hehe

-Xiao Leng💕

Pak Dokter - Sehun ; WendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang